"Kau bilang namanya Jamie. Terus dia mahasiswa elektro di sebelah tahun ketiga." Mawar menegaskan pernyataan Zizi.
"Ia." Balas Zizi.
"Tapi kenapa kita tidak pernah ketemu di lift atau tangga." Ucap Mawar sambil mengerutkan kening.
Zizi hanya mengangkat bahu. Benar pikir Zizi. Padahal salah satu akses yang sering digunakan penghuni jurusan elektro maupun matematika adalah tangga dan lift tersebut. Zizi lalu berujar, "Oh.. ingat. Saya beberapa kali lihat kak Jamie berjalan dari musholla menuju lantai dibawah perpustakaan."
Zizi melihat Tius mendekati mereka. Tius mengambil kursi di kiri Mawar sedang Zizi sudah terlebih dahulu duduk di sebelah kanan Mawar.
"Tidak biasanya kau telat dihari pertama. Padahal ada yang curhat rindu kampus." Olok Zizi kepada Tius.
Setelah menetralkan nafasnya Tius berujar, "Telat bangun. Saya lupa buat alarm. "
"Syukur belum masuk dosennya. Ini malah telat sepertinya dosen yang mengajar." Kata Mawar.
Kelas mulai ricuh dengan banyaknya yang bertukar kabar. Ini sudah menjadi hal yang biasa jika tak ada dosen di kelas. Bahkan ada yang membagikan oleh-oleh seperti yang dilakukan Tius saat ini.
"Ini khusus buat Mawar." kata Tius sambil menyodorkan sepasang gelang dan kalung etnik dari Toraja.
Sambil mengunyah kue Zizi berusaha berkata, "Saya tidak dapat Tius."
"Kau kan sudah saya beri sebelum balik ke Makassar. Telan dulu makanan di mulutmu Zi." Lanjut Tius, "Zizi itu kue beri ke yang lain. Jangan makan sendiri."
Zizi ingin membalas ucapan Tius namun tersedak makanannya. Mawar membantu mengambil botol air dari tas Zizi dan membukanya untuk diminum Zizi. Tius berucap, "Makanya dibagi-bagi."
"Iya-iya" Balas Zizi. Lalu Zizi memberikan kepada teman yang berada disekitarnya. Zizi mendengar Tius memberikan makanan kepada Mawar dan ia merasa tidak dihiraukan.
Perhatian kedua orang tersebut teralihkan saat mendengar Zizi bergumam, "Mawar saja diperhatikan."
"Kenapa lagi ini bocah. Astaga Zizi kau masih belum kenyang." Kata Tius melihat Zizi.
"Sudahlah. Ini untukmu separuhnya." Mawar membagi makanan kepada Zizi.
"Makasih Mawar cantik." Ucap Zizi dengan gembira sambil melanjutkan makannya.
Dengan melipat tangan di atas meja, Tius mengarahkan pandangannya kearah Zizi dan berkata, "Itu makanan lari kemana Zi, soalnya badanmu begitu-begitu saja."
"Jadi energi dan kotoran." Balas Zizi tanpa berpikir.
Mawar tertawa kecil dan berkata, "Zizi biar makan banyak tidak akan melar tubuhnya. Dia punya body goal."
"Kalau saya tidak mengatur pola makan langsung tambah berat badan." Terdengar curhatan dari seorang mahasiswi.
Gadis yang lainnya ikut menimpali, "Sama. Saya kalau makan malam beberapa hari saja, jarum timbangan langsung bergeser. Ini satu makhluk memang beruntung."
Zizi hanya mendengarkan percakapan teman-teman disekitarnya. Ia ingin berucap kalau dibutuhkan yoga dan olahraga yang rutin jika ingin sepertinya. Menurut Zizi banyak orang hanya diet dengan mengatur asupan gizi. Padahal olahraga yang teratur dan mindset perlu dikelola juga agar tubuh dan pikiran bahagia. Namun ia malas meladeni pembicaraan ini karena hanya akan terlupakan juga.
Jam pertama telah berlalu, namun sang dosen tidak memberikan kabar sedikit pun. Berhubung mata kuliah ini alokasi waktunya 2X45 menit per pertemuan, para mahasiswa tetap berada di kelas. Zizi melihat Mawar sedang menikmati novelnya dan Tius bermain game online. Sedang dirinya sendiri menonton reality show di salah satu aplikasi terkenal. Anak-anak yang lain ada yang masih bercengkrama dan juga menyendiri dengan aktivitasnya masing-masing.
Saat jam pelajaran tersisa kurang dari 15 menit, seorang pria yang bukan peserta didik masuk ke ruang kelas. Beberapa mahasiswa teralihkan perhatiannya saat melihat pria yang berdiri di depan kelas mengucapkan salam. Mawar menyikut lengan Zizi dan Tius yang masih fokus dengan handphone masing-masing. Kedua orang itu menggunakan headset sehingga tidak mendengar salam tersebut.
"Apa kabar semua. Maaf atas keterlambatan saya masuk ke kelas. Dosen pengajar mata kuliah ini berhalangan hadir selama 2 pekan ke depan. Saya selaku asistennya ditunjuk untuk mengisi kelas ini selama ia berhalangan hadir. Sekali lagi maaf karena keterlambatan saya membuat kalian menunggu lama." Jelas sang asisten dosen.
Salah satu mahasiswa yang duduk di belakang Zizi nyeletuk, "Santai saja kak. Kita-kita malah senang kalau tidak belajar."
"Setuju. Btw kak asdos tidak perkenalkan diri dulu. Banyak yang kepo." Ucapan mahasiswi barusan membuat seisi kelas menjadi riuh.
"Kenapa tidak sekalian minta CV-nya, Tias." Kelakar Tius.
"Itu diperlukan kalau sudah tahap ngurus buat nikahan kami di KUA." Jawab gadis bernama Tias. Terdengar sorakan dari beberapa penghuni kelas.
Orang yang sedang dibahas tersenyum lalu berujar, "Terima kasih atas pertemuan pertama kita yang menyenangkan. Saya biasa dipanggil Gama oleh orang-orang disekitar. Sekarang sedang lanjut belajar di paska sarjana. Lalu nyambi menjadi asdos untuk matkul tertentu."
Gama menggerakkan kepalanya kearah Zizi duduk. Ia lalu melanjutkan, "Saya bukan asdos tetap untuk mata kuliah ini. Kemungkinan kita ketemu di kelas cuma 2 Minggu."
Terdengar sorakan kecewa dari beberapa orang. Seorang gadis berbaju hijau yang Zizi tebak adalah kakak tingkat yang mengulang mata kuliah berbicara, "Tapi di luar kelas bisa kan kak kita ketemuan."
"Wow.. gas terus." Ucapan seorang mahasiswa membuat seluruh penghuni kelas tertawa.
Gama tertawa memperlihatkan giginya yang putih dan rapih. "Nanti kita lihat yah." Katanya sambil tersenyum kearah Zizi.
Gama melanjutkan,"Gays saya bisa minta ketua kelas maju ke depan. Saya butuh nomor telepon dan emailnya."
Setelah kebutuhannya terpenuhi Gama mulai memberikan penjelasan mengenai pembelajaran selanjutnya. Jam perkuliahan berakhir tepat waktu berhubung kelas akan segera digunakan oleh mata kuliah selanjutnya.
💕💕💕💕💞💞💞💞
"Zizi... kau masih ingat yang diperbuat asdos tadi waktu kita di Toraja." Ucapan dari Tius mengembalikan ingatan Zizi.
Sambil nyengir Zizi menanggapi, "pastinya. Langsung shok tadi saya lihat dia asdos di kelas itu."
"Ada apa memang ?" Tanya Mawar langsung.
Zizi dan Tius saling tatap dengan wajah heran. "Kau sudah lupa atau bagaimana. Kak Gama itu pasangan yang kita dapat sedang..." Zizi menggantung kata terakhirnya. Lalu dengan kompak Tius dan Zizi memberikan kode berupa memonyongkan bibir.
Mata Mawar membesar melihat kearah Tius. Lebih tepat kearah Gama yang berjalan di belakang Tius. Karena posisi Mawar sedang berjalan mundur di depan kedua sahabatnya maka ia bertatapan dengan sang asisten dosen. Namun kedua orang itu tidak tahu kalau ada pendengar pembicaraan mereka.
Mawar berdehem untuk menyadarkan Zizi dan Tius. Tius merespon dengan memberikan air minumnya. Lain halnya dengan Zizi ia lanjut berceloteh, "kayaknya ini pernah kita bahas di grup WhatsApp malam setelah accident. Kau sudah lupa Rose. Pokoknya pacarnya modis dan langsing."
Tius mendecakkan lidah, "Tapi seingatku makeup perempuan itu menor."
Zizi mengiyakan sambil tersenyum geli. Mawar memandang keduanya dengan wajah cemas. Ia ingin melakban bibir kedua orang itu. Sedang Gama di belakang tersenyum geli mendengar penilaian kedua mahasiswa itu. Karena melihat wajah nelangsa Mawar yang cukup tersiksa, Gama pun berbalik arah dengan sebelumnya tersenyum dan mengedipkan mata kepada Mawar.
Send happy for you & good luck !
💕💕💕💕💞💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Or Coincidence
RomanceZizi dilanda bimbang. Haruskah dia melanjutkan rasa ketertarikan yang tak rasional ini. Cupid must have interpreted. Jika semesta tak berpihak dengannya, dapatkah cupid mengarahkan Zizi pada pria yang tepat. Penemuan cinta setiap manusia berbeda. ...