Moving Out

29 3 13
                                    

Warning: I know nothing about engineering or companies stuff. It's all pure fictional with little research here and there. Feel free to correct me, though.

-------

Suara guntur yang cukup nyaring membangunkan Jong Woon. Pria itu mengambil ponselnya yang berada di atas meja di samping tempat tidur. Pria itu kemudian beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar. Suara guntur sesekali masih terdengar di antara gemuruh hujan yang cukup deras malam ini. Pria itu mendapati ruang tengah yang gelap dan lengang.

Dengan diterangi cahaya seadanya dari luar, Jong Woon berjalan menuju kamar tamu. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum kemudian mendorong benda itu perlahan. Lagi-lagi ia mendapati ruangan yang kosong. Dengan langkah yang lebar, Jong Woon berjalan menuju pintu utama lalu berhenti tepat di depan rak sepatu. Pria itu menghela nafas panjang.

Ia kembali ke kamarnya lalu mengambil ponselnya. Ia menyalakan lampu kamarnya sambil menunggu panggilannya tersambung. Sekarang sudah hampir pukul 10 malam tetapi Myun Hee masih belum pulang. Gadis itu seharusnya kembali dari Dajeon, lokasi dimana kampus KAIST berada, hari ini. Kelas terakhir Myun Hee berakhir pukul 5 sore ini dan seharusnya ia sudah kembali ke Seoul. Perjalanan dari Daejon ke Seoul hanya memakan waktu dua jam dengan bis.

"Nee, yoboseyo." Terdengar suara dari seberang sana. Jong Woon menghela nafas lega. Ia bisa mendengar gemerisik hujan dari sana.

"Kau dimana?" tanya Jong Woon.

"Terminal bis."

"Kau baru sampai?"

"Ah..." Myun Hee bergumam pelan. "Aku pulang terlambat dari Daejon karena harus menyelesaikan lab report."

Hening sejenak. Hanya suara hujan yang terdengar. Myun Hee tidak tahu apakah perbincangan mereka sudah selesai dan ia bisa menutup teleponnya atau masih ada yang ingin disampaikan Jong Woon.

"Kau sudah makan malam?" Gadis itu bertanya karena Jong Woon tidak kunjung mengakhiri sambungan telepon.

"Tentu saja sudah. Kau?"

"Nee... Aku membeli dua corndog di rest area." Ia tertawa pelan.

"Kau di terminal Seoul Station?" tanya Jong Woon.

"Eung."

"Tunggu di depan pintu utama. Aku akan menjemputmu."

"Saja-" Belum sempat Myun Hee menyelesaikan kalimatnya, panggilan itu diakhiri Jong Woon. Pria itu bergegas mengambil jaket dari dalam lemarinya lalu berjalan menuju pintu utama. Tetapi sesaat kemudian ia kembali ke kamarnya dan mengambil sehelai jaket lagi sebelum akhirnya keluar.

Dengan kondisi jalanan yang tidak begitu macet, Jong Woon akhirnya tiba di Seoul Station dalam waktu kurang dari 20 menit. Pria itu memarkir mobilnya dan berjalan menuju pintu utama dengan payung besar di tangannya. Myun Hee yang melihatnya dari kejauhan langsung melambaikan tangannya, persis seperti anak sekolah dasar yang akhirnya dijemput ibunya setelah menunggu lama. Gadis itu berlari kecil menembus hujan dengan kedua tangan yang mendekap erat tasnya menuju Jong Woon.

"Kenapa harus berlari?" tanya Jong Woon dengan nada kesal saat melihat percikan air yang membasahi bagian bawah celana panjangnya.

Myun Hee hanya menunjukkan cengirannya, "mian."

Jong Woon mengambil sesuatu di kursi belakang saat keduanya akhirnya masuk ke dalam mobil. Pria itu kemdian meletakkannya di pangkuan Myun Hee yang duduk di sampingnya.

"Jaket?" tanya Myun Hee pada Jong Woon yang mulai melajukan kendarannya.

"Eoh." Pria itu hanya menjawabnya dengan gumaman pendek. Myun Hee berusaha menahan senyumnya dengan menggigit bibir bawahnya.

Not A CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang