Sudah menjadi kebiasaan sejak lama jika keluarganya akan memilih tempat untuk berkumpul dan berbincang santai setelah acara makan malam.
Hati Aletta menghangat begitu ia berjalan mendekati; kedua orang tua, adik, dan kakak sepupunya yang saat ini sedang duduk santai di taman belakang mansion-- di tepi kolam renang.
Sudah berapa lama aku tidak bergabung dengan mereka seperti ini?
Gadis cantik itu duduk di samping Rey-- di seberang; Smith, Emma, dan Vallery. Sementara maid yang mengikutinya meletakkan beberapa kue dan minuman di atas meja dengan dibantu oleh Emma dan dirinya.
Masih terasa kurang. Tidak ada; Calista, Kak Alamanda dan Kak Albarack.
Aletta mendengus. Mengalihkan rasa rindu kepada sang kakak. Ia kini menatap sang Papi. Menuntut segala janji yang pernah lelaki hebatnya itu katakan.
"Aku gak pernah lupa sama janji Papi sama aku. Sekarang aku minta, Pih. Aku tidak menerima penolakan lagi." Aletta membuka suara. Menatap keluarganya satu persatu. "Pih, izinkan aku untuk menjadi seorang muslim." Sambung Aletta membuat Vallery melotot. Emma menatapnya dengan binar hangat, sementara Smith dan Rey bersikap biasa, sebab mereka pasti telah mengetahui keinginannya sejak dulu.
"Kenapa kamu ingin sekali menjadi seorang muslim? Mami hanya ingin dengar." Ujar Emma dengan kehangatan seperti biasa. Bangkit dari duduknya, lalu mendekati Aletta. Merangkul bahunya.
Aletta tersenyum lebar. Mengusap lembut lengan Mami-nya, lalu menatap Smith. "Aku tidak tahu alasannya. Tetapi setiap mendengarkan mengenai agama itu, kehebatannya, juga kisahnya, selalu ada getar di dalam sini." Aletta menunjuk dadanya. "Aku pikir itu hanya ketertarikan biasa. Tetapi semakin lama, ketika aku bertemu dan berbincang mengenai keislaman pada Kak Alamanda dan Kak Albarack, aku merasa ini bukan hal biasa. Ada rindu yang menyelimuti. Ada dorongan untuk mempelajarinya. Aletta gak bisa jelasin dengan apapun, tapi Aletta yakin, ini adalah jalan yang benar." Jelas Aletta. Bisa ia lihat Smith saat ini masih berdiam diri.
"Kak, kamu serius?!" Seru Vallery tidak percaya. Bahkan ia mendesakkan dirinya untuk duduk di antara Aletta dan Rey.
"Ada lelaki muslim yang kamu cintai seperti Alamanda yang mencintai Albarack?" Tanya Smith tegas. Membuat Aletta mengingat betapa keras kakaknya memperjuangkan cinta yang terhambat oleh perbedaan iman.
Alamanda adalah kakaknya. Putri sulung Smith Melviano dan Emma Geraldine. Juga putri pertama dari keturunan ke-3 clan Melviano. Dia mencintai seorang pria muslim asal Spanyol. Bukan hanya Alamanda-- sebab pria muslim bernama Albarack itu juga mencintai Alamanda.
Bertahun-tahun memperjuangkan cinta mereka yang terhalang perbedaan dan restu, kini mereka berdua bahagia menghabiskan waktu bersama di Madrid-- Spanyol. Tentu setelah sang Papi memberikan restu dan izin pada kakaknya untuk merengkuh agama perdamaian-- Islam.
Aletta menggeleng dengan senyum tipis. "Nothing."
"Kamu sudah hapal betul atas apa yang terjadi pada pamanmu, kan? Yang menimpa Uncle Ares?" Tanya Smith lagi.
Aletta menoleh pada Rey yang terdiam. Rahangnya semakin mengeras ketika Smith menyebutkan nama ayahnya. Mengingatkan kejadian menyakitkan belasan tahun lalu. Mengundang semuanya untuk menyelami kembali lara itu.
Aletta menggeleng dengan mantap. Tersenyum lebar. "Aku yakin dengan pilihanku, Pih. Terlepas dari Kak Manda dan Kak Alba, juga terlepas dari apa yang pernah terjadi pada Uncle Ares, aku tetap pada keyakinannku. Aku ingin merengkuh agama itu, membawanya dalam imanku. Mempercayai jika Tuhan hanya Allah." Jelasnya tegas. Benar-benar mencerminkan sosok Aletta Viandra Melviano.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Love
General FictionMerengkuh agama-Nya, adalah sebuah impian. Mimpi-mimpi, yang sejak lama diharapkannya mendapatkan restu orang tua. Maka, ketika seorang Aletta Viandra Melviano telah menggenggam semuanya-- restu dan izin kedua orang tuanya, ia tidak lagi menunda. Ke...