.Prolog.

12.4K 649 14
                                    

17+

Sebisa mungkin aku bikin scene yang bisa dibaca siapa aja. Tapi tetep aja rasa ples ples sih. Buat kalian yang sering baca cerita dewasa mungkin bakal mikir, ah apaan sih. Cuma kayak gini juga. Tapi buat bocil yang otaknya masih polos (kayak aku mwehehehe) ini tuh udah ples ples sekali. Jadi, bijak dalam membaca ya!

🍁🍁🍁🍁

"Lakukan apapun padanya. Selamat bersenang-senang anakku!" suara tawa menggelar, memenuhi tiap sudut ruangan tak terawat ini.

Perlahan matanya terbuka. Menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke retina. Sudah dari beberapa saat lalu ia tersadar, namun rasa sakit di tubuhnya membuat ia urung untuk membuka mata. Pertama, dia takut akan kembali di siksa setelah membuka mata. Kedua, rasa terlalu berat hanya untuk membuka mata saja. Matanya mengerjap pelan, menatap siluet seseorang yang berdiri menjulang di depannya.

"Sudah bangun?" suara itu terdengar asing di telinganya. Dan orang itu seorang.... Pria. "Mari berkenalan, namaku Alex." ucap pria bernama Alex itu sembari mengulurkan tangan. Namun sampai setengah menit berlalu, Revika sama sekali tak menyambutnya. Tentu saja karena tubuhnya masih terlalu lemah untuk bergerak. "Sombong sekali Nona kecil." Alex berjongkok di depan Revika yang tengah berbaring miring di lantai. Meringkuk layaknya janin. "Kurasa kau sudah baik-baik saja, bagaimana kalau kita bermain? Kau tahu? Aku sudah sangat ingin bermain denganmu sejak dulu." kekehan lolos dari bibir Alex. Dengan pelan ia mengusap pipi Revika yang sedikit kotor.

"Seharusnya kamu dibersihkan terlebih dahulu." ujarnya sembari memainkan jarinya, menghilangkan kotoran yang menempel. "Tapi tak apa... Asalkan kamu masih virgin." ujarnya setelah berdiri. Dengan seringai mengerikan di bibirnya, pria itu melepaskan jaket kulit yang melapisi kaosnya. "Akhirnya aku bisa merasakan seorang gadis, kuharap kau bisa memuaskanku nona kecil. Karena jika tidak, mungkin nyawamu akan melayang." tanpa rasa bersalah dia tertawa keras. Menertawakan ketidak berdayaan gadis yang tengah meringkuk di lantai saat ini.

Tidak ada yang Revika pahami dari ucapan Alex. Virgin? Dia belum pernah mendengar kata itu. Merasakan maksudnya apa? Apa pria ini akan memakannya? Tidak! Dia tidak mau. Ingin rasanya ia kabur saat ini, tapi untuk bergerak saja tubuhnya terasa sakit. Lalu kepuasaan apa yang dimaksud oleh pria ini?

Semua pemikiran Revika buyar ketika bahunya tiba-tiba saja di dorong. Membuat posisinya berubah terlentang. Pupilnya melebar ketika Alex berpindah ke atasnya. Tanpa merasa kasihan pria itu menduduki paha ringkihnya. Tubuhnya yang kurus membuat tulang pahanya serasa akan patah saat ini. Terlebih masih ada luka disana.

"Sepertinya aku juga harus mengajarimu nona kecil." pria itu terkekeh kecil kemudian menunduk. Rasa takut ketika wajah pria itu terlihat begitu dekat membuatnya memalingkan wajah. Namun malah sebuah tamparan diterimanya. "Jangan coba-coba melawan nona kecil, aku akan bersikap baik jika kamu menurut. Mengerti?"

Ketika wajahnya sudah kembali berhadapan dengan Alex, tiba-tiba saja pria itu melahap bibirnya. Apa Alex benar-benar akan memakannya? Tidak! Dia tidak ingin mati sekarang. Entah kekuatan darimana, akhirnya dia bisa meronta. Walaupun kakinya sulit untuk bergerak saat ini, namun tangannya berusaha memukul keras tubuh Alex secara asal. Entah itu kepala, bahu, lengan atau apapun itu.

"Diam!" bentak Alex kesal. Dengan cekatan kedua tangan besar pria itu menahan kedua tangannya diatas kepala. Membuat pergerakan Revika semakin sulit.

Meski begitu dia belum juga menyerah. Tanpa pikir panjang gigitnya menjepit bibir Alex kuat. Membuat pria itu mengerang kemudian memundurkan kepala. Baru setelah itu dia bisa mengambil nafas sebanyak mungkin.

"Sepertinya kau ingin diperlakukan dengan kasar." ujar Alex kemudian beranjak. Merasa beban sudah hilang dari kakinya, dengan perlahan Revika menyeret tubuhnya. Berusaha untuk bangkit walau tubuhnya terasa begitu sakit. Dia ingin kabur dari sini, tapi bagaimana caranya? Pintu selalu terkunci rapat.

"Mencari celah untuk kabur?" tanya Alex yang sudah kembali. "Tidak perlu berusaha keras untuk itu, karena semuanya akan sia-sia." tiba-tiba saja Alex meraih kedua tangannya. Tepat di pergelangan tangan, Alex mengikat kedua tangannya. "Ayo kita mulai. Kurasa kali ini tidak perlu pemanasan."

Gerakan Alex yang melepas kancing kemeja lusuh yang dipakai oleh Revika membuat gadis itu terperanjat. Alex akan benar-benar memakannya? Dengan sekuat tenaga kakinya bergerak untuk menendang tubuh pria itu. Tubuhnya pun terus bergerak memberontak.

"Jangan... Jangan kumohon jangan...." rintihnya pelan penuh permohonan. Namun Alex sama sekali tidak mendengarnya. Tanpa perasaan pria itu meloloskan kemejanya. Menampakkan tubuh atasnya yang polos karena dia tidak lagi memakai apapun selain kemeja lusuh tadi dan celana.

"Kecil." gumam Alex seraya memandangi dadanya.

Tidak ada yang bisa Revika deskripsikan atas rasa sakit di dadanya setelah tubuhnya di dorong agar kembali tidur terlentang. Bukan hanya itu, tangan Alex yang meremas kuat pinggangnya membuat rasa nyeri timbul disana. Apa Alex akan benar-benar memakannya? Dia pikir makanan manusia bukanlah kawanannya sendiri. Tapi sekarang dia tahu kalau manusia juga bisa makan manusia.

Siksaan terus dia dapatkan. Entah itu di wajah, atau rambutnya yang dijambak begitu kuat. Perutnya juga sempat di duduki tadi. Lama kelamaan kesadarannya mulai menipis. Hingga ia merasakan jika celananya mulai di tarik kebawah, dia tidak lagi tahu apa yang terjadi. Karena setelah itu semuanya.... Gelap.

"Hahhh...." mata Revika menatap nyalang ke langit-langit kamar. Butuh beberapa detik baginya untuk menormalkan kembali nafasnya. Mimpi itu datang lagi. Bukan, itu bukan mimpi. Melainkan kejadian kelam dari masalalunya yang kembali ia mimpikan. "Relax Vika. Dream, it's just a dream. Now you are safe. Alex can't hurt you anymore," ucapnya pelan kemudian menarik nafas dan membuangnya.

Ceklek

Pintu kamar yang tiba-tiba saja terbuka membuatnya mengangkat kepala. Menatap orang yang masuk kedalam kamarnya.

"Kamu kebangun?" tanya Gava seraya berjalan menuju adiknya. Prok, prok! Lampu kamar yang otomatis menyala membuat dirinya bisa melihat jelas wajah adiknya. "Mimpi buruk?" tanyanya melihat wajah penuh peluh adiknya.

Kepala Revika mengangguk pelan. "Gara-gara nonton film horor tadi." jawabnya yang membuat Gava terkekeh pelan. Namun ada yang aneh dengan kakaknya. Seperti ada kekhawatiran di wajah kakaknya itu.

"Siap-siap, kita ke Indonesia sekarang." ujar Gava yang membuat Revika mengernyit bingung. "Kak Regan kecelakaan," lanjut Gava yang membuat tubuh Revika lemas seketika. Benarkah? Padahal pagi tadi dia masih berkomunikasi dengan Kakaknya.

🍁🍁🍁🍁

To be continue

Jangan lupa tinggalkan jejak! See you...


What Is Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang