Selalu ada untuk kamu

300 32 0
                                    

Serim terusik dari tidurnya saat ia mendengar isak tangis seseorang, ia pun melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul setengah satu malam, ia bangun dari tidurnya sambil mengerjapkan matanya dan melihat di pojok kamarnya ada seseorang yang sedang duduk sambil memeluk kakinya dengan isakan yang makin lama makin keras. Serim pun buru-buru bangun dan mendekati orang tersebut.

"llen?" Serim mengguncang bahu orang yang menangis tersebut yang ternyata adalah allen, sahabatnya. Allen masih tak bergeming dan tetap pada posisinya.

"kenapaa?" Serim mencoba bertanya dengan nada selembut mungkin.

"dia... nampar gue" Suara allen teredam karena posisinya saat ini, namun serim masih dapat mendengarnya dengan jelas. Serim pun mengepalkan tangannya kesal.

"Sini bangun gue liat" Allen pun perlahan mengangkat kepalanya. Serim langsung menggendong allen ke atas ranjangnya. Meski lampu kamar dimatikan, serim masih dapat melihat dengan jelas kalau pipi sebelah kiri sahabatnya itu seperti memar.

"Sebentar ya gue ambil es buat ngompres pipi lo" Serim hendak meninggalkan kamarnya menuju dapur, namun allen menarik tangannya.

"ja-jangan pergi... disini aja.." Dengan masih sesenggukan allen meminta serim untuk tetap disampingnya.

"sebentar doang kok, biar memar di pipi lo ga makin parah. Oke?" Serim membujuk allen yang pada akhirnya lelaki mungil tersebut melepaskan genggamannya pada tangan serim.

Serim kembali dari dapur dengan membawa sebongkah es yang sudah dilapisi dengan kain bersih untuk mengompres pipi allen, dilihatnya allen masih menangis dengan posisi memeluk kakinya di atas kasurnya.

"Sini angkat dulu kepalanya" Allen pun menurut, serim mengompres pipinya dengan pelan karena tak ingin allen kesakitan.

"kali ini apa lagi?" Serim bertanya dengan tangan yang masih telaten memegang kompresan es di pipi allen.

"gu-gue cuma marah karena dia telat dateng ke tempat kita janjian, sampe sejam telatnya. Gue tanya abis ngapain dan kemana tapi dia malah nuduh gue curiga dia selingkuh. Terus gue gasengaja naikin nada bicara gue dan dia emosi banget... aaw sakit serm" 

Setelah mendengar cerita allen, tanpa sadar serim menekan kompresannya yang membuat si mungil meringis, ia pun langsung mengelus pipi allen.

"maaf gue ga sengaja soalnya emosi denger cerita lo" Allen hanya mampu menunduk malu.

Ini bukan kali pertama. Allen selalu mendapat perlakuan kasar dari kekasihnya saat ini, yaitu Bang Chan *maaf ya kak chan ceritanya disini kasar:(*. Entah itu sebuah tamparan, toyoran pada kepalanya, cubitan yang benar-benar keras, bahkan kekerasan verbal yang selalu menyakiti hati allen. Jujur saja serim muak. Bukan, bukan karena ia muak allen hanya akan datang padanya ketika ia disakiti oleh bang chan, tapi serim muak pada bang chan dan ia tak mau allen sakit. Ia tak pernah masalah allen datang hanya pada saat membutuhkannya, toh serim dengan senang hati akan selalu ada untuk si mungil. Serim tak pernah berani mengatakan pada allen untuk memutuskan hubungannya dengan Bang chan, karena menurut serim itu adalah urusan allen, ia sebagai sahabat hanya bisa mendengarkan dan selalu berada di sisi allen kapan pun ia dibutuhkan.

"llen, maaf gue ngomong gini, tapi serius apa lo gaada niatan buat nge akhirin hubungan lo sama dia? lo tau ini udah ga sehat llen" Serim menghela napasnya ketika akhirnya ia mengucapkan kalimat yang selama ini ia tahan.

"rim lo tau gue cinta banget sama dia"

"tapi ini gasehat!" Serim tanpa sengaja menaikan nada bicaranya yang membuat allen terkejut.

"maksud gue, lo ga capek apa disakitin terus sama dia? gue gabisa liat lo terus-terusan disakitin" Allen menunduk, memang benar perkataan serim, namun ia terlalu bingung.

Sellen DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang