🎃 MANTAN || 7 🎃

20.6K 3.8K 457
                                    

Komen yang banyak dong, biar aku semangat up nya. Kalau komennya dikit, aku nggak janji lagi bakal up setiap hari ya❤❤❤

Aswa menggosok-gosok tangannya. Dia masih berdiri di depan toko, tidak bisa masuk karena kunci di pegang oleh Siti. Hari kemarin, dirinya terpaksa harus pulang lebih sore, Om Zaki dan Tante Atika---papah dan ibu dari Khusna---masuk ke rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Mereka terjatuh dari atas motor. Sementara, Khusna tidak bisa pulang dari kantor begitu saja. Dan Aswa, sebagai keluarga paling dekat yang harus mewakili Khusna. Beruntung, Om dan Tantenya tidak terluka parah sehingga tidak harus dirawat inap.

Satu lagi, Aswa juga terpaksa berangkat lebih pagi. Khusna harus menyelesaikan pekerjaan yang katanya kemarin malam tidak bisa dia selesaikan karena mengurusi orang tuanya. Aswa, sebagai seseorang yang selalu membutuhkan tebengan pun, hanya bisa mengikuti jadwal berangkat Khusna. Habis bagaimana lagi? Dirinya memang tidak punya kendaraan. Kalau punya pun, ia tidak bisa untuk mengoperasikannya.

Ya, memang di jaman modern ini, kita bisa memesan taxi atau ojek online. Tapi, karena kebanyakan driver seorang laki-laki, Aswa selalu merasa tidak nyaman, apalagi jika harus berboncengan dengan yang bukan mahram. Atau berduaan di dalam kendaraan beroda empat. Kecuali kalau memang keadaan sedang terdesak.

Sebuah mobil putih mewah tiba-tiba berhenti tepat di hadapan Aswa. Aswa mengernyit heran. Namun, keheranan itu sirna kala Benua turun dari dalamnya dengan senyuman dan gaya---yang tak bisa Aswa pungkiri---sangat memukau.

"Aku liat bidadari di pinggir jalan. Ya udah, aku samperin."

"Aku nggak liat siapa-siapa dari tadi. Kamu halu kali."

"Awalnya aku mikir gitu. Tapi sekarang bidadarinya ada di hadapan aku, jadi aku yakin kalau aku nggak halu."

Aswa menghembuskan napas. Emosi dia tuh, emosi!

Mimpi apa dia semalam, karena pagi-pagi begini sudah ada dedemit yang menghampirinya. Aswa memang harus bisa lebih sabar lagi dalam menghadapi Benua. Tapi omong-omong, sedang apa laki-laki itu, jam setengah tujuh begini sudah ada di sekitaran kantor?

Aswa rasa, jadwal masuk para karyawan PurpleDesain itu jam delapanan.

Aswa menghembuskan napas, uap-uap keluar dari dalam mulutnya. Cuaca Bandung memang sangat dingin. Mengosok-gosok tangan, Aswa pun memasukan kedua indra perabanya ke dalam saku jaket, dengan mata yang tak pernah beralih fokus pada jalanan atau gedung PurpleDesain. Aswa benar-benar ... mengacuhkan Benua.

Benua yang merasakannya pun mulai lelah dan tak nyaman dengan keheningan yang ada. Benua lalu menatap siluet wajah Aswa dari samping. Kenapa bisa Aswa secantik ini? Kulitnya yang kuning langsat dan mulus, bahkan seperti tanpa pori-pori itu membuat Aswa terlihat sangat cantik. Hidung mancung, bulu mata lentik yang terlihat jelas jika dilihat dari arah samping ... Aswa benar-benar tipenya.

Apalagi, keanggunan tingkahnya, kebaikan ahlaknya, jilbab besarnya yang menutup setengah tubuh kecil Aswa, gamis yang tak memperlihatkan lekuk tubuh sama sekali benar-benar membuat Aswa sempurna. Sempurna menjadi calon istri dan ibu yang baik baginya dan anak-anaknya.

Benua tersenyum, lalu bertanya, "kamu operasi plastik ya, Aswa?"

Aswa memelototkan mata, menatap Benua sekilas. "Enak aja kalau ngomong, aku nggak operasi plastik kok. Aku nerima pemberian Yang Maha Kuasa. Apa adanya diriku sendiri."

"Terus, kenapa kamu bisa secantik ini. Nggak sedekil dulu, nggak gimbal, nggak item ...."

Oh ... jadi begitu pandangan Benua terhadap dirinya dahulu?

Aswa menipiskan bibirnya. "Dulu, dulu saking sibuknya ibu kerja buat nyambung hidup kami, aku sampai nggak keurus. Aku jarang mandi, keramas, dan gitu deh. Yang aku tau cuma belajar, belajar dan terus belajar."

Astagfirullah, Mantan! [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang