Kesenjangan

3 4 0
                                    

Senyuman tak pernah hilang dari wajah Sky. Setelah 2 tahun lamanya, hanya bisa berkomunikasi lewat daring. Akhirnya mereka bisa bertatapan muka dan saling bersentuhan. Dia merasa bahagia bisa bertemu dengan grandpa-nya tapi masih ada yang sedikit mengganjal hatinya.

Melupakan pertemuan dengan Ahmed setelah 2 tahun. Kembali ke kenyataan. Setelah bertanya pada beberapa anak, akhirnya Sky menemukan ruangan yang sedari tadi dia cari——ruang guru. Dengan sopan Sky masuk dan bertanya pada seorang pria di sana, terlihat juga seperti seorang guru.

“Maaf mengganggu, saya mau tanya dimana meja kerja Mrs. Jessie?”

“Kamu anak baru itu, ya?” Sky tersenyum, mewakili jawaban iya.

“Oh, maaf. Beliau di sana,” tunjuk pria itu ke arah seorang perempuan yang tengah berbicara dengan seorang siswa.

Setelah mengucapkan terima kasih, Sky berjalan ke arah meja seorang guru perempuan muda yang akan menjadi wali kelasnya.

“... ini akan menjadi kali terakhir saya mendengar komplen dari teman-temanmu!”

“Mereka hanya bergosip dan bermain-main saat belajar kelompok. Apa saya salah kalau mengerjakan proyek seorang sendiri tanpa menyertakan nama mereka? Toh sejak awal, mereka memang tidak memberikan kontribusi apa pun. Jadi saya berhak menentukan nama siapa saja yang akan saya catumkan,” ucap siswa itu arogan.

“Permisi,” sela Sky sopan, takut dikira sedang menguping.

“Saya, Sky Endeavors,” Sky memperkenalkan dirinya saat perempuan yang sebentar lagi akan berstatus sebagai wali kelasnya menatap bingung ke arahnya.

“Oh .... Kamu anak baru ya!? Maaf ya, tadi saya tidak mengenalimu,” sesal Mrs. Jessie sambil mencari data anak baru dari tumpukan kertas di mejanya. Mendengar itu, Sky hanya tersenyum maklum.

“Kamu diterima lewat jalur beasiswa ....”

Merasa sedaritadi diawasi, Sky menengok ke kanan, ke arah siswa tadi  yang ternyata masih di sana. Tapi ternyata dia salah. Pemuda itu melihat ke arah depan, tepatnya ke arah Mrs. Jessie yang sedang sibuk dengan berkas-berkas kelengkapan kepindahan Sky.

“Maaf, Mrs?” Sky tersenyum canggung ketahuan tidak mendengarkan perkataan Mrs. Jessie.

“Perkenalkan, saya Bianca. Saya sudah membaca semua data tentang kamu. Sebuah kebanggaan bisa diberi kesempatan untuk membimbing siswi secerdas dan berbakat seperti kamu,” puji Mrs. Bianca tanpa sedikit pun menutupi kekagumannya akan berbagai prestasi yang Sky peroleh dari sekolahnya dulu.

Lagi-lagi, Sky merasa seseorang sedang menatapnya dengan tajam. Tentunya bukan Mrs. Jessie. Wajar jika perempuan itu melihat ke arahnya, karena dia sedang berbicara dengannya.

“Mrs, saya izin kembali ke kelas.”

Reflek Sky melihat ke arah pemuda itu. Postur tubuh tinggi dan wajah tampan, jelas dia memiliki kriteria siswa populer di kalangan para gadis. Tentunya bukanlah tipenya.

Mrs. Bianca hanya mengangguk, mengiyakan dan kembali fokus menatap Sky. “Saya senang kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu di Ikatama High School. Berhubungan waktu kepindahanmu bersamaan dengan beberapa masalah internal sekolahan ... untuk sementara, nama kamu masih belum bisa secara resmi terdaftar sebagai siswa Ikatama High School.”

“Tapi tenang saja, karena kamu masuk melalui jalur tes dan mendapat beasiswa penuh. Pihak sekolah memberikan surat izin. Kamu bisa mulai sekolah kapan pun,” hibur Mrs. Bianca. Meski sedikit tidak paham dengan maksud penjelasan perempuan itu, Sky tetap tersenyum manis.

“Mohon bantuannya Mrs.” Sky tersenyum rendah hati.

“Baiklah, mari kita pergi melihat kelas yang akan kamu tempati,” ajak Mrs. Bianca ramah.

FEAR TONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang