Banyak Rasa

11.9K 2.3K 165
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Budayakan tekan bintang sebelum membaca, karena jejak kalian penyemangat penulis.

.
.
.
.
.
.
.
.

Bengbeng coming 💜

.
.
.
.
.
.
.

Ponselnya berbunyi.

Pas diliat, ada nama Lianda terpampang.

"Woi! Jangan berisik!"

Bian yang lagi nongkrong sama temen-temennya, ngelipir ke tempat yang agak jauh dari keberisikan biar bisa ndengerin suara yang nelfon.

Dipilihnya tempat duduk dibawah pohon mangga, yang agak gelep karena penerangan lampu jalan nggak nyampe kesana. Bian duduk siap nerima telfon dari pujaan hatinya, sambil natep daun-daun pohon mangga yang berjatuhan kena angin malem.

"Halo?"

"Halo Bi."

"Lo kenapa?"

Bian yang ngedenger suara Lianda lagi nangis langsung was-was.

"Bi......." satu isakan kecil meluncur terlebih dahulu.

"Udah, nggak usah ditahan. Nangis aja dulu, kalau udah selesai baru cerita."

Lianda yang lagi duduk di balkon kamarnya, langsung aja numpahin semua tangisannya ke Bian yang lagi dia telfon.

Ngebuat Bian yang lagi natep terotoar, jadi nanar. Salah satu hal yang bisa ngebuat dia jadi sedih nggak menentu, yaitu ngeliat pujaan hatinya lagi bersedih.

Setelah nunggu Lianda sedikit plong abis nangis, dia mulai bisa ngomong.

"Bi....... S-sakit..... "

Lianda nangis tersedu-sedu sambil nyeritain sedikit demi sedikit kronologi kejadian dia bisa sampe dibentak sama Garda.

Sambil setia ndengerin, Bian narik napas panjang.

Senyum miris, tersimpul di bibirnya.

"Nggak papa, ada gue disini."

.
.
.
.
.
.
.

"Abang, malem-malem kok bakar sampah sih?"

"Nggak papa bun, sekalian bikin api unggun biar anget."

Bunda senyum simpul ke Siras yang lagi ngelemparin dedaunan kering ke api kecil yang dia buat di halaman belakang rumahnya.

"Nanti kalau mau tidur, ganti baju dulu ya. Bau asep pasti bajunya."

"Iya bundaku sayang."

"Yaudah, bunda masuk dulu ya."

Sepeninggalan bunda, Siras mulai ngorek-ngorekin api pake kayu panjang. Duduk bersimpuh di rerumputan tanahnya.

Biarin celanannya kotor, orang Salis juga yang nyuci.

Lagi asik main-main api, ponselnya geter pertanda ada yang kangen. Presepsinya aja sih.

Ternyata panggilan dari Garda, bukan dari yang maha kuasa.

Padahal, baru aja tadi jalan-jalan bareng. Eh, Garda udah main kangen aja.

Siras mesem-mesem.

"Halo?"

Ruwet [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang