Chapter 2

470 86 16
                                    

Aku langsung membawa Ibu kekamar dan membaringkannya di kasur, aku buru - buru menelfon dokter karena takut terjadi sesuatu pada Ibu.

Aku duduk di pinggir kasur Ibu, memandangi wajahnya yang tampak tenang.
Sebenarnya apa yang terjadi? mengapa Ibu punya foto wanita itu? Apakah Ibu mengenal wanita itu? Setelah Ibu sadar aku harus menanyakannya lagi, aku masih penasaran mengapa Ibu bisa sampai seperti ini?, hanya karena melihatku bertemu dengan wanita itu.

Knock..knock..knockk

"Ah itu pasti dokternya sudah datang"ucapku sendiri dengan nada pelan.

"Sebentar!!"teriakku sebelum aku membukakan pintu.

Pas saat aku membukakan pintu aku sangat terkejut karena bukannya yang datang itu seharusnya dokter atau Gemma tapi melainkan adalah wanita berambut hitam tadi yang kutemui di butik.

"Kau?"tanyaku sambil mengerutkan dahiku.

"Hi, apa Ibu ugh maaf maksut aku Aunty Anne ada di dalam" ucapnya sambil menengok ke kanan dan kekiri ia sama sekali tidak melihatku yang tepat ada didepannya itu.

"Kau mengenal Ibuku?!"ucapku memekik kaget.

"Uhm ya dia salah satu pelanggan di toko perhiasanku"ucapnya sambil tersenyum. "ternyata dia sangat manis sekali"batinku.

"Sebentar, aku baru ingat tadi kau memanggil Ibuku dengan sebutan apa? Ibu? tanyaku dengan selidik sambil mengernyitkan dahi.

"Eh uh oh itu-- eh apa kau tidak menyuruhku untuk masuk?"

"Oh astaga!! Aku lupa !!! Ibu!!"ucapku langsung berlari meninggalkan wanita itu.

Ternyata ia mengikutiku menuju kamar Ibu.
"Aunty kenapa?!"tanyanya panik membuatku juga panik.

"Ehm tadi ia pingsan di dapur saat aku sedang mengobrol dengannya".

"Cepat! Ambilkan minyak!"serunya dan aku langsung bergegas mencari minyak ke kotak obat lalu aku langsung memberikannya.

Aku melihat ia mengusap minyak itu ke pelipis Ibu dan dipangkal hidung dengan pelan.
Sampai tak lama kemudian akhirnya Ibu sadar.

"Mary--"lirih Mom dengan suara serak dan mencoba untuk bangun dari tidurnya itu.

••••

Mary's POV

"Mary---"ucap Ibu membuatku tercekat dan buru - buru aku memotongnya.

"Aunty, kau tidak boleh banyak bergerak dulu"ucapku sambil menyuruhnya untuk berbaring lagi.

Knock....Knock..Knock...

"Itu pasti dokternya"ujar Harry yang langsung keluar dari kamar meninggalkan aku dan Ibu Harry sendirian.

Ibu Harry tiba - tiba menggenggam tanganku dan menangis dihadapanku aku bingung harus berkata apa. karena, aku tahu apa maksut dari genggaman ini.

"Sudah Bu ,everything will be fine"ucapku sambil tersenyum paksa kearahnya. Aku takut kalau Harry sampai tahu dan malah mempengaruhi pada dirinya walau aku sangat sakit harus seperti ini terus.

Cklek!!

Pintu kamarpun akhirnya terbuka dan menampakkan sosok Harry dan dokter yang berada didepannya, yang bersiap memeriksa Mum Anne.

Aku menyingkir dari jangkauan dan berdiri disudut kamar Ibu sambil melihat Ibu yang sedang di periksa.

"Terimakasih"bisik seseorang yang berada disampingku membuatku terlonjak kaget.

Aku refleks memegang dadaku dan mencoba mengatur nafas.
"Astaga, kau membuatku kaget saja"ucapku menutupi kegugupan dan memukul pundaknya sehingga ia tersenyum sambil menatapku.

"Maafkan aku"ujarnya sambil tersenyum lebar sampai - sampai terlihat dimplesnya.

"Tak apa, oh iya sama - sama" ucapku tak kalah juga aku tersenyum kepadanya walau hatiku menangis melihatnya yang sangat aku rindukan.

"Oh iya, siapa nama kau?"tanya Harry membuatku seketika tercekat seperti ada yang menusuk hatiku dengan pisau yang sangat tajam, rasanya aku sangat ingin menangis sekarang.

"Ehm Mary, Mary Skyler" ucapku sambil tersenyum masam.

"Sepertinya aku pernah mendengar namamu"ucapnya sepertinya ia sedang mencoba mengingat sesuatu. Sebelum ia mengingat - ingat siapa diriku. Aku langsung buru - buru mengalihkan pembicaraanku karena takut terjadi apa - apa dengannya.

"Kau bukan saja mendengar Harry tapi kau tahu segalanya tentangku tapi itu dulu".batinku tertawa karena menertawai nasibku ini.

"Hanya mendengar? Apa kau tidak mengenal designer perhiasan paling terkenal sejagad raya ini?Huh?!"ucapku dengan nada mengejek supaya mencairkan suasana diantara kami.

"Hahaha maafkan aku, tapi memang aku lupa"ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ia merapikan rambutnya kebelakang dengan jemari tangannya. "astaga, aku sangat merindukan itu"batinku menjerit.

"By the way, aku Harry Styles kau boleh memanggilku Harry"ucapnya sambil mengulurkan tangannya tanda untuk mengajak berjabat tangan.

"Baiklah Harry tapi kau harus mengingat aku siapa ya"ucapku dengan sungguh - sungguh dan menerima uluran tangannya.

Kami menjabat tangan dan aku sambil menatap tangannya. astaga, tangan ini dulu yang pernah menyentuhku,menjagaku,menolongku,dan aku sangat merindukannya.

•••••

A/N

Hey thanks to read my ff yang gaje ini :)

Please vomments , thanks :)

Remember me//H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang