Flashback on
( 2 tahun yang lalu)
Juli 2016Setelah libur yang panjang selama 3 minggu, akhirnya semua murid SMPN2 itu masuk kembali. Berarti akan mulai pembelajaran baru, semua murid baru sedang melaksanakan mos atau yang sekarang disebut MPLS sedangkan kelas VII naik ke kelas VIII, kelas VIII naik kelas IX dan kelas XI sudah lulus.
Saat itu Fatimah naik ke kelas VIII, pengumuman tentang masuk kelas berapanya sudah diinformasikan di lapangan upacara tadi. Kini Fatimah masuk ke kelasnya yaitu kelas VIII-8, untuk mencari tempat duduknya.
Kemudian ia memilih bangku kedua dari depan meja guru dan disamping kirinya ada satu barisan yang berarti barisan pojok. Sedangkan disamping kanannya ada dua barisan, barisan pojok bagian kanan yang paling depan dekat dengan pintu.
Baru saja ia duduk, tapi sudah ada laki-laki yang duduk diseberangnya bagian kiri. Laki-laki itu hanya diam. Fatimah yang diam-diam memperhatikannya hanya bisa menghela nafas pelan.
Meski sudah setahun ia sekolah disini tapi ia tidak kenal dengan laki-laki itu. Karena selama ini ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca novel kesukaannya dan lebih suka berteman di medsos.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki lain yang menghampiri laki-laki tadi.
"Eh, elo Dana... kita satu kelas lagi Bro," ucap laki-laki itu yang bernama Raka, memanggil temannya dengan panggilan Dana karena nama lengkapnya adalah Dian Adzi Pradana.
"Ouh namanya Dana, kayanya pernah tau nama itu deh" batin gadis itu.
"Ouh iyaya, iyaiyaiyaiya," jawabnya dibuat-buat.
"Elu terkejut apa ngeledek sih, jawabnya gitu amat," ucap Raka merasa jengkel dengan temannya yang satu ini.
"Serah gue lah," jawabnya santai.
"Gue duduk sama lo lagi ya, Dan."
"Bosen gue, duduk sama lo mulu."
"Paling setahun lagi doang dah."
"Serah dah, males gua ngomong sama lo, pasti gak udah-udah," jawab Dian pasrah.
☆☆☆
Beberapa menit kemudian..
Kring krriiiiing krrriiiiiiiing....
"Et, itu bel makin gk santui aje?"
"Serah dialah."
"Heleh, padahal elo juga diam-diam mengumpat dalam hati kan. Ya elah ngaku lo?"
"Gue lagi males ribut."
"Oh, okeh." Jika Dian sudah bicara begitu maka Raka hanya bisa manggut-manggut dan memilih diam karena ia tahu bahwa laki-laki itu tak ingin diganggu oleh siapapun.
Beberapa menit kemudian, masuklah seorang guru yang sudah dipastikan bahwa ia adalah wali kelas dari kelas tersebut. Namanya bu Arfiyah, mungkin umurnya sudah berkepala empat. Ia mengajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (ips).
Setelah terjadi perkenalan antara seorang guru dengan beberapa muridnya. Bu Arfiyah izin kembali ke ruang guru, namun sebelumnya ia sudah bicara kepada semua muridnya untuk berkenalan satu sama lain. Siapa tau masih ada yang belum kenal gitu.
Apalagi orang yang seperti Fatimah, susah berbaur pada orang baru dan suasana baru. Saat kelas VII saja dia hanya memiliki teman yang bisa dihitung dengan jari. Hari itu memang tidak ada pembelajaran karena murid kelas VII pun masih MPLS.
Fatimah menghela nafas beratnya, ia bersyukur karena wali kelasnya sudah pergi. Teman sebangkunya menoleh ke samping dan matanya melihat Fatimah yang menghela nafas seperti dari tadi tidak bernafas saja pikirnya.
"Hai.. nama aku Anida, dulu kelas VII-9," ucap teman sebangkunya Fatimah memperkenalkan diri.
Fatimah tersenyum, "Hai juga.. namaku Fatimah, dulu aku di kelas VII-4."
"Ouh, pantes aja aku belum pernah liat kamu, ternyata kelas kita dulu jauh."
"Iya aku juga belum pernah liat kamu, soalnya aku jarang keluar kelas."
"Aku juga gitu sih," jawabnya sambil tertawa kecil, "salam kenal ya, semoga betah duduk sama akunya," lanjutnya.
"Salam kenal juga, Aamiin."
☆☆☆
"Dan, kantin kuy."
"Nanti ajalah Rak, pasti penuh banget. Baru juga bel," jawab Dana malas.
"Bilang aja, kalau lo maunya gue yang ke kantin, terus elo nitip. Iya kan?"
"Itu lo tau."
"Masa gitu mulu si Dan. Kali-kali gitu, elo juga ikut ke kantin."
"Ya udah hayyoo."
"Beneran?" Tanya Raka merasa heran dengan Dian yang biasanya akan menolak mentah-mentah dan mengusirnya.
"Jangan sampe gue berubah pikiran."
"Oke, hayyoo," ucap Raka dengan semangat 45 nya. Entah ada angin apa yang membuat seorang Dana mau diajak ke kantin.
Di lain tempat, masih satu waktu. Tepatnya dibangku Fatimah. Gadis itu sibuk dengan buku novel nya dan teman sebangkunya diabaikan begitu saja, padahal mereka baru kenal seharusnya membutuhkan waktu untuk bicara lebih banyak. Namun Fatimah tetaplah Fatimah yang malas bicara banyak, kalau tidak penting.
Anida melihat teman sebangkunya, sepertinya ia enggan untuk bangun dari tempat duduk.
"Fat, ke kantin yuk," ajak gadis itu pada teman sebangkunya.
"Iya, kantin yuk! sekalian mau kenalan nih gue. Elo belum tau siapa gue kan?" Tanya gadis lain dengan senyum manisnya. Walaupun wajahnya tak secantik Alisya, ia memiliki senyum yang manis. Gadis itu duduk di seberang Anida, itulah yang membuat Fatimah belum menyadari keberadaannya.
"Eum iya sih, tapi gimana ya."
"Gimana apanya?"
"Ya, gak gimana-gimana."
"Ih aneh lo, ayo ke kantin," ajak Anida sekali lagi sambil menarik tangan Fatimah untuk ikut ke kantin.
Mau gak mau Fatimah harus mau. Pasrah, kata itu yang pantas menggambarkan tubuh Fatimah saat ini.
"Pasti ketemu dia, harus bersikap gimana dong gue. Males banget deh, harus pura-pura kuat. Menahan rasa kagum ini. Pengen nangis, mak. Huaa.." batin Fatimah.
☆☆☆
*
*
*
*
*Kira-Kira dia siapa ya?
Penasaran enggak?
Ada yg typo?
Komen aja ya:)
Linda
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Tak Menentu [Hiatus]
DiversosJarak tak menentu diantara mereka. Masa lalu yang menjadi masalah di masa kini, membuat jarak seakan menjadi teman untuk mereka. Tak pernah terpikirkan untuk bertemu kembali tapi nyatanya jarak seolah mengalah. Namun terkadang jarak egois, mereka ya...