Jihoon menyibak tirai jendela dan membuka kusen jendela lebar. Hawa dingin menusuk kulitnya meski sudah berbalut jaket. Sementara di luar sana langit masih gelap karena jam masih menunjukkan pukul 4.45 pagi.
Jihoon menghirup udara dalam-dalam hingga dadanya terasa penuh. Mata sayunya mengarah ke halaman samping rumah. Salju tampak menumpuk di atas rumput.
Jihoon mulai mengigil tak nyaman. Ia tahu ada yang salah dengan suhu badannya tapi dibandingkan kembali bergelung ke dalam selimut, pemandangan putih di luar lebih menarik baginya.
Selang beberapa menit Jihoon mulai menggosok-gosokkan kedua tangan karena hawa terasa makin menusuk. Bibirnya juga mulai bergetar dan memucat seperti wajahnya. Meski demikian entah kenapa Jihoon masih belum ingin beranjak. Pikirannya sedang menerawang jauh.
"Hoon."
Jihoon berbalik hanya untuk melihat Jeongwoo sedang setengah berbaring di kasur sambil mengucek sebelah matanya. Rambutnya acak-acakan sementara beberapa kancing piyamanya terbuka. Jeongwoo selalu punya kebiasaan tidur berantakan. Tubuhnya tidak bisa diam dalam posisi sama dan cenderung berputar-putar hingga membuat Jihoon sempat terdorong dan hampir jatuh dari kasur. Kadang juga kaki dan tangannya membuka lebar sehingga memaksa Jihoon merapat ke pinggir.
"Apa aku mendorongmu lagi ?"tanya Jeongwoo ragu-ragu.
Sebenarnya itulah alasannya bangun sepagi ini tapi sebelum Jihoon menjawab Jeongwoo sudah bereaksi.
"Ah...sudah kubilang kan harusnya kau tidur di kamar lain saja hoon," sesalnya.
Jihoon buru-buru menggeleng sebelum Jeongwoo merasa lebih tak enak hati,"Tidak, justru aku bingung tumben tidurmu semalam agak rapi."
Jeongwoo menatap Jihoon tak percaya sekaligus takjub,"Serius?"
Jihoon mengangguk mantap. Dalam hati ia menertawakan Jeongwoo yang tampak bangga dengan dirinya yang sudah berhasil mengurangi sikap tidurnya yang berantakan. Padahal faktanya semalam Jihoon sudah terdorong dua kali dan jatuh sekali dari kasur.
"Eh..."Tiba-tiba ekspresi senangnya memudar, ia menatap wajah Jihoon lebih lekat seperti baru menyadari sesuatu.
"Hoon, wajahmu pucat, kau sakit gara-gara kena salju semalam ya?"
Sejujurnya tenggorokan Jihoon sangat tak nyaman tapi ia memilih menggeleng,"Memang wajahku kalau pagi selalu seperti ini, setelah minum teh hangat juga sudah baikan."
"Kakimu juga bagaimana ? masih sakit ?"
"Sudah mendingan kok, untungnya lecetnya di lutut jadi tidak akan kelihatan."
"Sebenarnya kau semalam itu dari mana?"
Jeongwoo masih penasaran rupanya, tapi jika posisi mereka dibalik Jihoon juga tidak akan percaya penjelasannya semalam. Masalahnya Jihoon tidak menemukan alasan lain yang lebih masuk akal untuk dijadikan kambing hitam. Semua ini gara-gara hujan salju lebat dadakan semalam. Rencananya jadi kacau dan sekarang semua orang pasti penasaran dengan apa yang sudah ia lakukan.
"Sudah kubilang kan ada pengendara mabuk yang naik motor sembarangan waktu aku keluar dari minimarket."
"Sungguh?"
"Terserah kalau kau tak percaya," jawab Jihoon merajuk.
Jeongwoo menghela nafas kecil, "Kenapa melepas si pemabuk itu hoon? itu kejahatan. Untung kau tidak celaka,"gerutunya.
"Aku bukan Mark. Lagi pula aku baik-baik saja woo."
Sekali lagi Jeongwoo menghela nafas pelan, "Ya sudahlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE [The Death Of Shiroibara]
Fanfic[TREASURE] Tentang sekumpulan anak di klub pecinta film mistery ... - Jihoon si Director ... - Haruto sang asisten Director - Junghwan sang protector.... - Jeongwoo si social butterfly.... - Junkyu si ketua klub ... - Yedam si Kameramen... La...