Perampokan

19 5 1
                                    

"Itu pasti mereka," ucap Diva.

Aku melihat ke belakang. Api begitu cepat menyebar ke rumah-rumah warga. Hingga aku melupakan sesuatu yang sangat penting di sana. Miss Carlton!

Aku segera berlari meninggalkan mereka dan melaju cepat ke arah penginapan. Diva, Kaivan, dan Kayce juga menyusul. Kami melesat dengan cepat menembus kepanikan warga.

"Permisi, maaf!" ucapku ketika terdesak.

"Hei, minggir dari jalan!" teriak Kayce tak sopan.

Diva segera memukul kepala Kay dengan keras. Tetapi itu tak berpengaruh padanya, kurasa.

"Dasar tidak sopan!"

Aku tak ada waktu untuk menertawakannya, karena tujuanku hanya satu, Miss Carlton. Bagaimana keadaannya? Kurasa beliau akan baik-baik saja dengan kekuatannya. Namun bisa saja beliau lengah dan terjadi sesuatu padanya.

"Allura!" teriak Miss Carlton.

Miss Carlton berada tak jauh di depan kami. Beliau terperangkap di antara tiang kayu yang belum terbakar. Kami semua langsung berlari ke arahnya dan mengangkat tiang-tiang kayu itu segera.

Setelahnya, kami menarik Miss Calton dari sana. Beliau terus-menerus batuk karena menghirup banyak asap. Kami duduk tak jauh dari penginapan, asap belum tersebar hingga kemari.

"Miss, Anda tak apa-apa?" tanyaku khawatir.

"Tidak apa-apa, hanya terlalu banyak menghirup asap." namun setelahnya beliau terbatuk lagi.

Kaivan mengambil sesuatu dari tasnya lalu memberikannya padaku, "Ambillah." Kuambil sebuah tabung yang mirip botol air dari genggamannya, mungkin aku bisa menamainya botol.

"Terima kasih, Kai."

Tak ada jawaban setelah itu. Tanpa pikir panjang, aku langsung membuka penutupnya dan memberikannya ke Miss Carlton.

Beliau bangkit dari duduknya. Aku sedikit terkejut bahwa Miss Carlton dapat terlihat baik-baik saja. Seharusnya Miss Carlton tak sadarkan diri bila dilihat dari waktu kami mencarinya. Tetapi apa boleh buat, beliau bukan manusia biasa. Jika bisa dikatakan manusia.

"Kita harus segera pergi dari sini," ujar Miss Carlton tegas.

Aku menggeleng, "Bagaimana bisa kita meninggalkan mereka dengan keadaan seperti ini?" tanyaku.

"Kau benar Allura, tetapi mereka cukup berbahaya." Namun aku tetap menggeleng.

Entah kenapa aku merasa harus peduli dengan mereka. Padahal semua ini tak ada hubungannya denganku, bahkan dunia aneh ini.

"Tetap saja, kau akan kesulitan menghadapi mereka," terang Miss Carlton.

"Tetapi kami tidak." aku menengok ke arah Kayce yang baru saja berbicara tadi.

"Hei! Apa yang kau bicarakan Kay? tidak mungkin itu-" Diva menggoyang-goyangkan bahu Kay untuk menyadarkannya.

"Dasar lemah, ayo kita tunjukkan kekuatan kita ini, Diva,"

"Kita sudah latihan bertahun-tahun untuk ini, ayolah." pinta Kay dengan wajah menyebalkannya.

"Menjijikkan. Tetapi baiklah, ayo kita lakukan!" seru Diva pada akhirnya.

Lalu mereka bertiga berkumpul untuk membicarakan strategi, kurasa. Setelahnya, Diva tersenyum manis ke arahku yang membuatku sedikit merinding.

"Ayo kita lakukan!" mereka melesat ke arah sumber api.

Aku berlari untuk membantu mereka, namun Miss Carlton mencegahku melakukannya. Beliau menahan tanganku dengan kuat meski rasanya lembut.

"Mereka adalah perampok,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VinelandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang