hâa

1K 101 1
                                    

Hari kedua setelah kecelakaan Vee, namun masih belum ada kabar tentang keberadaanya. Nomer Vee maupun Yoo tak dapat dihubungi, rumah mereka pun kosong.

Mark dengan wajah yang memerah karena demam memaksakan dirinya untuk berangkat ke kampus. 

"N'Mark kau tak perlu memaksakan dirimu, jika nanti ada kabar tentang Vee pasti aku beritahu."

"Tak apa P', aku baik-baik saja."

"Jika kau perlu sesuatu kau bisa menghubungiku."

"Terima kasih P'Nuea."

"Aneh nggak sih? Kita sudah cari di semua rumah sakit maupun klinik di sepanjang jalan dari rumah Vee ke kampus, tak satupun ada Vee di sana."

"Nah bener ai Kla, Vee beserta keluarganya seperti menghilang gitu aja. Yoo juga tak bisa dihubungi, kluarganya tak ada dirumah bahkan tetangga pun tak ada yang tahu."

"Ai Pond, Yoo bukannya masih di tempat magang?"

"Hei kawan! Lihat.. lihatlah ini!" Lee yang baru datang menunjukkan telpon nya pada kelompok. Mereka segera mengerumuninya.

"Siahh!!" Teriak mereka bersamaan. Ploy mantan pacar Vee mengupdate status disertai foto dimana dia memegang tangan Vee yang tersenyum ke arah kamera dengan wajah penuh tambalan verban dan terbaring diranjang rumah sakit.

"Tunggu.. tunggu! Lihat baju rumah sakit yang Vee pakai!" Seru Pond.

"Benar ini rumah sakit dekat apart Ploy. Pantas saja kita tidak menemukannya, arahnya berlawanan jauh dari rumah Vee. Apa Vee kecelakaan saat akan menemui Ploy?"

Saat para senior mengomentari status terbaru Ploy, Mark tanpa mereka sadari beranjak pergi.

Ia terlihat menghubungi seseorang.

"Jemput aku sekarang di depan gedung teknik."

"Ai Mark! Aku sedang di kelas."

"James, tolongg...."

Tak berselang lama James menghampiri Mark, ia melihat Mark sudah sangat buruk maka ia segera membawanya pulang.

Dalam kamar Mark.

"Apa yang Terjadi?"

"Aku terlambat James, aku tak punya kesempatan lagi."

"Apa maksudmu?"

"Vee bersama Ploy."

"Bajingan! Aku sudah yakin, dia benar-benar buruk!"

"James, aku salah."

"Mark jangan pernah menyalahkan dirimu, kau terlalu berharga untuk orang sepertinya!"

"Kalau saja aku tak keras kepala."

"Mark, yang kau lakukan sudah benar, jangan pernah beri kesempatan untuk orang itu."

"James, aku sangat lelah."

"Istirahatlah, aku akan menjagamu."

##

Pagi harinya, Mark datang ke fakultas teknik bersama James.

"Ai James kenapa kau kesini?"

"Mengantarkan anak ini. Jaga dia untukku Fuse."

"Emhh. Apa kau baik-baik saja ai Mark? Jangan memaksakan diri jika kamu sedang tidak sehat."

"Aku tak apa, jangan khawatir."

"Bocah keras kepala!! Hubungi aku kalau ada apa-apa! Aku punya kelas sekarang, aku pergi dulu."

"Err.. Pergilah."

Sepeninggal James, Mark bergabung dengan Fuse juga Kamphan, tak berselang lama kelompok senior datang menyapa mereka.

Suasana semakin ramai dengan adanya para senior, satu-satunya yang masih kesepian hanyalah Mark.

"Vee! Vee! Dia datang!" teriak Tee mengejutkan semua orang.

Seluruh perhatian berpindah pada Vee yang berjalan dengan kruk dan disampingnya ada Ploy.

Segera para senior tahun ketiga itu menyambut Vee. Namun Vee hanya membalasnya dengan sedikit kata-kata.

Ia lalu berpaling ke arah Ploy.

"Ploy, aku akan ke kelas dengan yang lain, terimakasih sudah mengantar." ujarnya diiringi senyum manis.

"Ya.. kau bisa menghubungiku jika perlu sesuatu atau kelasmu sudah selesai, aku akan membawamu kembali."

"Tak perlu merepotkanmu Ploy, aku bisa pulang dengan Nuea."

"Baiklah Vee, Ploy pergi dulu."

"Hmmm."

"Heyyyy bau-bau cinta lama bersemi kembali... " Bisik Lee yang bisa didengar semua orang.

"Ouhhhh Veeee! Kau benar-benar jahat!" seru Tee.

"Teman tunggu apalagi, kelas hampir mulai, ayo masuk." Vee nampak enggan menanggapi celotehan teman-temannya.

Sesaat tatapan Vee bertemu Mark yang berada diujung barisan teman-temannya, namun segera ia berpaling. Biasanya Mark yang lebih dulu memutuskan pandangan, tapi kali ini netranya terus menetap pada punggung yang perlahan menjauh dengan tertatih itu.

Gelenyar rasa sakit mendera dadanya, ada rasa pahit yang mencekik di lehernya. Ia tak sanggup mengatakan apapun tentang rasa sakit yang ia tanggung saat ini.

"Mark! Mark!" panggilan Fuse menarik kesadarannya.

"Apa kau baik-baik saja Mark."

"Hmm...Ayok ke kelas."

Reconciled; Mechanic of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang