sepuluh

512 40 7
                                    

"jangan menilai seseorang dari luar, maka dari itu dalami dan pahami dulu sifatnya. Baru kamu akan tau, masalah yg dia hadapi sekarang. "







°°°°°°°












Rara dan pria itu turun dari mobil, pintu pagar tertutup membuat deanharus mencari akal untuk melihat apa yg sedang rara lakukan.

"tros gua liatnya gimana sih njeng klo ditutup gini. "

Tak lama seorang paruh baya keluar dari rumah itu,  dan sepertinya dean sudah menemukan ide.

"permisi bu, ini daerah mana ya? Saya nyasar ke sini. "

"oh, ini daerah jakarta barat mas. "

"eh iya bu,  terimakasih. "

Setelahnya dean berbalik dengan senyum yg mengerikan, tapi apa yg membuat ia seperti itu?

Ya karna dean pinter jadi, saat dia tengah berbicara tangannya menempelkan kamera kecil ke baju wanita itu. Ini hanya dean lajukan untik rara, eh?

Dean kembali kemobilnya dan berfiap dengan tablet di depannya, dia sana terpampanglah rara yg sedang duduk dengan pria itu. Sampai sekarang dean bahkan tidak tau siapa nama pria yg sedang bersama dengan rara, jika tau maka akan dean labrak!

"sial! Polos dari mana cuk! Nyesel gua! "

Dean masih setia dengan tablet di genggamannya, dengan gerakan diatas layar tangan dean menati dengan indah.

"gua harus simpan ini, lu bakal tamat rara. Cih! "

Jika kalian ingin tau apa yg rara lakukan sehingga membuat dean marah, bahkan sangat sangat marah. Dan mungkin akan jijik? Entahlah.

Rara sedang mencium bibir pria itu, bahkan posisi sekarang rara diatasnya pria. Rara memimpin permainan yg ada disofa, bahkan mereka tak jijik bermain diruang tamu.

Desahan demi desahan keluar dari mulut polos rara, ah tunggu apa masih bisa kita menyebut rara sebagai anak yg polos?
Dean dengan segera menghubungi darrel, mau tak mau dean harus memberitahu saudaranya itu.

Meskipun akan sakit hati nantinya, tapi bukankah lebih bagus diberitahu sekarang dari pada nanti.

Tak lama sebuah mobil mendekat kearah mobil dean, dan darrrl keluar dari mobilnya. Dengan wajah yg masih tak percaya saat dean mengirimi video rara, ia entahlah. Perasaannya campur aduk untuk sekarang.

"lu yakin? Bisa aja kan klo rara tuh dikasih obat sama dia? Atau dia yg nyerang rara, kan lu tau sendiri rara tuh polos. "ucao darrel

"dikasih obat? Klo itu kga tau, tapi klo dia yg nyerang rara itu gk mungkin. Lu kga liat videonya?"

"sekarang gimana? Lu udah pastiin di sana kga ada bodyguard? "

"kga, dia bukan dari kalangan atas. Hanya seorang dosen biasa. "

"apa itu dosennya rara? "

"maybe. "

Dean dan darrel mengendap ngendap seperti predator yg sudah mengincar mangsanya, setiao langkah yg mereka ambil membuat suasana hati mereka bercampud aduk.

"gua gk nyangka,  lu bisa kek gini ra. "batin darrel

"cih,  murahan. "batin dean.

Dan benar saja, mereka berdua sudah berada dihalaman deoan tapi tak ada bodyguard.

Darrel mengintip lewat jendela, namun sayangnya jedela itu tertutup tirai.

"gimana? "

"kga keliatan! Lu goblok sih, nyuruh ngintip tapi ada tirainya. "

"bacot! "

Dalam keadaan seperti ini darrel tetap bisa ngebacot? Pro sangat.

Apa darrel pernah bilang klo ia mantan maling? Tenang aja, maling sodara sendiri kga masalah. Waktu itu darrel mengambil mobionya el, tapi karna el terlalu baik akhirnya darrel hanya diberi hukuman bersihin gudang. Kek guru lagi hukum muridnya yg kabur dari oelajaran aja, tapi abis itu mobilnya dikasih ke darrel. Gk guna kan emang.

Pelahan darrel dan dean mendekati ruang tamu, air mata yg darrel bendung kini sudah tak bisa lagi!

"bitch! "

Dean yg mendengar umpatan darrel hanya bisa memejamkan matanya, ia tau keputusannya ini akan menyakiti darrel. Tapi mau gimana lagi? Ini yg terbaik untuk darrel dan dirinya.

Darrel dan dean tengah bersembunyi di balik dinding, mereka menunggu rara dan teman prianya agar selesai lebih dahulu. Kan kga lucu klo dean sama darrel grebek rara, eh dianya kga pake baju.

"cengeng! "

"anjeng kau! Mampos aja sono lu! "

Tenang saja, mereka berbisik. Jadi, tak akan ada yg bisa mendengarnya.
Saat rara sudah memakai baju, dean berjalan dengan santai menuju kearah rara. Dan darrel justru berjalan tergesa gesa, dadanya naik turun menahan amarah.

"RARA! "teriak darrel

"lebay dasar. "cibir dean.

Darrel tak menanggapi cibiran dean, kini yg ia fokuskan hanyalah kepada rara.
Rara yg mendengar teriakan darrel hanya bisa mematung, wajahnya berkeringat. Entahlah dean tak tau itu keringat takut, atau justru keringat setelah olahraga panas tadi.

"K.. Kak.. Da. Rrel"

"jangan sebut gua kakak! Bitch! "

Air mata rara meluncur seketika kala mendengar ucapan dari darrel, tapi bukankah ia pantas mendapatkannya? Tapi kenapa dadanya sakit?

"gua kga nyangka klo lu kek gini ra! "

"kak,  rara bisa jelasin. "

"kenapa? Mau bilang klo minuman lu di kasih obat perangsang? Bulshit! "kini giliran dean yg menlontarkan kata kata pedasnya.

Memang benar jika rara tak dikasih obat perangsang, karna dean sudah mengecek minuman rara tadi.

"kalian siapa? Pergi dari rumah saya sekarang. "ucap teman rara.

Dean akui pria itu tidaklah buruk, ya meskipun sudah berumur tapi lumayanlah.

"sebelum anda mengusir kami, kami akan pergi. "

Dean dan darrel pergi meninggalkan rara yg menangis sesenggukan di pelukan teman pria nya.

"ah ya zahra, klo saya kesepian boleh lah ditemani. Berapa harga kamu? "ucap darrel yg memandang rendah rara.

Mendengar ucapan darrel, rara semakim histeris.

"bitch! Jalang! Murahan! Apa lagi ya yg cocok untuk mu? Sampah? "ucap dean.

Dean ini ya, gk pernah ngomong tapi sekalinya nyinyir kena banget dihati.









Haihai....
Maap ya apdetnya telat bangetzzzzz....

Wagelasyeh! Gua ada pengumuman dong!

Diva udah 1M,  makasih yg udah mau baca cerita yg unfaedah banget. Gua bahagia loh.

Makasih juga buat 500 followers, aku sangat sangat bahagia.

Klo mau follow ig gua juga no problem nih gua kasih tau ya.

Namanya vivinfp  ,udah coba cari dulu.  Ntar klo mau polbek bilang sama gua. Dm ya jangan pece, ntar dikira emak kalean pacar gua kan kga lucuh!

My cool DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang