8

4 1 0
                                    

Seusai ia mengakhiri pelajaran, banyak mahasiswa yang menghampiri Gama untuk meminta nomor telepon dan ingin mengetahui akun media sosialnya. Sayang orang yang dia inginkan tidak bergerak dari tempat duduk. Ia melihat Zizi menatap kearah pintu yang penuh sesak dengan para mahasiswa.

Tak berselang lama Gama melihat Zizi diikuti oleh dua orang mahasiswa keluar kelas sambil bercakap-cakap. Gama melihat ketiga remaja itu begitu akrab bergurau bebas. Dia akhirnya bisa keluar kelas lalu berjalan searah dengan mereka beberapa langkah dibelakang. Entahlah ia yang kecepatan jalan atau ketiga anak itu melambat, membuatnya dapat menguping percakapan mereka.

Gama ingin tertawa setelah mendengar penilaian Zizi dan anak lelaki itu mengenai Chika. Wanita itu langsung mengajak Gama liburan bersama ke Toraja setelah pertemuan pertama mereka. Ia yang dalam keadaan butuh refreshing saat itu pun menyatakan setuju atas ajakan Chika. Ternyata wanita itu sedang butuh pendamping ke pernikahan salah satu sahabatnya.

Gama masih mengingat jelas kalau ia melihat Zizi pada pernikahan tersebut. Ia mengingat Zizi memakai baju berwarna hijau muda yang cantik bersama celana dan jilbab berwarna senada. Makeup natural membuatnya bagai peri hutan ditengah kerumunan manusia. Gama berpikir mungkin ia berlebihan karena begitu tertarik dengan gadis itu. Sedang saat ini wajah gadis bernama Mawar itu sangat lucu bagi Gama. Kasihan juga melihatnya tersiksa. Gama akhirnya mengambil jalan pintas agar berpisah dengan ketiga orang itu.

💕💕💕💕💞💞💞💞

Zizi memperhatikan wajah Mawar yang tidak tersenyum sedikit pun. Bahkan percakapan mereka hanya didominasi Tius dan sedikit Zizi. Sesampainya di depan rumah kontrakan yang dihuninya, Mawar membuka pintu rumah tanpa mempersilahkan kedua temannya masuk. Mawar malah menutup rumah kembali dengan membanting pintu.

Zizi dan Tius terkejut dan heran dengan sikap Mawar. Zizi mengetuk pintu dan berkata, "Mawar... Kami boleh masuk ?"

Karena tak mendapat jawaban Tius berteriak, "Mawar.. Mawar.. kita masuk yah." Lalu Tius mendorong pintu dan akhirnya mereka masuk.

Mawar terlihat duduk bersandar di kepala ranjang. Zizi langsung menghampiri Mawar dan ikut duduk di atas tempat tidur. Mata Mawar tidak pernah menatap keduanya.

Tius memilih duduk di lantai dan berkata dengan nada mendesak, "Kenapa ? Ada masalah. Bilang kalau kita ganggu."

Mawar menghembuskan nafas dan menggerutu, "Kalian kalau mau menceritakan keburukan orang, lihat di sekitarmu. Seperti tadi waktu bahas kak Gama. Dia sedang jalan dibelakang kalian. Mana dia dengar lagi." Mawar mendesah, "Terus bagaimana kalau dia permasalah sampai di kelas. Asal kalian tau wajahku yang dia lihat. Kalian enak menghadap ke depan."

Baik Zizi maupun Tius terperangah mendengarkan informasi tersebut. Tius tiba-tiba berdiri karena panik, "kenapa tidak bilang tadi ?"

"Sudah saya kode. Tidak ada yang paham." Balas Mawar.

"Bagaimana ini Zi ? Solusi apa." Tius menatap Zizi. Namun yang ditanya hanya memberikan tatapan kosong.

Ketiga anak muda ini terdiam beberapa saat. Terlihat Zizi mengerutkan keningnya seakan berpikir keras, "Menurut saya, kak Gama tidak akan mempermasalahkan itu. Soalnya mana mau dia buka aibnya di kelas. Dia juga yang malu. Tenang saja." Ucapnya walaupun didalam hati tercipta rasa was-was.

"Semoga saja."

"Amen."

💕💕💕💕💞💞💞💞

Saat ini Jeop berada di depan ruang operasi. Perasaannya campur aduk antara senang dan takut. Sedang di dalam ruangan, Nita sedang dibedah untuk mengeluarkan bayinya. Jeop tersenyum melihat Agil memperlihatkan ekspresi tegang dan cemas.

Mertua Nita tiba di rumah sakit beberapa menit kemudian. Sepertinya dari bandara, kedua orang itu langsung menuju rumah sakit. Jeop melihat papa Ale yang menghampiri  kak Agil dengan masih membawa koper.

Mama Cua memeluk Agil lalu bertanya, "Bagaimana perkembangan Nita di dalam Gil ?"

"Sejauh ini istriku baik ma. Dokter sudah memulai operasinya beberapa waktu tadi." Jawab Agil.

Lalu mama Cua menghampiri Jeop dan memeluknya. Papa Ale juga bergantian memeluk kedua pria yang terlihat kusut itu.

"Nita dan bayinya pasti selamat nak. " Ucap papa Ale.

Lampu di depan ruang operasi berubah warna. Seorang pria yang Jeop ketahui adalah dokter yang menangani Nita keluar dari ruang operasi. Ia menghampiri Agil, "selamat bayi anda telah lahir. Ibu dan bayinya sehat. Mereka akan di bawa ke ruangan masing-masing. Silahkan satu orang dapat menjenguk pasien di dalam."

Semua anggota keluarga bersyukur atas kehadiran bayi perempuan dari Nita. Jeop bahagia dengan adanya ponakannya sehingga keluarga yang sedarah menjadi bertambah. Selama ini ia cuma punya kakak perempuan, walaupun kadang orang mengira Nita itu adiknya. Lalu sekarang bayi itu adalah ponakan langsungnya yang selama ini dinantikan oleh keluarga besar Agil.

Saat Agil pamit untuk mengazani anaknya, Jeop berkata, "Papa dan mama ikut balik saja bersama saya. Berhubung  sudah tengah malam. Kalian istirahat dulu. Besok pagi kita gantian dengan kak Agil menjaga Nita."

"Ia. Kata dokternya besok Nita sudah bisa dibesuk di ruangan. Jamie titip papa dan mama yah. Hati-hati bawa kendaraan dek. Jam begini rawan  begal. Pa.. ma.. saya masuk dulu." Tambah Agil.

Jeop mengarahkan kedua orang tua Agil menuju parkiran mobil. Ia mulai berkendara di pukul 23.08 seperti yang tertera pada jam ditangannya. Selama diperjalanan Jeop tak henti-hentinya melihat kearah belakang untuk melihat kedua mertua Nita yang terlihat kusut.

"Papa dan mama tidur saja. Nanti saya bangunkan kalau sudah sampai rumah." Kata Jeop.

"Belum ngantuk. Eh.. Jamie sudah mau selesai yah. Kapan skripsian nak ?" Papa Ale bertanya.

"Insyaallah semester depan bisa nyicil skripsi." Jawab Jeop.

Papa Ale yang berprofesi sebagai dosen elektro di salah satu universitas negeri di Bandung berujar, "Bagus. Nanti kalau kamu perlu sesuatu bilang ke papa. Mau tanya-tanya bisa juga."

Papa Ale kembali bersuara, "Beri tahu papa kalau mau referensi buku atau jurnal ilmiah. Papa senang liat kamu ambil jurusan elektro. Coba kita kenal sebelum kamu kuliah. Papa akan suruh kamu daftar di kampus papa saja."

Dengan tersenyum lebar Jeop membalas ucapan papa Ale, "kayaknya terimakasih tidak cukup atas semua bantuan dan dukungan papa selama ini sama saya dan Nita. Kami merasakan punya orang tua berkat papa dan mama. Saya sangat bersyukur papa yang jadi mertuanya Nita. Tidak semua orang tua mau menerima menantu seperti kami."

"Nak.. kalian berdua sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Kamu itu sekarang anak mama. Waktu pertama mama berbicara dengan Nita, mama tau dia istri yang cocok untuk Agil. Sopan dan cerdas. Nilai tambahnya Mana cantik lagi. Anak tidak pernah memilih dia lahir dari mana. Tapi kami sebagai orang tua dapat memilih menantu yang baik untuk anaknya. Kakakmu itu yang terbaik."

Mama Cua menarik nafas lalu melanjutkan, "Mama berdoa semoga kamu dipertemukan dengan wanita yang tepat suatu hari nanti. Ingat Jamie, mama dan papa selalu siap menjadi tempatmu bercerita atau curhat. Setelah Agil dan Nita punya anak intensitas kami ngobrol jadi berkurang. Cuma kamu yang mama harap bertukar pikiran. Sering-sering telpon mama. Cuma papa saja yang kamu hubungi."

Jeop dan papa tertawa mendengarnya akhir keluhan mama. "Pasti ma. Jamie rencana berkunjung ke Bandung liburan semester nanti. Mau ketemuan sama teman." Balas Jeop.

Mama Cua tersenyum senang, "Mama tunggu yah. Kamu infokan saja kapan berangkat dari sini."

"Oke mah." Balas Jeop dengan nada bahagia.

Send happy for you & good luck !

💕💕💕💕💞💞💞💞

Destiny Or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang