🍃rimba raya

24 0 0
                                    

Yhara Rawnie Parveen

Bandung, 6 Oktober 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 6 Oktober 2015

Kalau bukan karena Tami yang memaksa gue untuk mengikuti acara Jelajah Rimba - nama kaderisasi untuk memasuki organisasi SISPALA, gue nggak akan mau ribet-ribet mencari seikat kayu bakar.

Man, lo bayangin aja tahun 2015 orang jualan kayu bakar dimana?

Dan yang paling menyebalkannya adalah, kayu bakar ini adalah barang wajib yang harus sudah diserahkan ke pihak panitia H-1 sebelum keberangkatan.

Jam di tangan kiri gue sudah menunjukan pukul 17.46 saat ini, dan gue belum sampai di kostan sama sekali.

Rasanya gue pengen langsung mandi dan tidur sampai lusa supaya nggak bisa ikut Jelajah Rimba.

Emang dasar Tami bangsat, dia mohon-mohon supaya gue juga mau masuk Rimba Raya - nama organisasi SISPALA di SMA gue, padahal ya kalau mau susah sendiri aja.

"Lo kan sahabat gue ra, masa tega gue disiksa sendiri" kalimat Tami dua minggu lalu disambut dengan segala macam sumpah serapah dari mulut gue.

"Tam, balik aja yuk" suara gue sudah dirubah memelas dengan harapan Tami bisa meminta Pak Imron - supirnnya, untuk berbalik arah dan pulang.

Tami yang sejak tadi memperhatikan google maps melirik gue dengan sinis, "heh ini tuh barang penting, Yhara" lalu kembali memberikan petunjuk kepada Pak Imran.

Gue hanya bisa menghela napas, "kita berdua doang yang nggak bawa nggak akan ngaruh kali" kemudian tangan gue mengambil ponsel yang ada di dalam saku seragam dan menemukan beberapa pemberitahuan.

3 missed call, 4 new message

Tangan kanan gue memilih kontak Darel - si pengirim pesan, lalu meneleponnya kembali.

"Kenapa?" dengan suara pelan - karena ngantuk, gue memulai pembicaraan.

Suara berisik di barang yang beradu terdengar di ujung telepon, "nggak usah cari kayu bakar lagi" suara Darel membuat posisi duduk gue yang asalnya bertumpu pada jok mobil menjadi berdiri tegak, "demi apa lo?"

"Iya, punya lo sama Tami udah gue naikin ke truk"

Tas carrier 45 liter yang ada di pundak gue sudah tidak lagi terasa berat, kayaknya gue sudah mulai terbiasa.

Padahal saat berusaha memakainya tadi pagi, rasanya pundak gue mau patah saking beratnya.

Gue meraih botol air mineral 1500 ml yang ada di saku kanan carrier yang gua pakai dan membuka tutupnya, akhirnya kerongkongan gue tidak lagi sekering beberapa saat yang lalu.

Kami semua - calon anggota, berjumlah total 12 orang tidak ada yang tahu akan dibawa kemana. Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah pasrah mengikuti arahan dari panitia yang sejak tadi ada di sekitar kami.

Sembilan Satu SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang