🍃ultra milk putih

29 0 0
                                    

Pragya Darel Sualang

Bandung, 21 Oktober 2012

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 21 Oktober 2012

Suara teriakan nggak penting orang-orang di kelas ini membuat gue rasanya ingin menendang kepala mereka satu-satu.

Entah sudah kalimat ke berapa yang gue ucapkan di depan kelas hari itu, tapi kerumunan siswa penghuni barisan belakang tidak juga mau mengalihkan perhatiannya dari permainan UNO yang sedang mereka lakukan.

Ada pengumuman perlombaan yang harus gue umumkan sebagai ketua kelas dan calon anggota OSIS hari ini.

Oke, gue sudah mulai kehabisan kesabaran.

Tangan kanan gue mendorong meja guru sehingga membuat meja tersebut terbalik ke depan dan menjatuhkan semua benda yang ada di atasnya.

Suara gebrakannya yang cukup kencang membuat semua penghuni kelas mengalihkan perhatiannya ke arah gue.

Gue bukan orang yang gila perhatian – tentunya, tapi perilaku mereka yang sangat tidak menghargai gue sebagai orang yang sedang berbicara di depan membuat gue geram.

Terlepas dari siapa pun dan apa pun jabatan gue, setiap manusia itu harus dihargai.

Suasana kelas mendadak hening, semua mata melihat ke arah gue yang berdiri di depan papan tulis dengan kertas pamflet perlombaan yang sudah tidak berbentuk selembaran lagi.

"Ini kertas pamflet perlombaan, kalau ada yang tertarik untuk ikutan, hubungi gue"

Kalimat panjang gue menjadi akhir kalimat yang gue keluarkan sebelum gue memutuskan untuk keluar dari ruang kelas.

Pintu kelas bertuliskan 7A gue banting dengan keras setelahnya.

Kaki gue melangkah menuju kamar mandi yang berada di ujung lorong lantai dua – tempat ruang kelas 7A sampai 7F berada.

Gue membasuh wajah yang terlihat memerah karena emosi.

Kemudian gue menarik napas lalu menghembuskannya, gue melakukannya berulang-ulang sampai gue merasa sedikit lebih baik.

Setelah sekitar sepuluh menit gue habiskan untuk berdiam di dalam toilet, akhirnya gue memutuskan untuk melangkahkan kaki keluar.

"Darel"

Suara seorang perempuan terdengar tepat di pintu toilet, "ini" dia memberikan sekotak Ultra milk putih ke hadapan gue.

"Katanya kalau lagi marah terus minum susu, bisa nggak marah lagi" suaranya yang sedikit nyaring sedikit menggema karena lorong yang lengang, mata gue terfokus pada kaus kakinya yang berwarna kuning terang.

Sejak kapan di sekolah ini boleh pakai kaus kaki dengan warna seterang itu?

"Tapi gue nggak suka susu putih, nggak ada rasa. Mungkin lo suka" kalimatnya berlanjut karena gue tidak kunjung menjawab perkataanya.

Name tag di bajunya bertuliskan Yhara R. Parveen.

Lalu mata gue lalu beralih ke tas yang ada di gendongannya.

Oh, dia cewe di kelas gue yang duduk di bangku ketiga.

"Kayaknya lo nggak suka susu ya" tangannya turun perlahan, dengan gerakan cepat gue mangambil susu di tangannya.

"Gue suka susu"

Dia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Maksudnya, gue suka minum susu kotak"

Perlahan senyum di wajahnya terlukis.

Pipi berisinya mengembung, menghimpit matanya sehingga membuat mata gadis itu sedikit menghilang.

"Sama gue mau izin nggak masuk jam ke-5 ya, ada acara keluarga hehehe"












A lot of people go unconscious

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A lot of people go unconscious. Sometime, the little things they do for others really do have a good effect.

Sembilan Satu SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang