War berjalan mondar mandir dalam kamarnya dengan Bver berlutut di lantai menatap kebingungan majikannya. Sesekali War akan duduk di meja kerjanya, bersedekap atau dengan dua jarinya mencubit bibir tipisnya, berharap mendapatkan ide untuk mengatasi masalahnya.
"Tuan muda.."
"Tutup mulutmu jika kau tak punya solusi!" Potong War tanpa mau repot-repot mendengar penjelasan Bver.
"Tapi tuan muda..."
"Bver, besok pergilah ke bandara, jangan lakukan apa pun! Hanya laporkan seperti apa penampakan orang itu."
"Apa anda tak akan ikut? Anda tak tertarik lagi melihat orangnya seperti apa?"
War menggeleng, "Jangan lakukan kebodohanmu lagi! Aku tak ingin mendengarnya."
"Baik tuan muda. Lalu bagaimana dengan orang yang tadi?"
"Abaikan dia, aku punya rencana sendiri." Nada tak biasa saat War menyebutkan tentang dia.
"Tuan muda, jangan bilang.."
"Diamlah! Keluar sana! Kepalaku akan sakit jika terus melihatmu." War menutupi rona merah di wajahnya.
Bver mencibir majikannya itu. Tanpa sepatah kata dia pergi meninggalkan sang majikan.
Dengan membawakan makanan dan minuman, War mengetuk pintu tamu yang tadi ia antar.
"Halo tuan! Layanan kamar, kami membawakan makanan dan minuman pesanan anda."
Pintu terbuka menampilkan penghuni kamar yang hanya memakai handuk sekedar penutup area pribadi, menampilkan pectoralis major yang sempurna. Itu tidak terlalu besar tapi tampak kokoh. Rambut hitamnya yang basah masih mengalirkan airnya ke leher dan terus turun membasahi dadanya. War tersesat untuk sesaat, buru-buru untuk segera mengembalikan fokusnya.
"Permisi tuan." War menyelinap masuk setelah pemilik ruangan menggeser tubuhnya. Meletakkan nampan ke meja.
"Mm Tuan, apa ada yang lain yang anda butuhkan?" War bertanya dengan gugup.
"Tidak." Ia masih berdiri di dekat pintu yang masih terbuka.
War meneguk ludahnya dengan kasar, "Nnn tuan, saya minta maaf untuk yang tadi. Jadi siapa sebenarnya nama anda tuan?"
"Kenapa kau sangat ingin tahu? Keluar!" Suara itu begitu dingin.
"Baiklah." Orang ini tidak ramah sama sekali.
Sebelum keluar, War masih menyempatkan diri untuk berbalik. "Oh iya Tuan, anda ingat kan? Nama saya War. Jika besok anda butuh mengemudi, anda bisa memesan saya di lobi. Saya akan membawa anda kemana pun tujuannya."
"Aku tidak butuh sopir cerewet sepertimu!"
"Huhhh!" War mencebik. Dengan kesal ia menghentakkan kakinya sebelum keluar ruangan, meninggalkan tuan muda Wong yang membosankan.
Setelah menutup pintu, Yin berjalan ke arah sofa, ia duduk lalu menuang segelas minuman yang tadi War bawa. Mengambil ponsel yang tergeletak di samping saat ada panggilan masuk.
[Yin, kau sudah tiba di sana tapi tidak memberi kabar.] Suara yang terdengar kesal saat ponsel baru saja dibuka.
"Bu, aku baru selesai mandi dan baru mau menelponmu, tapi kau mendahuluiku."
[Ibu sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaanmu.]
"Bu, aku hanya pergi ke Jepang menggantikan ayah. Apa yang begitu mengkhawatirkanmu?"
[Kau terlihat enggan saat akan berangkat.]
"Ibu takut aku mengacau?"
[Bukankah biasanya seperti itu nong?] Suara teriakan di samping ibunya yang berasal dari phi nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/235603809-288-k354925.jpg)