LiS (05)

169 12 11
                                    

Penyesalan itu biasanya akan terjadi di saat tak bisa mengutarakan, melakukan kesalahan tak bisa diperbaiki, tak sanggup berubah dan sebagainya.

Mungkin ini sering dialami oleh seorang gadis demi mendapatkan apa dia mau, gadis itu harus merelakan harga dirinya untuk memalingkan wajah sosok disukainya hingga di sebelah sosok itu harus tersakiti akibat perbuatannya.

Hal ini diakibatkan setelah Triasta--atau Triastari Wilan--berbicara mulut ke mulut kepada teman-temannya sebagai bahan obrolan seru sekalian menghancurkan nama baik gadis bernama Zelvia Northz, padahal gadis itu tak salah apa-apa kepada Triasta.

"Eh? Benarkah itu?" tanya teman Triasta di hadapannya. "Mana mungkin Zelvia melakukannya, mencurangi Fabio Orza?!" sangkanya tak percaya.

"Iya, aku melihatnya." Trias berbicara tenang. "Aku melihatnya bersama laki-laki lain. Sampai-sampai aku tidak kenal laki-laki itu karena bukan dari kampus kita."

"Tapi, itu tidak mungkin. Gadis sebaik Zelvia tak mungkin menyeleweng. Bisa saja, Zelvia jalan-jalan bersama sepupunya." Kali ini Rifaella menyahut, membenarkan sesuai pikiran positifnya. Triasta mendecih.

"Jika memang itu sepupunya, gadis itu tidak seharusnya berbohong."

Teman di hadapan Triasta mengernyit. "Dari mana kamu tahu Zelvia berbohong?"

Triasta tersenyum tipis, "aku bicara dengan Fabio kalau Zelvia sedang ada di rumah temannya. Sebenarnya itu sudah termasuk bohong 'kan?"

Seorang gadis duduk di dekat Rifaella. Gadis penuh ceria tanpa malu-malu itu berbalik menghadapnya. "Salsha, Zelvia berselingkuh!" pekiknya walau teriakan itu ditahan sedikit. "Apa kamu sudah tahu?"

Salsha Paraswanda melirik Rifaella, mengendikkan bahu acuh tak acuh sambil memakan makanannya. Rifaella mengerucutkan bibir, tak suka pada ketidakperdulian gadis tak acuh sebelahnya.

Pembicaraan itu memang diketahui Salsha. Dia melihat Triasta membicarakan semua ini pada Fabio katanya melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Zelvia berselingkuh di belakangnya dan berbohong berada di rumah temannya. Nyatanya, Zelvia berniat mengadiahkannya sebuah barang disukai laki-laki lewat Masyu Rijandi tengah berada di pusat perbelanjaan tersebut. Toh, Salsha ikut bersama mereka.

Hanya saja, Salsha ingin tahu seberapa besar keinginan seseorang ingin memiliki sesuatu yang bukan haknya.

***

Berita mengagetkan seluruh penjuru kampus akhirnya datang juga. Berita putusnya Zelvia Northz dan Fabio Orza menyebar, mengguncangkan mahasiswa-mahasiswi ikut penasaran apa terjadi.

Zelvia menangis. Fabio marah-marah. Zelvia ingin mengatakan. Akan tetapi, Fabio tak mengizinkan. Akhirnya kesalahpahaman ini pun berubah drama.

Rifaella menatap Zelvia menangis di dekat pohon mangga sering menjadi tempat mangkal orang-orang tengah bersedih. Rifaella tak tahu harus berbuat apa, takut apabila menyinggung Zelvia begitu rapuh di matanya.

"Kasihan dia, Sha."

Salsha menghela napas. "Dia kuat, Fa. Dia itu kuat."

"Tapi, 'kan--" ucapan Rifaella terpotong saat tangan Salsha terangkat.

"Orang bersedih bisa menjadi orang kuat daripada orang tak bersedih. Air mata akibat menangis merupakan bentuk perubahan diri untuk ke depannya agar lebih kuat, sabar dan tabah." Fokus mata warna hitam Salsha turut menatap tubuh Zelvia sedang menengadah. "Semua butuh proses kemudian waktu. Aku yakin setelah ini, Zelvia bisa bangkit. Bukankah aku, kamu, Gina, Rexy, Eros dan Masyu ada di sampingnya?"

Rifaella tersenyum sumringah, bertepuk tangan kian semangat. Salsha mengacak-acak rambut hitam panjangnya, sangat menggemaskan. Lagi-lagi keduanya tak beranjak di sana melainkan ingin melindungi walau berada di tempat berpuluh-puluh meter.

Life is Simple ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang