🍃cepu atau nggak

28 0 0
                                    

Yhara Rawnie Parveen

Yhara Rawnie Parveen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 3 Mei 2018

Ujian masuk perguruan tinggi negeri dan swasta buat gue sama aja.

Sama-sama susah.

Gue nggak ngerti kenapa saat orang-orang di kelas gue berlomba-lomba untuk masuk perguruan tinggi negeri, gue malah langsung memantapkan hati untuk mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung.

Pilihan gue jatuh kepada Fakultas Kedokteran.

Tahu apa yang terjadi selanjutnya?

Gue ditolak masuk Ujian Mandiri.

Kalian mungkin akan berpikir gue termasuk kedalam jajaran siswa bodoh pada masanya, tapi gue akan membantah itu.

Dilihat dari asal kelas gue saat SMA pun, argumen kalau gue termasuk jajaran siswa bodoh akan langsung terbantahkan.

Tiga tahun gue sekolah di SMA Adibrata dan selama itu pula gue berada di satu-satunya kelas unggulan disana.

Banyak teman satu kelas gue yang pada saat pergantian semester namanya akan tiba-tiba lenyap dari absen – karena nilainya yang sudah tidak sesuai dengan kualifikasi, tapi gue tidak pernah mengalami itu.

Lalu mengapa gue tidak bisa lolos Ujian Mandiri di universitas swasta?

Ya mana gue tahu.

Sejak gue membuka website dan memasukan nomor ujian lalu berakhir dengan tulisan berwarna merah di layar, air mata gue tidak berhenti turun.

Hal yang gue lakukan selanjutnya adalah menelepon mama dan papa – juga sambil menangis.

Sudah hampir tiga jam yang gue lakukan hanya tiduran dengan kertas tisu yang berserakan di atas kasur.

Mungkin kalau Barra lihat keadaan kamar gue saat ini, dia akan langsung putusin gue – saking menjijikannya keadaan kamar gue sekarang.

Suara dering telepon yang berasal dari ponsel gue terdengar, nama Darel terlihat disana.

"Ara, gue diterima FK"

Suara Darel membuat gue terdiam.

"Lo gimana?"

Lagi, Darel dengan deep voice – nya membuat gue terdiam.

"Ra?"

Entah apa yang membuat gue sudah tidak lagi bisa menangis, mungkin tiga jam adalah waktu maksimal gue nangis.

"Nggak, rel"

Kalimat singkat dan jelas yang keluar dari mulut gue membuat sekarang gantian suara Darel yang lenyap, tergantikan oleh suara langkah kaki cepat lalu kemudian suara pintu yang tertutup dengan keras.

"Jangan ditutup, gue kesana sekarang"

"Nadhin tahu nggak lo pergi sama gue?"

Part paling menyebalkan setelah gue memilih pergi – kemanapun itu, dengan Darel adalah saat Nadhin – pacar Darel yang super protektif, tahu kalau Darel pergi sama gue tanpa sepengetahuan dia.

"Nggak" tangan Darel masih sibuk memotong pisang kejunya lalu memasukan satu potongan besar ke dalam mulut.

Gue mengelilingkan bola mata mendengar jawaban Darel, "ah males gue, pacar lo suka rese"

Kami berakhir di sebuah warung pinggir jalan di Lembang, sore tadi Darel tiba di kostan gue dan memaksa gue untuk menemaninya keluar.

Gue bahkan hanya sempat membawa hoodie yang tergantung di belakang pintu kamar karena tarikan kuat tangan Darel yang menyeret gue ke dalam mobilnya.

"Dia nggak akan rese selama nggak ada yang cepu"

Ultra milk putih selalu menjadi pilihan Darel – gue nggak tahu sejak kapan, saat dia memakan sesuatu selain air mineral.

Darel tidak pernah suka teh tawar atau teh manis, apalagi minuman berbau kopi.

Dia paling benci bau kopi.

Gue sibuk menggigit jagung rasa pedas asin yang sejak tadi gue pegang, susah banget makannya, "ya tapi masalahnya selalu ada yang cepu, Darel"

Badannya yang semula tegap perlahan melemas, punggungnya bertumpu pada dinding kayu yang ada di belakangnya, "yaudahlah santai aja"

Santai pala lu, tatapan mata gue menajam ke arahnya.

Emang dasar kalau ngomong suka asal.

"Lagian udah sering juga kan kita kayak gini" lanjutnya kemudian.

Tangan kanan Darel meraih susu kotak dihadapannya, "jadi lo mau gimana sekarang?" pertanyaan Darel membuat gue kembali ke kenyataan pahit.

Gue baru saja mengalami patah hati paling menyakitkan.

"Mechanical Engineering and Aeroscape"











Say Hello to Gerald Janubarra Theosaguna!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Say Hello to Gerald Janubarra Theosaguna!

Sembilan Satu SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang