Bab 11 : WELCOME TO SINGAPORE

0 0 0
                                    


Aku memberitahu kedua orangtuaku dan Ibu mertuaku mengenai rencana honeymoon kami, mereka bahagia mendengarnya dan berharap semoga mereka segera mendapatkan cucu dari kami berdua.Dikarenakan, aku anak pertama dan suamiku adalah anak tunggal. Gosh ..., lumayan berat harapannya, akan tetapi In Syaa Allah jika Allah berkehendak semuanya bisa terjadi.

Hari yang di sepakati telah datang, hari ini aku akan pergi mengunjungi suamiku. Di antar ke Airport Sukarno Hatta oleh orangtuaku, ibu mertua dan Gadis.

"Titip salam buat Andra ya Dara, Papa dan Mama selalu mendoakan yang terbaik buat kalian berdua," pesan papaku sambil memelukku.

"Bilang ke Andra segera kasih ibu cucu," ucap Ibu mertuaku

"Iya Pa, Ma, nanti Dara sampaikan salamnya ke Mas Andra , terimakasih doa-nya Pa, Ma."

"In Syaa Allah Bu ... doain ya Bu, semoga cepat terwujud aaminn."

"Mbak, jangan lupa oleh-olehnya ya," pinta adekku si Gadis.

"Sip, apa sih yang gak buat lo Dis," kataku sambil menjawil hidungnya.

"Ya sudah Ma,Pa, Ibu, Dara pergi dulu ya," ucapku sambil mencium punggung tangan mereka, serta memeluk mamaku terlebih dahulu.

"Dag Mbak Dara, baik-baik ya disana," ucap Gadis, aku mengacungkan jempol ke dia dan bergegas menuju tempat Boarding Pass.

Sebelum pesawat take-off aku sudah info ke suamiku sehingga dia bisa memprekdisi waktu kedatanganku.

Akhirnya, aku mendarat di Bandara Internasional Changi, setelah selesai urusan di imigrasi selanjutnya aku segera menuju ke meeting point kami. Dan memberi kabar melalui pesan chat ke papaku bahwa aku sudah sampai dengan selamat di Singapura.

Kulihat dari jauh dia sudah berdiri menantiku, aku pun tersenyum melihatnya, suamiku tahukah kamu aku begitu merindukanmu lebih daripada saat sebelum kita mengikat janji.

Kuhampiri dirinya dan kupeluk dengan erat, aku ingin dia tahu betapa rindunya diri ini dengannya sampai tak kusadari air mataku pun jatuh.

Suamiku melepaskan pelukanku, dia heran melihat aku menangis.

"Hei ,kenapa kamu menanggis? kamu sakit, Sayang?" Terlihat wajahnya khawatir.

Aku menggeleng, "gak Mas, hanya kangen sekali sama kamu."

Suamiku geleng-geleng kepala. "Duh gak nyangka istirku ini gampang sekali mengeluarkan airmata,segitunya kamu kangen sama aku ya," gelaknya dan tangannya usil menjawil pipiku.

"Tapi aku memang pantas sih di kangenin, selain ganteng, aku juga pria idaman wanita," selorohnya masih dengan sisa-sisa gelak tawanya mengodaku.

"Ish ge-er an banget sih jadi laki-laki!" ucapku sebal. Kucubit pinggangnya gemas. Suamiku berkelit menghindari cubitanku sambil tertawa-tawa menggodaku.

"Ya sudah yuk, kamu mau langsung jalan-jalan atau mau ke apartemen dulu?"

"Langsung jalan-jalan aja Mas, udah lama juga aku gak kesini, terakhir kesini udah hampir satu tahun yang lalu saat ketemuan dengan Rio dan Jasmine. Ini, bawaanku gak banyak juga, nih Cuma pake ransel," ujarku sembari menyodorkan ranselku untuk di bawa olehnya.

"Cuma segini kamu bawa pakaian?" tanyanya dengan mimik muka herang seraya mengambil ransel dari tanganku.

"Iya, aku mau beli di sini aja kalo kurang, masa kamu gak mau beliin istrinya pakaian," rajukku sambil memanyunkan bibirku.

"Ya ampun, baiklah, apa sih yang ga buat istriku tercinta," jawab suamiku sambil tersenyum simpul. Tiba-tiba "cup" dia mencium bibirku kelakuannya sukses membuat pipiku merona merah karena saat itu kami masih berada di Airport. Suamiku terkekeh melihat pipiku merona merah seperti itu, diraihnya tanganku.

"Mau kemana dulu jalan-jalannya, Sayang?" tanya suamiku sambil menatapku penuh tanya.

"Cari makan aku lapar," jawabku cepat sambil melihat suamiku dengan pandangan memelas kelaparan.

"Hahaha, ternyata ada yang laper ya udah yuk, kita makan," ajaknya sembari mengandeng tanganku.

"Oh, ya, Mas, ada salam dari Papa dan Mama juga Ibu katanya Mas harus baik-baik sama aku di sini biar mereka bisa cepat dapet cucu," bisikku pelan karena ada perasaan malu mengatakan pesan dari mereka.

"Waalaikumussalam ..., wah itu mah memang rencana kita bukan? Mangkaya, kamu di sini sekarang," goda Mas Andra sambil menjawil pipiku lagi. Aku enggak tau apakah wajahku memerah,yang aku tahu pipiku memanas aku menunduk malu.

Sepanjang jalan tangan Mas Andra enggak pernah lepas dari tanganku, ranselku sudah di ambil alih olehnya. Menyusuri jalan aku bernostalgia aku pernah menyusuri jalan ini bersama Jasmine dan Rio. Banyak kenangan di kota ini antara aku, Jasmine dan Rio. Sayang sekarang tidak ada Jasmine, tadinya dia mau ikut sekalian ketemu Rio namun, masih terganjal pekerjaannya yang menumpuk.

Sesampainya di kedai makan, aku memesan Nasi Briyani dengan topping daging domba dan minuman es teh Tarik sedangkan Mas Andra memesan Roti canne topping daging domba dan es sirup lecy. Di sela-sela kami menyantap makanan aku bertanya kepada suamiku, "Mas, boleh gak kita kasih tau ke Rio, kalau aku berada di sini? sudah lama juga aku tidak ketemu dia sejak acara pernikahan kita."

Suamiku menatapku. "Boleh saja, tapi inget ya kalau mau bertemu dengan dia harus ada aku," tegasnya. Aku sumringah. "Pastilah lah Mas,aku kan istrimu, masa gak ajak kamu atau kamu cemburu ya sama Rio? " godaku dengan senyum tersimpul di bibirku.

"Iya, aku cemburu sama Rio, pandangan matanya beda ke kamu," jelas suamiku dengan ada intonasi tekanan suara pada kata cemburu.

Aku tertegun sejenak, "Apakah Mas Andra cemburu pada Rio?" Namun, kutepis pikiran seperti itu, lalu kuberucap, "Ya sudah kalau begitu aku gak usah ketemuan dengan Rio ajalah, aku menghormati kamu Mas" tukasku walaupun ada perasaah sedih.

"Gak papa,Sayang kamu boleh ketemuan dengan Rio, asal aku ikut," jawabnya sambil tersenyum dan mengusap kepalaku. Aku pun tersenyum. "Terimakasih Mas."

Hari itu kami habiskan jalan-jalan sebelum akhirnya malam menjelang dan kita menuju apartemen Mas Andra di daerah Little India dengan menggunakan transportasi umum MRT.

Cinta Sederhana (Dara dan Andra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang