Dua Puluh Sembilan

12.8K 615 39
                                    

Cerita ini hanya lah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, waktu, nama, dan kejadian itu hanyalah kebetulan. Sorry for typo

Happy reading

E N J O Y

-

-

-

-

-

"Hah... Sepertinya aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari manusia satu ini" Ucap Dhimas lalu menyeruput kopi nya dan menyandarkan badannya ke kursi.

_____________________

"Jadi?" Tanya Marcell pada Dimas

"Huft... Kejadiannya sangat cepat, aku sendiri tidak tau bagaimana mereka bisa menyelamatkanku sesaat sebelum mobil itu meledak, ada beberapa orang yang membantuku keluar dari mobil lalu membawaku pergi dan aku segera dilarikan ke rumah sakit saat itu" Ucap Dhimas lalu meneguk kopinya.

"Kau tau mereka itu siapa?" Tanya Marcell lagi

"Ya, mereka anak buah ayahku" Jawab Dhimas

"Ayahmu? Om irwan? Bukankah beliau sudah tiada?" Tanya Marcell lagi

"Bukan, bukan beliau, beliau adalah tangan kanan ayahku yang selama ini membesarkanku dan menjagaku dari musuh-musuh ayahku, dia terlalu mengemban amanat sehingga ia tak pernah menikah selama hidupnya hingga akhir hayatnya" Ucap Dhimas

"Pantas saja om irwan sangat serius orangnya, lalu siapa ayahmu yang sebenarnya jika om irwan adalah tangan kanan ayahmu" Tanya Marcell

"Aku tidak bisa menyebutkan namanya sembarangan, apalagi setelah selama ini aku tinggal bersamanya aku tau seberapa banyan musuhnya jadi aku tidak bisa berbicara sembarangan tentangnya" Ucap Dhimas

"Baiklah-baiklah, oh iya aku baru ingat, jika kau menghilang selama hampir 11 tahun lalu Olive anak siapa?" Tanya Marcell karena ia baru sadar jika Olive ada saat Dhimas sudah menghilang.

"Dia anak Luwis, Luwis Bramasta" Ucap Dhimas enteng

"Maksudmu? Luwis si pengkhianat itu?" Tanya Marcell tak percaya

Pasalnya Luwis selama ini sudah menghilang sejak dia mengkorupsi uang perusahaan Marcell dengan nominal yang tak bisa dibilang sedikit 10 triliun, itu yang baru terhitung belum lagi yang belum terhitung entah berapa rupiah yang Luwis bawa pergi.

Hingga salah satu perusahaaan Marcell harus lepas dari genggamannya.

"Iya" Jawab Dhimas

"Bagaimana bisa?" Tanya Marcell lagi

"Kau ini bodoh sekali, tentu saja bisa dia saja kabur entah kemana saat dia mengkorupsi perusahaan mu dan sampai saat ini kita belum bertemu dengannya lagi" Ucap Dhimas

"Yang aku curigai, Luwis ingin mengambil seluruh harta keluargamu dan keluargaku melalui Fiona, saat ia tau Fiona adalah istriku dan Fiona juga bisa menjadi calon istrimu berkat hubungannya dengan ibu tiri mu itu jika aku mati dan itu semua terjadi. Apa kau tidak curiga saat Fiona mengambil uangmu dengan jumlah sangat banyak hingga kartu kreditmu itu membengkak? Pasti Fiona tau dimana Luwis saat ini" Lanjut Dhimas panjang lebar sedangkan Marcell ia masih memikirkan semua kejanggalan-kejanggalan di hidupnya selama ini.

"Ngomong-ngomong kau santai sekali hanya memakai baju rumahan mu, kau tidak berkerja?" Tanya Dhimas

"Aku meninggalkan semua yang ku punya untuk Shylla, jadi ya bisa di bilang saat ini aku cuti hingga waktu yang tak di tentukan" Ucap Marcell

I'm So Sorry My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang