Choi San

945 53 1
                                    

Grup chat: Misi: Lamaran

Anggota: San, Hongjoong, Wooyoung, Yunho, Jongho, Yeosang, Seonghwa

Hj: Oke, ingat rencanamu San?

San: Ya, bangunkan Mingi, bawa keluar untuk sarapan, dan kemudian bawa ke pantai

Wy: Tempat kami berada

San: Ya. Oh, sudah beli mawar?

Ys: Yup. Masing-masing pegang setangkai?

San: Ya, dan kalian memberikan masing-masing padanya. Dan ketika ia berbalik, aku akan berlutut, dan memintanya menikah denganku

Sh: Oke, kedengarannya bagus. Chat kami saat kau tiba di pantai

San: Oke

San menghela napas lega saat menekan tombol kirim ketika pesannya masuk ke ruang obrolan. Hari ini adalah hari dimana ia akan melamar kekasihnya, Mingi. mereka telah berpacaran selama sekitar setahun, dan ia merasa sudah saatnya baginya untuk membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius. Ia telah merencanakan ini sejak lama, dan sekarang akan benar-benar menunaikannya.

San benar-benar gugup. Tangannya berkeringat, sarafnya benar benar buruk. Yang dulunya terasa seperti kupu-kupu beterbangan di perutnya, sekarang malah terasa seakan ingin muntah. Ia takut jika ia terkesan buru-buru, atau mungkin Mingi akan menolak, tapi ia tidak akan pernah tahu jika tidak mengambil kesempatan ini.

San diam-diam membuka pintu kamar tidurnya dan Mingi, dan menghampiri Mingi yang tidur nyenyak di tempat tidurnya.

San tersenyum melihatnya dan berbisik,

"Mingi."

Mingi terus tidur saat San memanggilinya. San segera mengguncang Mingi dengan lembut.

"Mingi."

Apa yang terjadi selanjutnya benar-benat tak terduga.

San merasa Mingi meraih pergelangan tangannya dan membuat San jatuh di tempat tidur. Mingi kemudian memeluknya.

"Sudah waktunya bangun."

"Tidak, tidak mau. Aku hanya ingin tidur."

"Mingi, bisa lepaskan aku?"

"Tidak, tetaplah bersamaku," gumam Mingi ketika menyorongkan wajahnya ke bagian belakang kepala San.

San terkekeh.

"Kau harus bangun. Aku sudah punya rencana seharian untuk kita berdua." San menoleh pada Mingi yang perlahan membuka matanya.

"Apakah itu termasuk tidak meninggalkan tempat tidur ini?"

San terkekeh lagi.

"Maaf, kau harus bangun."

"Tapi aku tidak mau." Mingi merengek ketika terus menempeli San.

"Kau harus, cutie." San mencium lembut kening Mingi lalu berhasil keluar dari cengkeraman Mingi dan bangkit dari tempat tidur.

"Bagaimana dengan ciuman?" Mingi menekuk wajah.

"Jika kau bangun, mungkin aku akan memberimu ciuman." San menyilangkan tangan di dada ketika memandangi kekasihnya.

"Tapi..."

"Ya sudah, tidak ada ciuman."

"Oke oke." Mingi akhirnya bangkit dari tempat tidur.

"Sekarang cium."

San mencium Mingi dengan lembut.

"Sekarang, bersiap-siaplah. Kita akan keluar untuk sarapan dan kemudian ke pantai."

"Oke. Asal kau tahu saja, aku bersedia hanya karenamu." Mingi menghampiri lemari untuk mengganti baju.

"Jadi, kenapa kita ke pantai? Maksudku, tidak apa-apa sih tapi aku hanya penasaran saja karena kau biasanya tidak ke sana," tanya Mingi ketika ia dan San memakan sarapannya di sebuah kafe kecil yang berjarak sekitar beberapa menit dari pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kenapa kita ke pantai? Maksudku, tidak apa-apa sih tapi aku hanya penasaran saja karena kau biasanya tidak ke sana," tanya Mingi ketika ia dan San memakan sarapannya di sebuah kafe kecil yang berjarak sekitar beberapa menit dari pantai.

San tidak menjawab, justru menatap ponselnya, mengirim pesan pada yang lain bahwa ia akan segera menuju pantai.

"San?"

"Sannie."

"Sannie..."

"Choi San."

"Hmmm?" Sahut San ketika terus bertukar pesan dengan yang lain.

"Jangan kacangin aku." Mingi cemberut.

"Maaf, sweety." San menekan tombol kirim lalu meletakkan ponselnya di samping. "Tadi kau bilang apa?"

"Aku bilang kenapa kau ingin ke pantai? Biasanya juga tidak mau."

"Benar, tapi hari ini sepertinya hari yang sempurna untuk ke pantai." San memegang tangan Mingi.

Mingi terkekeh.

"Aku tidak bisa mendebatmu dengan itu."

"Ngomong-ngomong, kau sudah selesai?"

"Iya."

Tak lama, keduanya berjalan menuju pantai, bergandengan tangan. San memasukkan tangan satunya ke sakunya, memastikan kotak beludru yang berisi cincinnya berada di sana.

Ketika sampai, Mingi memperhatikan teman-temannya.

"Tunggu, apa yang mereka lakukan di sini?" Tanya Mingi pada San yang hanya mengangkat bahu, pura-pura tidak tahu.

"Kalian sedang apa?" Tanya Mingi yang melihat mereka memegang mawar masing-masing di tangannya.

Mereka tidak mengatakan apapun, dan malah memberi Mingi mawar, satu-persatu.

"Er... terima kasih? San, kau..." ujar Mingi ketika berbalik namun terdiam saat melihat San berlutut sambil memegang kotak beludru di tangannya.

"Mingi, kita sudah berpacaran selama setahun, dan sebenarnya sejak kita pertama kali bertemu, aku langsung tahu kau adalah orang yang tepat, seseorang yang kuinginkan untuk menghabiskan sisa hidupku bersamaku, maukah kau menikah denganku?" San membuka kotak yang menampilkan cincin itu.

Jantung Mingi berdegup kencang dan air mata memenuhi matanya ketika menatap San.

"Ya, aku bersedia, Sannie."

San tersenyum ketika menyelipkan cincin itu ke jari Mingi lalu membawanya pada ciuman penuh kasih.

San tersenyum ketika menyelipkan cincin itu ke jari Mingi lalu membawanya pada ciuman penuh kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
F E R N 🌿 bottom!Mingi [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang