4

6 1 0
                                    

Pagi ini Zizi kesulitan bangun karena seluruh badannya pegal-pegal. Berhubung ia sedang datang bulan Zizi bangun jam enam lewat. Itu pun ia memaksakan diri karena sadar berada di rumah temannya.

Tante Dice berada di dapur sedang mempersiapkan sarapan pagi. Tante Dice adalah adik dari ibunya Tius. Zizi berniat membantu Tante Dice mempersiapkan bumbu untuk memasak ikan mas dengan bumbu utama keluak.

"Tante apa yang bisa saya bantu ?" Tanya Zizi.

"Kamu bisa mengulek ?" Tante Dice balik bertanya.

"Ia. Mari saya ulek bumbunya." Zizi.

"Ulek pamarrasan terpisah. Lalu haluskan rawit bersama bawang merah dengan sedikit garam agar lekas halus lomboknya." Kata Tante Dice.

Zizi mengerjakan sesuai instruksi Tante Dice. Sedang Tante Dice membakar ikan mas yang telah dibersihkan.

"Zi tolong kamu geprek jahe, serai dan lengkuas juga." Kata Tante Dice. Lalu Tante Dice memasak ikan mas tersebut.

Sudah menjadi kebiasaan orang Toraja menjamu tamu yang berbeda keyakinan dengan hidangan ikan mas sebagai bentuk penghargaan. Biasanya ada juga hidangan olahan ayam. Namun kali ini ibunya Tius, Tante Heny, tidak mendapatkan ayam yang disembelih dengan cara islami.  Soalnya penjual ayam itu keluar kota.

Zizi makan bersama keluarga Tius. Hidangan sarapan yang tersaji cukup lengkap. Terdiri dari nasi putih, pantollo pamarrasan ikan mas dan sayur Burak tanpa unggas serta telur ceplok. Namun ayahnya Tius tidak sarapan bersama karena ingin memberi makan kerbau yang diternakkan keluarganya. Ayah Tius memiliki ternak kerbau dan babi.

Setelah membantu membersihkan bekas sarapan, Tius mengajak Zizi melihat hewan peliharaan ayahnya. Berjarak 200 meter dari rumah Tius, terdapat lahan kosong yang beralih fungsi menjadi perkubangan tedong. Keluarga ini memelihara tedong pudu' dan tedong sambao'. Kerbau milik ayah Tius diternakkan dengan baik. 

Keluarga Tius merupakan keluarga kasta tinggi karena kakek Tius keturunan bangsawan Toraja. Sehingga setiap perayaan besar baik itu rambu solo' maupun rambu tuka' akan diadakan dengan meriah. Hewan yang dikurbankan pun jumlahnya banyak.

"Ayah sarapan dulu. Biar saya yang mengatur kandang tedong." Kata Tius sambil memberikan titipan makanan untuk ayahnya.

"Nanti pergi ambil tedong di sawah kalau ommu sudah selesai membajak." Perintah ayah Tius.

"Oke." Balas Tius.

Sehabis membersihkan kandang, Tius mengajak Zizi pergi ke sawah milik keluarganya. Zizi berjalan mengikuti Tius melewati pepohonan rindang namun yang dikenalinya cuma pohon kelapa dan pohon pisang. Sepintas Zizi memperkirakan bahwa ukuran petak sawah disini lebih luas dari yang pernah dilihatnya. Tius memberi tahu kalau sawah ayahnya cukup dekat kalau sudah mendekati pohon bambu.

"Zi dibayanganku kau bakal udik lihat sawah." Kata Tius.

Sambil tersenyum Zizi berkata, "saya sudah pernah main di sawah kalau berlibur di rumah tanteku."

"Bukannya kau tidak pernah kemanapun selama ini. Katamu nanti kuliah baru keluar kampung halaman." Balas Tius.

"Dulu sekali waktu masih anak-anak. Tapi saya tidak ingin ketempat itu lagi." Kata Zizi.

"Kenapa ? Apa tantemu sudah pindah rumah ?" Tanya Tius.

"Orangnya sudah mati." Jawab Zizi sambil tertawa sendiri.

"Kau kenapa Zi ?" Tius bingung dengan sikap Zizi.

"Tidak apa-apa. Yang mana sawahmu ?" Kata Zizi. Tius paham sepertinya Zizi tidak ingin menjelaskan lebih lanjut perihal isi kepalanya.

Destiny Or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang