Bagian 9

8 1 0
                                    

      "Baikah! Sekarang kamu makan lagi gih! Inget, kalau mau jalan harus...?"

      "Hati-hati! Tengok kanan, tengok kiri!" Sautnya.

Aku memberinya ibu jari tanganku.
Dan membiarkannnya pergi menuju tempat di mana ibu dan kakak-kakaknya sedang makan.











Senyum ku masih tetap ada, tapi itu tak bertahan lama saat tiba-tiba ada kilatan cahaya mengenai retinaku.

Apa itu? Kamera?
Ada yang memfotoku?!

Aku mengedarkan pandanganku dan...itu dia!

Wajahku langsung berubah drastis menjadi datar.
Aku menghampiri dua orang di sebrang sana.

Ku lihat yang memegang kamera seorang pria dengan kaca mata bertengger di hidungnya dan seorang wanita bisa kutebak dia juru bicaranya.

Tap.

Aku berhenti tepat berjarak satu langkah di depan mereka.

      "Apa yang kau dan temanmu lakukan, hm?"

Aku menatap mereka tajam dan sedikit nyalang.
Sungguh, aku tidak suka hal seperti ini.

     "Apalagi? Memotret mu, si Ratu baik hati yang menolong rakyatnya yang menderita, bukankah itu bisa membuat karya terbaru mu makin melejit?" ucap si cowo berkacamata itu.

Aku mendengus menahan kesal.

     "Tanpa artikel mu itu karya ku sudah pasti laris di pasaran. Jadi, kalian tak usah bersusah payah."

     "Dan satu lagi, jangan sebut aku ratu."

Tanpa ku sangka, cowo itu justru mendekat ke arahku dan memperpendek jarak kita.

Tapi, karena gengsi ku yang setinggi langit, aku tak melangkah mundur dan tetap di posisi awalku. Tak lupa aku sedikit menaikkan daguku.

     "Benar kata anak kecil itu. Bahkan tanpa mahkota pun, kau pantas menjadi seorang ratu."

Mataku membulat mendengar hal itu. Satu hal yang paling aku benci.

Menjadi ratu. Kalian tahu? Aku tidak sebaik yang kalian nilai.


      "Kau bodoh?! Ku tegaskan. I'm not a queen"














-The end-
🌙🌙🌙

🎉 Kamu telah selesai membaca Nightmare Story :IM NOT A QUEEN: (LENGKAP) 🎉
Nightmare Story :IM NOT A QUEEN: (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang