Chapter 6

423 32 14
                                    

Maaf ya updatenya gak tepat waktu, tugas sekolah bener-bener numpuk sampai gak bisa cek WP sama sekali
Maaf ya
Sebelum baca klik bintangnya dulu ya
Tinggalkan komentar juga🥰
Happy reading.....

Maaf ya updatenya gak tepat waktu, tugas sekolah bener-bener numpuk sampai gak bisa cek WP sama sekaliMaaf yaSebelum baca klik bintangnya dulu yaTinggalkan komentar juga🥰Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Selama perjalanan pulang Seyla tak bersuara sama sekali, jika biasanya musik klasik itu menemani suasana yang selalu awkward kali ini tidak, suasana sunyi itu dipertahankan Seyla, samar-samar Stevan juga bisa mendengar tangisan lirih Seyla, gadisnya itu terlalu baik atau dirinya yang brengsek?tak salah Seyla semarah tadi memang semua itu sesuai fakta tanpa tipuan, sebenarnya bukan tak peduli tapi memang dirinya yang terlalu canggung, semenjak mereka memutuskan kejalan masing-masing dan jarang bertemu, sifat buruk itu seakan tumbuh subur ditubuhnya menurut Stevan perbuatanya sudah benar dan tak akan menyakiti pihak manapun termasuk Seyla.

Seyla menyeka sisa-sisa air matanya, rasa perih karena terlalu banyak menangis itu kini mulai terasa, lebih baik memang tak menangis dan menganggap semuanya berjalan lancar sesuai tujuan awal ketemu Stevan, sorot matanya masih enggan diarahkan pada Stevan suasana seperti ini tak disukai Seyla, berharap Stevan akan membujuknya mengatakan kata-kata manis,atau menciumnya sebagai tanda maaf tapi sepertinya itu hanya angan-angan, ya seperti yang dilihat Stevan akan bertahan dimode biasa, tanpa rasa bersalah dan ujung-ujungnya Seyla yang akan memulai perbincangan, lebih tepatnya Seyla yang mengoceh karena kekasihnya itu hanya diam.

"Mau kemana?Lo lewatin pertigaan ke rumah gue"ucap Seyla mengawali, kali ini matanya menatap dingin Stevan yang tak banyak bicara, kekasihnya itu hanya diam dan fokus dengan jalanan.

Seyla mengarahkan rahang kokoh itu menghadap dirinya, matanya saling beradu singkat "Kemana? pleasss jangan perkeruh suasana kita pulang dan gue bakal lupain semuanya,stop anggep gue jadi beban Lo, sekarang kita pulang"ucap Seyla lagi, elusan ibu jari itu Seyla rasakan begitu air matanya mengalir kecil.

"Sorry, tunggu sebentar"ucap Stevan menenangkan Seyla, gadis itu diperintahkan untuk duduk di kursinya dengan benar.

Stevan memang seperti itu percuma Seyla membantah, sifat keras kepala itu masih ada sampai sekarang, lebih baik Seyla diam dan menurut, lampu-lampu Tumbler jalanan itu menjadi pemandangan Seyla, kaca mobil itu sedikit Seyla turunkan membiarkan mata sembabnya diterpa sejuknya angin malam, setidaknya sesak dadanya sudah mulai berkurang.

Stela 2 [ SELESAI ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang