Hujan bulan Desember awet hingga tahun berganti. Seperti tahun sebelumnya, bulan Januari matahari malu menampakkan diri. Pada pagi kelabu sebagian orang memilih tidur atau menikmati minuman hangat di rumah. Namun Zizi memilih duduk di kafe dengan segelas rose tea dan brownies yang baru keluar dari oven. Bahkan si pelayan kafe kaget pelanggan pertama memilih 3 potong brownies dengan varian yang berbeda.
Zizi memilih datang ke kafe tempat seminar diadakan lebih awal karena ia tidak ingin terkena hujan. Benar saja beberapa menit setelah ia duduk hujan turun dengan derasnya. Lantai satu dari kafe ini hanya di huni oleh Zizi dan pelayan kafe yang berlalu sesekali. Sambil menikmati sarapannya Zizi memperhatikan desain yang diusung kafe ini.
Pintu masuk dari kafe Nebulae yang bertuliskan start berada di depan kafe tepat ditengah. Penilaian pertama saat memasuki kafe, Zizi seakan dibawa ke luar angkasa. Saat Zizi menengadahkan wajahnya ia melihat juntaian lampu tema tetesan hujan dengan pola abstrak. Pada salah satu sisi dinding dipenuhi wallpaper kumpulan bintang yang unik. Sedang dinding lainnya terlukis awan lembut dengan latar langit kelabu. Mungkin backgroundnya tergantung langit di luar berwarna apa. Dinding depannya berupa kaca transparan hingga ke lantai dua.
Seorang pria memasuki kafe sambil terburu-buru dengan jaket yang basah kuyup. Pelayan kafe mempersilahkan Jeop menuju ke lantai dua setelah membersihkan tubuhnya dari sisa air hujan. Zizi melihat Jeop saat menaiki tangga.
Zizi mendengar celotehan pelayan wanita yang mengganti teh dinginnya, "Acara di atas bakal seru pasti dengan pembicara model begitu."
Zizi melihat sekelilingnya dan tidak menemukan orang selain para pelayan kafe dan dirinya serta pria yang barusan naik. Zizi berkesimpulan si pelayan membicarakan pria yang telah naik ke lantai dua. Zizi pun melanjutkan menikmati sarapannya sambil memperhatikan tetesan hujan yang tak kunjung reda.
Setengah jam kemudian kafe telah ramai oleh pengunjung yang ingin sarapan atau sekedar numpang Wi-Fi gratis. Zizi melihat beberapa remaja seusianya menuju ke lantai dua. Ketika ditebaknya workshop akan segera dimulai, Zizi pun menuju ke tempat kegiatan akan berlangsung.
Setelah menapaki ujung tangga teratas, mata Zizi disuguhkan dengan furniture bertema planet yang berbeda-beda. Masing-masing meja berpasangan dengan kursi melingkar kurang dari lima perenam lingkaran. Desain setiap set-nya begitu menarik menurut Zizi karena menonjolkan art resin epoxy dan permainan warna yang kontras.
Zizi melangkah menuju ruangan yang terbuat dari kaca bening dengan kubah setengah bola. Ia melihat bagian yang terbuat dari bahan aluminium berbentuk tabung yang ditidurkan menempel pada dinding kacanya. Zizi diarahkan masuk dari sisi tabung berbentuk lingkaran yang terbuka.
Seperti yang terlihat dari luar, ruangan ini sudah diisi peserta workshop. Zizi melihat enam meja dengan masing-masing diberi tiga kursi. Zizi mendekati meja yang telah terisi oleh dua wanita.
Sebelum Zizi duduk, seseorang berucap, "Maaf... Kursi ini sudah ada pemiliknya."
Zizi lalu menuju satu-satunya kursi yang tersisa. Ia semeja dengan dua orang pria yang sepertinya sesama mahasiswa seperti Zizi. Zizi sangat senang karena kursinya tepat ditengah ruangan. Sehingga ia dapat langsung berhadapan dengan pemateri nantinya.
Kegiatan dimulai tepat waktu dengan pemateri pertama seperti hanya memberikan kata sambutan. Memang dasarnya mata Zizi tidak bisa fokus, ia malah sibuk melihat disekitarnya. Ruangan yang sebagian besar diisi oleh pria ini terkesan lapang dengan tanaman hijau sebagai pemanisnya. Zizi hanya melihat empat peserta wanita itupun terhitung dirinya juga.
Pemateri selanjutnya membicarakan materi dasar dari desain menggunakan aplikasi Corel draw. Zizi mulai mengikuti jalannya pembelajaran dengan hikmat. Pria yang menyebutkan namanya Jamie itu menyelesaikan tutorial membuat logo. Selanjutnya setiap peserta ditantang untuk membuat logo sesuai imajinasi masing-masing. Zizi mencoba berkreasi dengan logonya.
Sambil mengerjakan Zizi tak sadar beberapa pasang mata melihatnya tak terkecuali si pemateri. Jeop mengecek logo buatan para peserta satu persatu. Tak bisa dikontrol, pandangan Jeop sesekali mengarah ke tempat Zizi berada. Namun Jeop sadar bukan hanya dia yang memperhatikan Zizi. Jeop berdiri tepat di sebelah kanan Zizi.
"Kenapa logo yang kamu buat dominan warna gelap ?" Zizi terperanjat setelah mendengar suara yang begitu dekat.
Sambil menengok Zizi menjawab, "Tidak kepikiran warna lain."
"Ini untuk brand makanan kan !" Kata Jeop. Zizi pun mengangguk sekali. Jeop pun melanjutkan, "Sedikit saran beri warna bold cerah, misal merah atau kuning yang bisa menjadi pop up saat orang mengingatnya."
Zizi mencoba apa yang di sarankan tersebut. Saat melihat hasilnya Jeop berucap, "Sebenarnya kamu berpotensi menghasilkan karya yang menjual. Soalnya desain kamu terlihat kekinian dan unik."
Didalam hati Jeop menambahkan, "Terus kamunya juga cantik."
"Thanks kak." Tanggap Zizi dengan senyuman sampai kemata.
Dengan senyuman tak kalah menarik Jeop berujar, "Good job Zizi."
Dipikirannya Zizi bertanya dari mana pria tersebut mengetahui namanya. Ia merasa belum berkenalan dengan pemateri yang dipanggil kak Jamie tersebut. Namun Zizi tak ingin terlalu memikirkan pria yang statusnya sudah beristri itu walaupun gantengnya kelewatan menurut Zizi.
Jeop kembali duduk di kursi pemateri. Ia tersenyum kearah Zizi namun sepertinya Zizi malah bercerita dengan teman semejanya. Saat Jeop mulai melanjutkan penjelasannya barulah Zizi melihat pemateri hingga selesai.
Workshop berakhir tepat tiga jam kemudian dari waktu pembukaan kegiatan. Beberapa peserta mengambil foto bersama pemateri. Sedang Zizi malah fokus berbalas pesan dengan driver ojek online yang membatalkan pesanan Zizi. Teman semejanya meminta Zizi untuk berfoto bertiga. Zizi pun menyanggupi lalu serta merta tersenyum kearah kamera dengan posisi masih duduk di kursi yang sama.
Jeop melihat pemandangan itu namun tak bisa berpindah tempat. Padahal ia ingin sedikit berbincang dengan gadis tersebut sebelum meninggalkan kafe. Saat memiliki celah sedikit, Jeop langsung menuju ke meja tempat Zizi tadinya berada. Sayang orang itu sudah berada di luar ruangan.
Zizi menuju tangga berbeda dari yang ia naiki. Ia tertarik dengan anak tangga dengan pijakan batu yang terlihat melayang. Secara dekat barulah ia tau desain epoxy stone stairs yang kembali diusung. Pada pijakan kelima ia berlama-lama di tangga dan mulai menangkap apa maksud sang desainer tangga ini. Ternyata ia sedang menuruni satelit si kawan planet di tata Surya yang memang penampakannya seperti batu.
Jeop tersenyum melihat Zizi yang sibuk mengamati tangga. Jeop ingin mengganggu namun ia tak mau kehilangan momen melihat wajah Zizi serius berpikir. Beberapa saat kemudian Zizi menyelesaikan pengamatannya dan meneruskan langkah kearah pintu keluar kafe.
Jeop terus mengikuti Zizi sampai di luar dan langsung menyapa, "Hei sudah mau pulang..."
"Ia. Kak Jamie langsung balik juga." Respon Zizi.
Setelah mengangguk Jeop bertanya, "Kamu naik apa ?"
"Kendaraan umum."
"Bagaimana kalau saya antar saja ?" Tawar Jeop.
"Eh... Saya sudah pesan taksi daring. Sedang menuju ke sini kak." Jelas Zizi.
Yah... Jeop telat menawarkan tumpangan. Tapi tak hilang akal ia berucap, "Oh.. ok. Btw Zi boleh minta nomor telepon kamu. Biar nanti kalau ada workshop saya bisa langsung infokan."
Zizi tanpa pikir panjang menyebutkan angka-angka yang dihapalnya itu. Lalu tak lama Zizi pamit duluan karena pesanan taksi telah tiba. Perhatian Jeop terus mengikuti taksi yang dinaiki Zizi hingga menghilang dari pandangannya.
Send happy for you & good luck !
💕💕💕💕💞💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Or Coincidence
RomanceZizi dilanda bimbang. Haruskah dia melanjutkan rasa ketertarikan yang tak rasional ini. Cupid must have interpreted. Jika semesta tak berpihak dengannya, dapatkah cupid mengarahkan Zizi pada pria yang tepat. Penemuan cinta setiap manusia berbeda. ...