LiS (06)

181 11 4
                                    

Dua pintu memang sama di luar, tapi tak sama di dalam. Dua pintu juga bentuk di luarnya berbeda ragam. Bisa saja pintu bagus, tapi dalamnya horror. Pintu biasa saja, dalamnya luar biasa. Pintu jelek, astaga ... di dalam itu benar-benar indah.

Ini juga sama dengan judul buku bagus, tapi dalamnya betul-betul--pasti merasa menyesal sudah membelinya.

Tapi, ini beda.

Ini sebuah pintu. Pintu yang akan mengisahkan empat manusia dalam dua jurusan berbeda. Walau dua-duanya adalah laki-laki dan perempuan satu pada dua jurusan. Mereka berempat menarik perhatian dan ditarik perhatian secara berkala, tergantung respon apa diterima.

Mulai dari jurusan ekonomi, di mana dua manusia sedang berada di ratusan meter. Mereka adalah Maiza Hollen dan Raditza Bringer.

Gaya Maiza Hollen sangat seronoh jika dilihat. Dia terkenal modis, cantik, anggun dan friendship. Semua teman di berbagai jurusan pasti dikenalnya secara baik. Begitu pun dengan Raditza Bringer, tapi dia berbeda.

Pemuda satu ini lebih mengutamakan hal sederhana, masuk jurusan itu dikarenakan beasiswa. Kenal teman itu cuma sekian dari kelasnya saja bukan seluruhnya, karena dia lebih menjunjung prestasi.

***

"Za, lihat itu!" tunjuk salah satu teman nongkrong ke gadis manis baru lewat dari jurusan teknik. "Bukannya itu si Milky Sweet?"

Mata memicing memandangi gadis sederhana, namun perhatiannya tidak tertuju ke gadis tersebut melainkan sekitarnya berusaha menyapa agar ditanggapi oleh pemilik nama begitu manis.

Milky Sweet, gadis manis berpakaian sederhana meski wajahnya biasa saja. Tak kalah tanggung, Milky itu memiliki kepribadian sangat disukai semua orang termasuk dosen dan supir angkot apalagi ditambah pedagang di kantin.

Maiza tak tahu kepribadian Milky itu.

"Anak itu luar biasa, ya. IPK-nya tinggi," ujar temannya mengingatkan Maiza bahwa Milky anak berprestasi.

"Sayangnya, dia bodoh."

"Maksudmu?"

"Dia bodoh dan tidak pandai bergaul."

Teman Maiza mengangkat bahu soal keirian Maiza yang frontal. Mereka berdiam saja sambil memandang kagum Milky tersenyum sapa pada Rifaella, gadis ceria sekaligus kekasih Eros.

Di belakang Milky, ada pemuda tampan sedang meneteng buku. Penampilannya bisa terlihat bahwa pemuda itu adalah pemuda kaya. Namun, fakultas teknik memintanya untuk berpenampilan sederhana saja.

"Romeo!" pekik Maiza.

Panggilan nyaring terdengar di pendengaran Romeo dan Milky. Mereka berdua menoleh pada Maiza tersenyum melambai.

Awalnya Romeo mau membalas, namun tatapannya tertuju pada Milky ikut memandang Maiza bingung langsung mengangkat bahu acuh.

"Milk!" seru Romeo menyejajarkan langkahnya di sebelah Milky. "Bantu aku dong, kamu 'kan bebas tidak ada tampungan."

"Bilang saja mau ngajak nge-date," kata Milky berkacak pinggang, akhirnya mau membawa setengah buku di tangan Romeo. "Kalau itu ajakkanmu, tanya tuh sama pacarmu."

"Aku sama dia itu sudah putus."

Milky mengedikkan bahu, tak perduli. "Ngajak balik pasti mau. Aku tidak masalah."

"Aku yang masalah, kali," ujar Romeo tak mau kalah. Milky menghela napas. "Ah, aku tahu. Kamu sedang menunggu laki-laki di fakultas ekonomi makanya menolak ajakkan aku?"

Rifaella tak suka sama sifat memerintah Romeo, mengambil buku-buku di ambil Milky kembali menaruhnya di atas tumpukan buku-buku lainnya di tangan Romeo.

Life is Simple ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang