Bagian 17 END?

35 6 0
                                    

Pagi ini seperti biasanya Antha dan Edo berangkat sekolah untuk melakukan ujian kelulusan yang terakhir. Mungkin ini terlalu cepat bagi mereka untuk berpisah dengan teman teman mereka termasuk para sahabat mereka yang katanya ingin kuliah ke luar negeri.

Sedangkan Antha hanya ingin kuliah di Indonesia karena perusahaannya yang berada di sana. Edo? Jangan ditanya dia mau kuliah kemana. Dia belum memberitahukan keputusannya kepada Antha maupun para sahabatnya.

Sikap Edo dan teman temannya sudah mulai mencair, tidak seperti dulu lagi yang sedingin es. Kalau dulu Antha sering bilang kulkas tiga pintu, tapi sekarang dia sebut dengan tiga kompor.
Wkwkwk.. Aneh aneh lah julukannya.

"Do, entar kamu mau kuliah kemana?" Tanya Antha di dalam mobil. Mereka sudah berada di parkiran sekolah 5 menit yang lalu. Mereka datang terlalu pagi sehingga lebih suka berdiam diri di mobil.

"Nanti juga kamu tau." Ucapnya cuek.

"Ishh, cuek banget." Gumamnya yang masih tersengar oleh Edo.

"Aku bakalan kasi tau setelah selesai ujian kok. Jangan cemberut gitu, pengen di cium tuh bibir ?" Ujar Edo sambil mengacak rambut milik Antha.

"Ihh, berantakan Do. Iya ini gak cemberut lagi." Ujarnya sambil merapikan rambutnya.

"Dan kamu kuliah di Indo? Gak keluar negeri?" Ucapnya pelan.

"Aku di Indo aja, perusahaan butuh aku " Balasnya.

"Mmm... Ya udah yuk masuk, udah pada rame tuh." Ajaknya lalu keluar dari mobil di susul Antha di belakangnya.

Sepanjang koridor sekolah, Edo terus memperhatikan Antha yang terlihat lebih cantik. Senyum kecil tercetak di wajah Edo yang tak bisa dilihat oleh orang lain.

Smoga aku kuat ya saat kita pisah nanti. Batin Edo.

***************

Skip aja ya? Hehe..

Selesai ujian, Antha diajak pergi ke sebuah tempat dengan pemandangan yang indah, pertama kali bagi Antha datang ke tempat ini.

"Wahhh Do, indah banget sumpah." Ucapnya sambil merentangkan tangannya untuk menikmati hembusan angin sejuk pada sore hari.

"Tapi masih indahan senyum kamu." Ucapnya.

"Apaan sih Do. Lihat deh, sawahnya bagus banget. Padinya udah menguning, siap panen tuh." Ujarnya.

"Iya." Jawabnya singkat. Melihat senyum milik Antha yang bahagia membuat Edo merasa tak rela di dalam hatinya.

"Tha, aku mau ngomong." Ucapnya gugup.

"Ngomong aja, aku dengerin kok." Ujarnya lalu menatap Edo yang terlihat sangat serius.

Kok perasaan gue gak enak ya?. Batin Antha.

"Kita putus." Ucap Edo.

Deg..

Rasa sakit menjalar di hatinya, air mata mengalir begitu saja di pipi mulus milik Antha.

"Do, kamu jangan bercanda deh. Kamu... Kamu.. Tega tau gak." Lirihnya.

"Jangan nangis, ku mohon." Ujarnya sendu.

"Aku gak mau kita putus, tapi aku gak bisa terus bertahan seperti ini." Lirihnya.

"Salah aku apa Do? Kamu tega banget sama aku hikss." Lirihnya menatap Edo yang menunduk. " Aku udah sayang banget sama kamu dan kamu? Minta putus gitu aja? " Ujarnya.

"Aku belum selesai ngomong. Tapi.. Ini untuk kebaikan kita Tha." Ucapnya sambil memegang kedua tangan Antha.

"Kebaikan kita? Maksud loe apa ahh?" Ujarnya yang kini memanggil dengan loe-gue. Antha menghempaskan tangan Edo dan membalikkan badannya.

" Kalo ini yang loe mau, baiklah gue ikutin kemauan loe itu." Ucapnya penuh penekanan.

Grepp...

"Aku belum selesai ngomong loh." Ucapnya sambil memeluk Antha dari belakang. Antha meronta ingin dilepaskan tetapi ap daya, kekuatannya tak sekuat Edo.

"Kita putus sebagai pacar. Tapi kita jadian sebagai tunangan." Bisiknya.

"Maksud kamu apa?" Ucapnya.

"Ayo kita tunangan, lalu menikah setelah kamu lulus kuliah." Ucapnya tegas tanpa candaan.

Antha membalikan badannya dan menatap Edo yang tersenyum kepadanya.

"Ishh loe itu ya udah bikin gue nangis dan sekarang ngajak tunangan segala. Loe tau gak sih gimana perasaan gue saat loe bilang putus ahhh?? Tega banget sih loe." Ujarnya sambil memukul lengan Edo.

"Aduuh aduuh iya maaf kan biar ada drama nya gitu kayak di novel novel." Ujarnya.

"Apaan di novel novel ahh?? Kagak tau kondisi ya kamu." Ujarnya. Tetapi sekian detiknya Antha tersenyum dan memeluk Edo.

"Makasih. Kamu udah hadir di hidupku." Bisiknya.

"Aku yang beruntung bisa bersamamu Antha." Bisiknya.

Mereka larut dalam pelukannya. Seseorang memperhatikan mereka saat mereka sampai di tempat itu. Senyum mengoda tercetak di kedua bibir seseorang tersebut.

"Gue bakalan coba untuk bisa mendapatkan dia." Ucapnya tersenyum smrik.

"Gue juga, gue pengen miliki dia seutuhnya. Gak hanya tunangan tetapi langsung nikah." Ujar salah satu.

Mereka saling bertatapan dan menyunggingkan senyum bahagia.
"Loe berpikiran sama kayak gue?" Ujarnya.

"Lah loe juga?" Tanya nya.

"Kita kerja sama gimana?" Tawarnya pada seseorang disebelahnya.

"Oke.. Loe duluan yang nembak Eli, baru gue." Ucapnya bangga.

" Buset dah napa kayak gitu, ehh Adi yang katanya bermuka bayi, loe duluan lah." Sarkahnya.

"Lahh loe Edi yang katanya paling tampan, kenapa gak loe duluan aja?" Ujar Adi tak terima.

Yapp mereka adalah Adi dan Edi yang bersembunyi di balik semak semak tak terlihat oleh Antha dan Edo.

"Pulang lah, ngapain disini melihat orang berpelukan. Kan jadi pengen peluk Ani." Ujarnya lalu pergi meninggalkan Edi yang melongo mendengar penuturan Adi.

"Gila, temen gue udah gila njirr.. Wee tungguin. " Ucapnya pelan.





Hay hay guyss gimana?? Tertumben panjang ini ceritanya... Mau End hehe..
Jangan lupa vote dan commentnya yaahh😘
보라헤💜

KULKAS (END)√√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang