5

6 1 0
                                    

Hari ini segala persiapan pernikahan harus rampung. Saudara Tius, kak Jessy akan melangsungkan pesta adat rampanan kapa' esok hari. Seperti acara rambu tuka' lainnya, pernikahan di Toraja dilaksanakan di pagi hari.

Pada kompleks rumah adat tongkonan, para keluarga dan tetangga mempersiapkan makanan untuk pesta. Di sana telah terkumpul beberapa ekor babi untuk disembelih. Beberapa babi milik keluarga mempelai dan yang lainnya merupakan sumbangan warga sekitar. Ini pertama kali Zizi melihat hewan babi secara langsung.

Para wanita berkumpul untuk membuat bumbu dan menyediakan kertas nasi. Ada juga ibu-ibu yang memasak ikan mas dan menyiapkan hidangan sate. Sedang  para pria mengambil bambu untuk membuat suke'. Suke' akan digunakan sebagai wadah memasak pa'piong.

Di tempat lain beberapa pria menyembelih babi lalu membakar kulit luarnya agar bulunya hilang. Selanjutnya babi yang telah dibersihkan bulunya akan diambil alih oleh kelompok lainnya. Para pria ini telah siap dengan parang dan talenan untuk memotong daging babi.

Zizi begitu mengagumi masyarakat Toraja yang masih mempertahankan budaya kekeluargaan. Persiapan pernikahan yang rumit pun terlihat mudah karena banyak yang membantu keluarga Tius. Komplek rumah adat tongkonan ramai pengunjungnya.

"Tius... Kenapa bapak yang di sana minum pakai wadah bambu ?" Tanya Zizi sambil menunjuk kumpulan pria.

"Ooh.. mereka sedang minum ballo'. Penyajiannya memang di bambu." Jawab Tius.

Zizi berucap, "Apa itu ballo' ? Saya juga mau minum dari gelas bambu."

"Ballo' merupakan hasil fermentasi air nira dari penyadapan pohon enau. Kau tidak boleh minum karena mengandung alkohol. Nanti saya buatkan gelas dari bambu untukmu." Jelas Tius.

Zizi maklum dengan budaya Toraja yang jauh berbeda dan unik. Pantas saja kalau di sini orang konsumsi alkohol karena udaranya dingin dan kebiasaan ini bagian dari budaya. Mama Tius tidak membolehkan Zizi membantu karena hidangan yang dibuat adalah babi. Tante Heny tidak ingin gadis tersebut menyentuh hewan babi yang haram baginya.

Tius mengajak Zizi kembali kerumahnya saja agar kak Jessy ada yang temani. Sesampainya di rumah, mereka melihat kak Jessy menggunakan masker wajah. Kak Jessy dibantu oleh beberapa wanita melakukan perawatan tubuh. Zizi menghabiskan waktu bergabung dengan mereka sedang Tius kembali ke rumah tongkonan.

💕💕💕💕💞💞💞💞


Dini hari seluruh penghuni rumah telah terjaga. Mereka menyiapkan diri untuk melakukan pemberkatan pernikahan di gereja. Dari cerita mama Heny, kak Jessy telah melewati tahapan adat lamaran Toraja yakni palingka kada (penyelidikan status perkawinan si wanita) dan pihak keluarga pria sudah memberikan umbaa pangngan (sirih pinangan).

Tius sudah rapi dengan setelan baju berwarna putih dengan aksen merah. Sedangkan kedua orang tuanya memakai baju berwarna merah yang seragam dengan besannya. Pemberkatan di gereja dihadiri oleh para keluarga dan kerabat namun Zizi langsung menuju rumah tongkonan saja.

Rumah tongkonan telah siap untuk menggelar hajatan rampanan kapa'. Mata Zizi menangkap warna kuning dan merah yang ditonjolkan pada dekorasinya. Hiasan pada pelaminan adat Toraja jauh berbeda dengan suku Bugis-Makassar. Kalau pada pelaminan adat Bugis-Makassar diberikan lamming pada dekorasinya maka pelaminan ini terkesan modern dengan nuansa merah yang kental.

Saat musik bambu dari ma' lambuk telah terdengar, mempelai pengantin memasuki area pesta diiringi dengan suara syair dan pantun dalam bahasa Toraja. Para penari berpakaian khas Toraja memimpin rombongan pengantin dan keluarga menuju pelaminan. Serta keluarga dan para tamu yang menghadiri pemberkatan mengekor di belakang rombongan.

Zizi begitu terpikat dengan tampilan kak Jessy dan suaminya saat memasuki area pesta. Kalau pengantin wanita biasanya membawa buket bunga namun sepasang pengantin Toraja memegang keris dengan sangkurnya yang gagah. Selama menanti sang mempelai sampai di pelaminan, Zizi memperhatikan tamu yang datang bersama keluarga.

Dari banyaknya tamu, pandangan Zizi menangkap wajah yang familiar. Seorang pria yang duduk di tenda tamu tersenyum menawan kearah Zizi. Disampingnya duduk wanita cantik mengenakan dress berbahan batik yang sama dengan pria tersebut.

"Woi.. kenapa duduk disini ? Ayo pindah di rumah pondok khusus keluarga." Tius mengagetkan Zizi.

"Memang boleh ?" Tanya Zizi.

"Pastilah. Pesan mama suruh Zizi duduk bergabung sama tante Dice. Ayo." Jawab Tius sambil menarik tangan Zizi.

Di sana Zizi disambut oleh Tante Dice dan keluarga Tius sambil duduk lesehan. Berselang beberapa menit acara makan dimulai. Dengan mencontoh orang disekitarnya, Zizi ikut mengambil kertas nasi yang dilapisi daun pisang sebagai alas makan. Telah tersedia beberapa makanan diantaranya pa'piong babi, pa'piong burak, sate dan pantollo pamarrasan ikan mas. Namun Zizi cuma mengambil nasi, kerupuk dan olahan ikan mas untuk dimakannya.

Seusai makan bersama para tamu menuju pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Zizi mengamati setiap orang akan menyimpan kertas bekas makannya pada kotak kardus kosong yang tersedia. Menurut Zizi budaya ini patut ditiru karena tidak ada makanan yang terbuang percuma. Orang-orang mengambil makanan secukupnya sehingga kertas bekas makan dapat membentuk gumpalan.

Zizi ikut membantu membersihkan sisa-sisa pesta pernikahan hingga sore hari. Warga sekitar juga turut membantu bersih-bersih. Setelah semuanya beres Tius dan Zizi tidur terlelap hingga esok hari.

💕💕💕💕💞💞💞💞

Pada hari terakhir liburan Zizi di Toraja diisi dengan mendaki gunung untuk mengejar sunset. Tempat ini telah dipenuhi turis lokal dan mancanegara. Banyak yang mengambil foto untuk mengabadikan diri dengan latar belakang matahari terbenam.

Saat Zizi ingin berfoto bersama Tius, mereka dikejutkan oleh pemandangan pasangan lokal yang sibuk berciuman. Tius berniat menjahili pasangan itu dengan menyalakan kamera belakang. Zizi turut berpura-pura pasang pose tersenyum mengikuti Tius.

Namun hal yang tak terduga terjadi saat mereka menekan tombol membuat video. Sang pria mengangkat wajahnya dan memandang kearah Zizi dan Tius duduk. Beruntung Zizi dan Tius membelakangi posisi matahari, berhubung hari mulai gelap sehingga hanya siluet yang terlihat. Tius langsung mematikan handphone dan  merangkul Zizi untuk memutar tubuh kearah sunset.

Tius berbisik, "pria itu pernah kita temui di kampus kan. Waktu masih perkenalan jurusan."

"Ia. Orang yang sama." Balas Zizi.

"Cara pacaran orang dewasa memang beda. Tapi tetap saja ini tempat umum. Sudah putus urat malunya." Kata Tius.

"Asal gaya pacaranmu jangan begitu. Bukannya pasangan bule biasa begitu di sini ?" Komentar Zizi.

Tius menanggapi dengan nada marah, "tapi orang lokal tidak usah ikutan juga. Cari tempat privasi sana"

Zizi tersenyum meledek Tius, "bisa coba yang jomblo tidak usah ngegas."

Tius menjepit kepala Zizi diketiaknya. Orang yang mereka bicarakan sedang fokus menatap dua sahabat itu. Gama terganggu melihat gadis cantik itu tertawa dirangkul pria lain. Ia ingin menarik tangan sang pria agar terpisah dari wanita tersebut. Terlihat Zizi ingin melepaskan diri dari sang pria. Tak lama kemudian Zizi dan Tius menuruni bukit sedang Gama berjalan membuntuti mereka. Gama bahkan lupa telah membawa wanita bersamanya.

Catatan 📋

📎 Suke' : potongan bambu berukuran 50 cm atau lebih dengan salah satu sisinya terbuka
📎 Pa'piong : makanan khas Toraja yang dimasak di dalam suke'
📎 Lamming : kain beludru berhiaskan butiran tiara yang menghiasi rumah, penanda ada acara adat pada keluarga Bugis-Makassar
📎 Ma' lambuk : batang bambu yang dipukulkan pada sebilah kayu

Send happy for you & good luck !

💕💕💕💕💞💞💞💞

Destiny Or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang