"nek... Zizi pergi dulu, Assalamualaikum" Zizi meninggalkan rumah dengan mengenakan kemeja merah muda terpucat dengan jins serta jilbab yang senada. Hari ini ia berkeinginan menikmati jalan yang akan di lewati pt-pt ke kampus. Hari yang dinantikan Zizi dan seluruh mahasiswa baru karena status mereka berubah menjadi mahasiswa.Jalanan dipadati oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Setiap orang berusaha mencari celah agar kendaraan mereka tidak terjebak macet. Mungkin sedikit orang yang berkesempatan memperhatikan gedung-gedung pencakar langit dan pertokoan disekitarnya. Zizi takjub saat melihat bangunan dengan desain unik. Sesaat dia menyesal mengambil jurusan matematika bukannya teknik sipil atau arsitektur. Tapi ia kembali berucap syukur karena masih bisa kuliah di universitas negeri.
Sesampainya di kampus Zizi langsung mencari jurusannya. Sekilas dia tidak bisa membedakan mana mahasiswa baru dan lama. Tanpa seragam tidak ada yang membedakan tingkatan mereka kecuali bahasa tubuh. Mahasiswa baru terlihat gugup dan canggung serta tatapan penasaran menghiasi wajahnya.
Seorang dosen wanita memperkenalkan ruangan apa saja yang dimiliki jurusan pilihan Zizi. Wanita yang menyebutkan dirinya sebagai ketua jurusan matematika tersebut bernama Ibu Rita. Para mahasiswa baru terlihat fokus dengan penjelasan ibu Rita.
Lain halnya dengan Zizi, matanya menangkap pergerakan seorang pria menuju papan informasi. Zizi merasa familiar dengan si dia yang sedang memperhatikan jadwal kuliahan. Zizi mengingat pria tersebut adalah orang yang sama dengan Mr. Smile penunjuk jalan waktu registrasi ulang.
"Gantengnya,, angkatan berapa itu ?" Bisikan gadis disebelahnya membuat Zizi mengikuti arah pandang mahasiswi itu. Sepertinya bukan cuma Zizi yang terdistraksi oleh pria itu.
"Yakin dia mahasiswa, kayaknya terlalu dewasa untuk jadi mahasiswa." Celetuk pria di belakang Zizi.
"Bisa jadi mahasiswa S2 atau S3." Balas gadis disebelah Zizi yang nametag-nya bertulis Mawar.
Sedang Tius yang berdiri di belakang Zizi kembali membalas, "yang ada tampang begitu cocok jadi dosen. Sudah tua juga."
Spontan Zizi dan Mawar memutar wajahnya menghadap Tius dengan tampang ingin membunuh. Tius terlihat salah tingkah dan mundur perlahan. Kedua gadis tersebut lalu saling berpandangan dan tersenyum. Zizi yang memang gampang bergaul menyebutkan namanya terlebih dahulu.
"Saya Mawar" respon Mawar. Zizi kepikiran para pelaku kejahatan yang sering disamarkan namanya jika wawancara TV.
"Saya Matius Rafael, panggilannya Tius" celetuk seseorang dari arah belakang. Rupanya Tius kembali berdiri dibelakang Zizi.
Kedua gadis tersebut merespon "tidak ada yang tanya".
"Cuma perkenalkan diri, kedepannya siapa tau bisa jadi teman." Balas Tius dengan PD-nya. Hanya dengusan dan respon diam yang diperoleh Tius.
Saat ibu Rita menginstruksi mereka ke ruangan LT4, barulah Zizi tersadar kalau dia tidak memperhatikan apa saja arahan sebelumnya. Zizi dan Mawar duduk berdampingan pada barisan keempat ditepian. Sedang Tius tepat berada diujung barisan kelima. Ruangan yang mereka tempati memiliki kursi berbentuk punden berundak untuk ditempati peserta kuliah. Sedang white board berada di depan seperti kelas pada umumnya hanya yang ini berukuran super.
Para dosen bergantian menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh seorang mahasiswa jurusan matematika. Ada dosen yang membahas tentang tata tertib, lalu jadwal perkuliahan dan bagaimana pengkaderan secara umum. Tentang pengkaderan, pembahasan itu juga ditujukan untuk kakak tingkat mereka.
Kegiatan berakhir saat azan Zuhur terdengar. Zizi dan beberapa mahasiswi kenalan barunya hendak melaksanakan sholat di musholla yang berada di bawah lantai jurusan matematika. Tempat berwudhu berada terpisah di lantai bawah dari musholla tersebut.
Ketika hendak kembali ke musholla Zizi berpapasan dengan mahasiswa yang juga hendak melaksanakan sholat. Pria tersebut tersenyum kearah Zizi tapi sebelum Zizi membalasnya tiba-tiba pandangan pria itu langsung melihat kearah lain. Zizi melihat mahasiswa tersebut melangkah terburu-buru menuju tempat berwudhu. Zizi pun masuk ke musholla untuk menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat Zizi menghampiri Mawar yang sedang menunggu bersama Tius. Mereka janjian makan di kantin kampus.
"Kenapa anak ini bersama kita makannya, kau tidak gabung sama temen laki-laki ?" Zizi berbicara sambil menunjuk Tius.
"Belum kenal, baru kau dan Mawar yang saya tau. Ayolah... Saya gabung di kalian saja. Kasihanilah cowok kesepian ini." Balas Tius yang tersenyum manis.
"Tadi sudah saya usir Zi. Dianya tidak mau pergi." Kata Mawar.
"Yah sudahlah. Enaknya makan apa Ros" respon Zizi.
Dengan cemberut Mawar menanggapi "jangan panggil Ros. Saya mau coba pesan sup ubi soalnya belum pernah makan. Kalian mau apa ?"
"Saya pesan mie Titi. " Sahut Tius.
"Makanan apa itu ? Ada paket komplitnya tidak yang plus koma ?" Canda Zizi.
"Zizi... Mie Titi adalah makanan khas di sini yang terdiri dari mie yang digoreng kering dengan siraman capcay. Kau pesan Coto Makassar saja Zi, biar nanti kita bisa icip-icip makanan yang berbeda." Jelas Tius.
Akhirnya mereka memesan makanan yang berbeda. Tius dengan mie Titi dan Zizi memesan Coto Makassar. Sedang Mawar membeli sup ubi yang berisikan singkong goreng bercampur tauge, mie kuning, daun bawang dan bawang goreng lalu diberi kuah sup berisikan daging. Mereka makan dengan lahap sambil saling share makanan masing-masing.
Kelas kewarganegaraan adalah kuliah pertama Zizi yang diadakan di ruang PB312. Para mahasiswa berdesakan sampai ada yang tak duduk. Dosen yang mengajar menyuruh mahasiswa yang tak dapat kursi mengambil kursi di sebelah ruang tersebut. Zizi salah satunya yang berdiri di pojokan membuatnya harus keluar ruangan lagi. Ruangan PB memang diperuntukkan untuk perkuliahan kelas kecil. Namun mahasiswa yang mengambil kelas ini jumlahnya membludak. Ditambah para senior yang mengulang mata kuliah kewarganegaraan.
Kelas terasa lama karena tidak kondusif dan tiga orang yang duduk di kursi belakang saling sikut. Semua berawal karena Tius kegerahan. Tius tak sengaja menyenggol Mawar. Akibatnya pulpen mawar terlepas dan jatuh menggelinding ke bawah kursi Zizi. Zizi berinisiatif mendorong menggunakan kaki malah menginjak pulpen hingga pecah.
"Pulpenku itu... " Mawar berbisik dengan wajah sedih.
"Tak sengaja, sumpah. Zizi juga ambil pakai kaki" balas Tius.
"Kau yang jatuhkan, salahmu lah Tius" Zizi membela diri.
Beruntung seorang mahasiswa bernama Kay meminjamkan pulpen kepada Mawar. Tius dan Zizi saling pandang dengan perasaan bersalah.
Saat kelas usai Zizi buru-buru pergi ke koperasi untuk membeli pulpen. Tius pun sudah berdiri di kasir untuk membayar belanjaannya yang juga pulpen. Lalu Tius yang diikuti Zizi berjalan kembali ke kelas untuk menemui Mawar. Wajah Mawar masih cemberut melihat Zizi dan Tius berjalan menghampirinya.
"Kenapa saya ditinggal sendiri. Kalian dari mana ?" Keluh Mawar.
"Tadi kita cari pulpen di koperasi untukmu. Pulpen kamu kan dihancurkan Zizi." Jelas Tius.
"Maaf yah Mawar. Ini pulpen untukmu." Sambil Zizi menyodorkan kepada Mawar.
"Astaga... kita bisa pergi beli sama-sama. Pikirku kalian sudah lupakan saya tadi. Malah sendiri lagi di sini. Jangan begitu lagi yah" Sambung Mawar.
Zizi dan Tius saling berpandangan dan tersenyum.
"Mana bisa kita tinggalkan si bunga cantik tanpa teman." Goda Tius pada Mawar.
"Dasar baperan." Kata Zizi sambil merangkul Mawar.
Tius pun ingin memeluk kedua gadis tersebut namun sebelumnya mendapat pelototan dari keduanya. Mereka akhirnya tertawa bersama dan persahabatan ketiganya dimulai sejak hari itu.
Send happy for you & good luck !
💕💕💕💕💞💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Or Coincidence
RomanceZizi dilanda bimbang. Haruskah dia melanjutkan rasa ketertarikan yang tak rasional ini. Cupid must have interpreted. Jika semesta tak berpihak dengannya, dapatkah cupid mengarahkan Zizi pada pria yang tepat. Penemuan cinta setiap manusia berbeda. ...