Break The Rules

342 32 12
                                    

"Inget ya llen, sekarang kamu udah kelas 12 selangkah lagi buat masuk universitas. Tetap nurut sama mama, tingkatin lagi belajar kamu ya. Mama gamau sampe kamu dapet peringkat kedua lagi atau liat nilai kamu turun. Gatau kan kamu udah berapa uang yang mama abisin cuma buat bayar les, konsultasi kamu dan segala macemnya?"

Allen hanya diam sambil menatap jalanan dari dalam. Lagi, dan akan terus seperti itu. Rasanya bahkan allen sudah lelah mendengar petuah dari ibunya setiap hari yang isinya hanya agar ia selalu belajar, belajar dan belajar.

Allen Ma adalah salah satu murid terpintar di sekolahnya saat ini. Ia sering mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade. Banyak yang mengenalnya, namun allen tak punya teman. Boro-boro sekali punya teman dan waktu untuk berteman, ibunya bilang tak penting mempunyai teman. Hanya akan membuatnya terus bermain-main dan tidak fokus terhadap akademiknya. Ibu nya bilang allen harus selalu menjadi nomor satu dan lebih baik dari siapapun.

Di persimpangan menuju sekolahnya allen melihat segerombolan murid sekolahnya yang berangkat bersama sambil tertawa dan bercanda, dalam hati allen iri kapan ia bisa punya teman dan melakukan hal-hal menyenangkan bersama orang-orang yang disebut teman? sedangkan dirinya sudah di masa akhir sekolah.

Allen turun dari mobil setelah berpamitan kepada ibunya. Saat sedang jalan tiba-tiba saja ada dua orang siswa lelaki yang sedang bercanda lalu salah satunya tak sengaja menyenggol allen sehingga membuat buku yang allen dekap jatuh.

"eeh maaf" Ujar lelaki itu sambil mengambil buku allen dan memberikannya pada allen. Allen hanya diam dan pergi berlalu setelah mengambil bukunya.

"itu allen allen yang terkenal suka wakilin sekolah buat ikut olimpiade bukansih?" Tanya lelaki yabg menabrak allen tadi pada temannya.

"iya, betul tapi pendiem banget anaknya gapernah liat dia senyum tuh gue" Serim, si lelaki yang menabrak allen hanya terus menatap punggung allen merasa tertarik oleh lelaki mungil tersebut.

.
.
.
.
.

Allen melihat mading yang ramai untuk tahu di kelas mana ia di tempatkan. Dan ternyata ia mendapat kelas XII.A, lalu tanpa ragu ia pun langsung berjalan menuju kelasnya berada. Saat masuk ke kelas ternyata sudah mulai ramai, yang tersisa hanya deret bangku paling depan dan belakang. Allen tanpa ragu memilih kursi paling depan, ia selalu ingat kata-kata ibunya bahwa ia harus selalu duduk di depan agar tetap fokus.

Serim memasuki kelasnya yg ternyata sudah ramai. Kali ini ia mendapati kelas XII.A yang mana merupakan kelas allen juga. Saat masuk dan melihat allen yang sedang membaca buku, diam-diam serim tersenyum kecil sambil berkata dalam hati.

"kebetulan banget"

Serim yang biasa menempati kursi paling belakang selama sekolah entah mengapa kali ini ia memilih duduk di belakang allen. Sudah dibilang kan serim tertarik pada lelaki pintar tapi pendiam yang manis itu, jadi serim memutuskan ingin mencoba mendekati allen.

Ketika duduk serim menepuk pelan pundak allen yang membuat si manis menolehkan kepalanya kebelakang dan menatap bingung serim.

"hai allen! gue serim yang tadi gasengaja nabrak lo. Inget?" Allen hanya terdiam dan memasang wajah bingungnya yang membuat serim tertawa kecil.

"salam kenal allen semoga kita bisa berteman dengan baik!" Serim menjabat tangannya dan allen membalas jabatan tangan serim. Dalam hati allen senang karena ini pertama kalinya ada yang mengajaknya berteman.

"llen ga ke kantin?" Serim bertanya pada allen yang masih sibuk dengan soal fisikanya. Pasalnya ini sudah memasuki jam istirahat.

"e-engga aku masih harus nyelesain ini karena ga ngerti..." Allen menjawab pertanyaan serim sangaat pelan.

Sellen DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang