3

6.8K 586 61
                                    

           
    

Aku sadar, ternyata kepasrahan bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan ataupun mengakhiri sebuah masalah. Kepasrahan adalah penutup masalah awal yang belum diselesaikan.

Seperti kehidupan. Jika kita masih bernapas, bukankah cerita kita masih berlanjut? Dan tentu saja masalah baru akan muncul kembali.

Dan kepasrahan selanjutnya akan muncul menjadi lembar utama.

Menjadikannya sebagai penyesalan, menjadikannya sebagai mala petaka, dan menjadikannya sebagai tokoh utama dalam satu masalah yang entah kapan akan selesai.

Atau mungkin, tidak akan pernah selesai.

"lu tidur di kamar tamu" Jooheon menunjuk dua kamar tamu yang tepat ada di dekat tangga dan samping kamarnya.

Changkyun yang memang sedang lelah karena baru saja menyelesaikan acara pernikahan  mereka berdua hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tidak besar. Hanya kerabat dekat yang kedua keluarga itu undang.

Setelah selesai tadi, Mama Lee menyuruh Changkyun untuk pindah ke apartemen milik Jooheon. Bahkan, barang-barang miliknya sudah tertata rapih disana tanpa sepengetahuan dirinya.

"cih kamar katanya" Changkyun berdesis tidak suka.

Kamar yang Jooheon katakan lebih pantas disebut sebagai gudang.

Kasur yang belum ditata rapih, kain berdebu masih terlihat setia menutupi barang-barang disana bahkan terdapat serangga kecil yang berterbangan.

Memang tidak ada yang membersihkan atau merapihkan kamar tamu. Orang suruhan keluarga Lee tadi hanya membersihkan ruangan yang memang setiap harinya dipakai saja.

Kamar tamu? Hei, tidak ada tamu disini.

Changkyun berjalan malas ke sofa depan televisi. Ia terlalu malas mengecek kamar tamu yang berada di atas, samping kamar Jooheon. Menaiki tangga terlebih dahulu membuat dirinya semakin malas untuk menghabisi sisa tenaganya. Lagi pula, tidak ada yang menjamin ruangan itu bersih seperti angan-angannya.

Changkyun meregangkan badannya dan mulai merebahkan dirinya disofa empuk. Untungnya, sofa itu bisa ditarik lebih lebar menjadikannya seperti kasur.

Ia mulai menutup matanya yang memang sudah berat sedari tadi. Setidaknya masih ada bantal kecil yang menemani tidurnya.

"udah gue suruh tidur di kamar tamu malah tidur disini" gumam Jooheon yang kebetulan lewat.

Jooheon melanjutkan jalannya, meninggalkan Changkyun yang sudah berpindah alam.




•~•~•









Sudah lebih dari 1 jam Changkyun terbangun. Jam sudah menunjuk 8 pagi dan Changkyun masih terlihat bingung.

"barang-barang gue ditaruh di mana sih?"

Changkyun hanya melihat sekitar mencari keberadaan barang-barangnya yang 'kata' mama Lee sudah diantar terlebih dahulu kesana.
Ting

'Barang-barang kamu mama simpen di kamar Jooheon. Masa kamu gak liat'

'hehe maaf ma soalnya aku mau tanya ke Jooheon tapi dia masih tidur. Changkyun gak tega baguninnya. Makanya Changkyun tanya mama'

'aduh gemes banget sihh mantu mama. Yaudah bangunin Jooheon suruh kerja'

'iya maa. Makasih'

Changkyun tersenyum kecut. Ia merasa bersalah dengan Mama Lee. Bisa-bisanya ia berbohong padanya.

Changkyun bergegas ke kamar Jooheon dengan terpaksa.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban. Changkyun memutuskan untuk membukanya dan menyembulkan kepalanya di balik pintu. Ia bisa melihat Jooheon yang masih asik bergulat dengan selimut hangatnya.

'tenang Changkyun, lo cuma harus bungunin Jooheon setelah itu selesai' rapalnya dalam hati.

Changkyun mendekati kasur yang menjadi alasan bagi 'suaminya' itu.

"woy bangun" Changkyun menggoyangkan bahu Jooheon kencang.

Tidak ada respon apapun dari sang empu membuat Changkyun semakin kesal dibuatnya.

"bangun anjing!" Changkyun menarik selimut Jooheon.

Seketika tubuhnya terdiam kaku. Ia bisa melihat tubuh atletis Jooheon yang terpampang indah dihadapannya.

"eungg lima menit lagi" Jooheon yang terusik pun hanya bergumam. Ia meraba sekitarnya mencari apa pun yang bisa ia peluk.

"eh ehh" Changkyun terkejut karena Jooheon menarik tanganmya tiba-tiba.

Jooheon yang memang belum sadar sepenuhnya hanya mengira itu adalah sebuah guling ataupun barang apa saja yang memang berada di sekitarnya.

Changkyun membeku. Ia bisa merasakan tangan kekar yang melingkar di pinggangnya semakin mengencang. Ditambah dada kekar Jooheon tepat berada di depan matanya. Bahkan, tangan Changkyun sudah menempel disana untuk menjaga jarak antara tubuhnya dengan Jooheon.

'tenang Changkyun. Lu juga punya dan itu lebih bagus'

Sekitar dua menitan Changkyun tidak hent-hentinya memukuli dada Jooheon supaya sangempu tersadar dari tidurnya. Jika Changkyun tidak punya hati, mungkin ia sudah menendang 'barang' milik Jooheon.

Jooheon yang semakin lama terusik membuka matanya perlahan. Ia terkejut melihat tubuh yang lebih kecil dari dirinya sedang berada di pelukannya. Wajah yang memerah menjadi hal pertama yang ia lihat.

Brak

"aduh.."

"l-lo ngapain disini?!"

Jooheon menarik selimutnya hingga sebatas dada setelah mendorong Changkyun hingga terjatuh. Ia sadar, sekarang ia hanya menggunakan boxer tanpa atasan. Itu sangat memalukan.

"mama nyuruh gue bangunin anaknya" ucap Changkyun sinis.

Changkyun bangun sambil mengelus pundaknya yang sakit karena terjatuh tadi. Rasakan saja bagaimana rasanya terjatuh dari kasur yang cukup tinggi.

Changkyun memincingkan matanya melihat tingkah Jooheon yang terlihat berlebihan menutupi tubuhnya.

"gue gak suka laki" ucapnya kemudian berjalan mendekati salah satu lemari.

Jooheon yang mendengar menurunkan selimutnya.

Kenapa juga ia setakut ini jika Changkyun melihatnya? Ia juga aki-laki lalu kenapa ia merasa malu?

"yak! Itu lemari gue!" Jooheon melempar bantal pada Changkyun yang mengobrak abrik lemarinya.

Changkyun menatap tajam ke arah Jooheon. Setelahnya, Ia kembali melihat isi laci yang tadi ia buka.

"lu,,, suka main?" tanyanya tanpa mengalihkan tumpukan kondom yang tertata disana.

"apa urusannya sama lu?" Jooheon menjawab sinis.

Changkyun mengangguk mengerti. Jooheon benar. Itu semua bukan urusan dirinya.

Siapa dia berani-beraninya menanyakan hal yang bersifat privasi bagi beberapa lelaki?

"Dimana barang-barang gue?" Jooheon menunjuk lemari yang berada di pojok lainnya dalam kamarnya.

Changkyun berjalan mendekati lemari itu. Kemudian, ia mengambil pakainnya yang akan ia gunakan.

"nanti gue bakal pindahin barang-barang gue ke kamar lain" ucapnya yang hanya dibalas anggukan dari Jooheon yang sedari tadi memperhatikannya.

Setelahnya, Changkyun berjalan keluar dengan bahu yang sedikit merosot kebawah. Tidak terlihat kokoh seperti biasanya.

"kenapa tuh bocah?"







TBC

I'm Not A Gay •Jookyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang