~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Juli 2018
Pendaftaran di sekolah SMANSA sedang sangat ramai oleh murid dan wali murid yang akan mendaftar di sekolah tersebut.
Seorang gadis mengikuti ibunya dari parkiraan mula hingga berhenti di depan ruang TU (TataUsaha).Ia hanya menunggu dan tidak ikut masuk bersama ibunya. Gadis itu menggunakan gamis berwarna hitam dengan renda-renda berwarna nila dan hijab yang menjulur panjang menutupi dada itu, senada dengan gamisnya.
Ia duduk sambil memandang setiap sudut sekolah dengan matanya yang melirik kesana kemari yang menjadi teman menunggunya. Ketika sedang asik melihat ke arah lapangan, tiba-tiba saja ibunya memanggil.
"Fatimah," panggil Ibunya yang bernama Nia.
"E eh.. iya bu," jawabnya sedikit terkejut.
"Jangan melamun, bahaya!" Seru Nia.
"Iya, Bu," ucap Fatimah.
"Ayo kesana, kita harus ke tahap selanjutnya. Ini ibu cuma baru ngambil nomor antrian doang. Ayo kita kesana," ucap Nia sambil menunjuk salah satu ruang kelas.
Fatimah hanya mendengarkan dan mengangguk yang menandakan ia setuju. Lalu ia bangun dari duduknya dan mengikuti ibunya.
Saat sedang mengantre, Nia menyuruh Fatimah untuk pergi ke depan gerbang sekolah untuk fotocopy KK karena tadi ibunya hanya membawa yang asli saja.
Beberapa menit berlalu, Fatimah sudah kembali dari toko dan kini ia sudah sampai ke tempat yang tadi dia dan ibunya menunggu. Dia sedikit terkejut melihat laki-laki seumurannya sedang menatapnya. Namun saat ia menatap balik, laki-laki itu langsung menundukkan kepalanya. Sedangkan ibu laki-laki itu sedang berbincang-bincang dengan ibunya Fatimah, sedangkan Fatimah hanya diam lalu ikut menunduk.
"Eh Fatimah udah sampe, kenapa gk bilang sama ibu?" tanya Nia.
"Maaf bu soalnya tadi ibu seru banget ngobrol sama ibu itu," jelas Fatimah sambil melirik ibunya laki-laki yang tadi menetapkan dalam diam.
"Ya udah gapapa," ucap Nia lembut. "Kamu kenalkan, ibu ini siapa?" Lanjut Nia bertanya pada anak pertamanya ini.
"Hmmm.. ini siapa bu?" Tanyanya merasa penasaran.
"Ini temen ibu, namanya Selvi."
"Eh ini Fatimah ya? Cantik ya ternyata, pantes aja ada yang sampe galau gitu," puji Selvi sambil sedikit menyindir anaknya yang bernama Dian Adzi Pradana dipanggil Dana.
"Ah ibu bisa aja, Alhamdulillah," jawab Fatimah yang menunduk malu.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Rumah Fatimah
Setelah sampai rumah beberapa menit yang lalu dan juga Fatimah sudah meminta izin untuk pergi ke kamarnya. Ia merebahkan diri di kasur yang empuk untuk sekedar menghilangkan penat, lalu meraih hp yang tadi sempat ia simpan di atas bantal. Kemudian membuka aplikasi yang berwarna hijau (WhatsApp). Banyak pesan pribadi dari teman-temannya, tapi ia memilih mengetik kontak sahabat laki-lakinya.
Dian Adzi Pradana
Fatimah
Assalamualaikum..Dana
Wa'alaikumussalam
Hmm.. knp?Fatimah
Knp, knp..
Jelasin dulu tadi itu apa?Dana
Apsih gk jls bngtFatimah
Tadi kenapa kamu bisa ada di sekolah SMAN1?Dana
Ya, dftr sklh lhFatimah
Tapi Dan, kamu bilang mau masuk SMK..Dana
SMA itu lbh dkt ke rmh, jdi gk prlu ongkos bnykFatimah
Bukannya mau langsung kerja?Dana
Gk jdiFatimah
Knp emangnya?Dana
Tdi kn dh dijlsinFatimah
Oh iya yaAkhir-akhir ini balasan pesan dari Dana selalu begitu, singkat. Tidak seperti biasanya yang selalu menghibur Fatimah dengan kekonyolannya.
Pikiran Fatimah melayang-layang, ingin rasanya ia menolak sekolah SMA disana. Sungguh Fatimah hanya ingin sekolah di pesantren, tapi ibunya tidak mengijinkan. Dengan alasan 'dirumah pun kamu masih bisa mengaji dan mempelajari agama'.
Tapi kata teman SMP nya sekolah itu pembelajarannya bagus, apalagi eskul Rohisnya yang bisa dikatakan sudah terkenal baiknya oleh sekitar.
Jika tidak diterima di sekolah SMANSA, maka Fatimah disuruh sekolah di SMK yang lumayan jauh dari rumah. Itu akan membuat dirinya sulit sendiri.
Hidupnya bagaikan harga barang atau makanan yang ada di supermarket, tidak bisa ditawar.
Dana yang laki-laki saja masuk SMA, masa dia sebagai anak pertama langsung kerja. Sedangkan Dana merupakan Anak kedua dari dua bersaudara, Kakaknya seorang perempuan. Ia tidak memiliki adik dan artinya ia anak terakhir.
Saat ini Dana pun sedang bingung, apa benar jika ia memilih masuk SMA ia akan merasa lebih tenang. Tapi ia ingin langsung bekerja nantinya agar keluarganya tak perlu kerja keras seperti sekarang ini. Kakaknya juga ikut bekerja, meski hanya untuk keperluan dirinya sendiri.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
*
*
*
*Salam kenal,
LindaBantu votment ya:)
☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Tak Menentu [Hiatus]
OverigJarak tak menentu diantara mereka. Masa lalu yang menjadi masalah di masa kini, membuat jarak seakan menjadi teman untuk mereka. Tak pernah terpikirkan untuk bertemu kembali tapi nyatanya jarak seolah mengalah. Namun terkadang jarak egois, mereka ya...