~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Kini hari sabtu telah tiba dan hari ini pula penentuan akan ada, apakah Fatimah akan diterima atau tidak di sekolah negeri itu?
Saat ini Fatimah dan ibunya sudah sampai di sekolah. Ternyata sudah sangat ramai oleh calon murid dan juga orang tuanya.
Fatimah melihat mereka yang sedang melihat ke papan informasi atau mading, karena disana mereka mencari nama mereka, tertera atau tidaknya. Jika tertera maka mereka diterima, jika tidak maka tidak diterima. Fatimah hanya bisa menunggu keadaan, bila keadaan mulai sepi ia akan melihat hasilnya disana.
Sangat ramai, bila terus menunggu hingga sepi ia tak akan pulang-pulang. Sehingga Fatimah berusaha menyelinap masuk ke kerumunan itu, untuk mengetahui bagaimana hasilnya.
Setelah mengetahui hasilnya ia langsung menuju ibunya.
"Bagaimana Fatimah?" Tanya ibu dengan penasaran.
"Eumm.. eumm..mmm."
"Kok eumm eumm doang sih," ucap ibu sambil cemberut.
"Assalamualaikum, hai Nia! hai Fatimah!" Sapa Selvi dengan senyum.
"Wa'alaikumussalam," jawab Fatimah dan ibunya bersamaan.
"Eh, kamu.. kok sendirian?"
"Oh itu Ni, si Dana lagi liat papan informasi. Kamu gimana Fatimah, diterima gk?"
"Alhamdulillah diterima Bu," jawab Fatimah merasa lega.
"Alhamdulillah." kali ini bukan Nia dan Fatimah yang menjawab bersamaan, melainkan Nia dan Selvi.
"Ini si Dana kok lama ya."
"Mending kamu nungguinnya di tempat duduk sana aja," ucap Nia sambil menunjuk bangku dekat pohon.
"Iya deh."
"Ya udah aku sama Fatimah duluan ya," ucap Nia pamit.
"Assalamualaikum." Ucap keduanya.
"Iya, Wa'alaikumussalam.. Hati-hati ya."
Entah masih didengar atau tidak kata hati-hati itu. Tapi yang terpenting adalah ia sudah bilang hati-hati.
Fatimah hanya bisa mengikuti ibunya berjalan menuju parkiran, namun ibunya menyuruh untuk menunggu di depan gerbang. Dia cukup menuruti ucapan ibunya saja.
Sambil terus berjalan menuju gerbang, "Padahal aku pengen tau si Dana diterima atau enggak. Kenapa harus cepat pulang sih? Huh.. bete, kan aku males kalau harus chat dia duluan, yang ada nambah emosi aja," Batin Fatimah.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Suara ayam berkokok yang sangat terdengar keras tidak mengganggu seorang gadis yang sedang tidur, ia masih tertidur pulas diatas kasur dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Padahal saat ini sudah pukul 04.38, yang artinya sudah adzan dari beberapa menit yang lalu. Nia tau jika putrinya pasti belum bangun dari tidurnya, karena belum terlihat cahaya lampu dari kamar Fatimah.
Nia berjalan menuju kamar putrinya dan benar saja ketika membuka pintu kamar itu, ia melihat Fatimah masih begitu menempel dengan selimutnya.
Cukup menyalakan lampu saja, teuk.
Ya benar, ia akan langsung bangun jika terdapat cahaya yang mengganggu tidurnya. Matanya kini menyesuaikan silau dari lampu yang dalam sekilas membuat mimpinya lepas entah kemana.
Lalu kemana perginya Nia saat ini, sudah dipastikan ia memilih pergi daripada terkena semprot putrinya itu. Mudah sekali membangunkan putri sulungnya.
Setelah badannya merasa lebih rileks, Fatimah membaca do'a bangun tidur. Tujuan berikutnya mandi, wudhu, salat, dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Semua keluarga Fatimah sudah berada di meja makan beberapa menit yang lalu. Fatimah sedang menyantap sarapan dengan terburu-buru.
"Fatimah, makan itu pelan-pelan aja. Jangan cepat-cepat, nanti tersedak." Fatimah hanya mengangguk menuruti perkataan ayahnya.
"Kakak harus semangat ya, ini hari pertama kakak masuk SMA. Wah keren.. udah SMA," ucap adiknya dengan semangat.
Fatimah menoleh ke arah samping kiri untuk melihat adiknya dan tersenyum, "Iya ini udah semangat banget, hehe."
"Harus dong Kak."
"Sipp."
"Udah sana berangkat nanti telat loh, hari pertama harus berkesan," ucap Nia.
"Iya Bu, ayo anterin aku, hihi."
"Udah SMA masih dianterin, uh payah kakak nih. Kayak aku dong naik sepeda, mandiri wleee" ucap adiknya meledek dan kata terakhir kalimatnya ia menjulurkan lidahnya.
"Beda atuh, sekolah kakak kan lebih jauh."
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Baru saja masuk gerbang sekolah, Fatimah sudah ditegur kakak kelas untuk sesegera mungkin ke lapangan. Fatimah berlari kecil menuju lapangan. Disana sudah banyak murid baru yang diterima. Fatimah duduk di barisan yang paling belakang.
"Tinggal menunggu yang lainnya ya adik-adik, jika mereka lewat dari pukul 06.45 maka mereka akan terkena hukuman dari kakak pembimbing." Begitulah ucapan dari salah satu kakak kelas yang membuat keadaan yang awalnya ricuh menjadi sunyi.
Ketika tepat pukul 06.45, mereka disuruh berdiri dan berbaris rapi karena akan dilaksanakan upacara pembukaan MPLS.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
*
*
*
*
*Salam kenal,
Linda
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Tak Menentu [Hiatus]
RandomJarak tak menentu diantara mereka. Masa lalu yang menjadi masalah di masa kini, membuat jarak seakan menjadi teman untuk mereka. Tak pernah terpikirkan untuk bertemu kembali tapi nyatanya jarak seolah mengalah. Namun terkadang jarak egois, mereka ya...