Menguasainya

20 6 0
                                    

"Aku tersesat? Apa maksudmu?"

"Cih, pengganggu."

Aku menatap ke sekitar, tak ada apapun kecuali kegelapan. Lelaki itu, juga ikut waspada.

Tiba-tiba ada lesatan udara tepat di depan wajahku. Aku terkejut hingga jatuh terduduk. Namun Kaivan semakin waspada.

Siapa dia? Aku tak mengenalnya. Tetapi bagaimana dia bisa disini? Bukankah ini alam bawah sadarku.

"Lambat sekali kau menyadarinya."

Aku tak peduli dengan ucapannya tadi, hanya angin lalu. Tetapi aku tak boleh lengah sedikitpun.

"Bagaimana kau bisa kesini?" Tanyaku pada lelaki di hadapanku ini.

Pandangannya beralih kepadaku. Kewaspadaannya menurun, kurasa. Namun bisa saja dia adalah hal tak terlihat itu.

"Aku bukan iblis yang kau pikirkan," Katanya.

"Yang berbicara denganmu dari tadi adalah iblis yang berada dalam dirimu." Lanjut Kaivan.

"Kau bahkan tidak tahu," aku berpikir sejenak.

"Jangan bercanda."

"Apakah aku terlihat sedang bercanda saat ini? Sadarlah, kau hampir dikuasai sepenuhnya."

"Kabut hitam." Gumamku pelan.

"Benar, tetapi itu iblis. Jadi kau harus sadar."

"Caranya?"

"Fokus."

"Aku sudah mencobanya, tapi tidak berhasil."

"Kalau begitu akan merepotkan." Ucapnya yang kemudian lenyap begitu saja.

Aku menggeram marah. Bagaimana dia bisa muncul dan menghilang begitu saja dari hadapanku? Tetapi itu tidak mustahil untuk dunia ini, pasti.

"Bagaimana? Sepertinya tidak berhasil." Suara seseorang terdengar samar di telingaku.

Eh, telingaku?

"Iya."

"Kalau kau membolehkanku aku akan menghancurkannya sekali serang." Ucap temannya dengan semangat.

"Tidak, dia bisa terluka."

"Terserah saja."

Benar! Aku mendengarnya. Itu Kaivan dan entahlah mungkin temannya. Tetapi aku belum fokus sama sekali. Apakah ini cuma tipu muslihat?

"Benar sekali, ini hanya tipuan kecilku, ternyata kau pintar juga."

Dia lagi. Dasar kabut hitam, maksudku iblis.

Argh! Kenapa ini semakin rumit saja. Aku tak mengerti apapun di dunia ini. Fantasi apa saja yang ada di dunia ini bahkan sangat tidak terkendali.

"Penawaranku masih berlaku, lho."

"Tak mungkin aku membiarkan iblis tak terlihat sepertimu melakukan hal itu."

"Jadi, apa kau ingin paksaan dariku?"

"Tentu saja tidak, tetapi apa yang kau katakan hanyalah strategimu ke depan, itu hanya ancaman saja."

"Benarkah?"

Sial! Tiba-tiba angin berembus kencang. Namun ini bukan angin biasa, malah terasa seperti badai saja. Aku bahkan hampir tumbang.

Tunggu, ini bukan awal dari 'paksaan' itu. Ini hanya uji coba saja.

"Ah!" Hampir saja aku terkena lesatan angin itu lagi.

Kali ini bukan hanya sekali. Serangan kedua, ketiga, keempat, bahkan hampir belasan melesat melewatiku. Ini juga bukan angin biasa.

VinelandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang