T H E . 4TH . O F . F A I R Y

436 77 3
                                    

Hae In selalu tersenyum manis menatap wanita yang tengah makan dihadapannya, dia menyukai bagaimana cara makan Ji Soo saat ini. Menikmati makanan tanpa ragu dan mengomentarinya dengan sesuai, sepertinya sekarang Ji Soo benar-benar sudah pandai memasak. 

Padahal, saat mereka di Jerman, jangankan memasak memegang piring saja dia dengan mudah memecahkannya. Ji Soo-nya kini telah berubah dan dia memujinya, perubahan yang tidak mudah untuk Ji Soo lakukan.

"Kenapa Oppa tidak makan?" tanya Ji Soo sambil menatap makanan yang Hae In baru habiskan sepertiga porsi, berbeda dengan dirinya yang sudah menyantap habis lebih dari separuh porsi makan malamnya.

"Kamu menyukai makan disini?" tanya Hae In dengan kembali melanjutkan makannya.

Ji Soo mengangguk, "Ne, suasananya keren. Oppa, ddaebakkina."

Hae In tertawa kecil, Ji Soo-nya kini lebih terbuka. Tanpa ragu dia selalu mengutarakan apa yang dia pikirkan dengan cepat. Seperti malam ini, awalnya dia ragu untuk mengajak makan malam selesai shooting. Hanya karena Ji Soo berkata jika dia lapar, tanpa berpikir dia langsung mengajak Ji Soo dan hasilnya kini mereka makan pada jam 12 menjelang tengah malam.

Sebagian besar wanita pasti menghindari makan tengah malam seperti ini, tapi Ji Soo sepertinya masuk ke dalam kategori wanita tidak perduli. Baginya jika berani makan malam dengan karbohidrat, maka harus berani juga untuk mengeluarkan kalori-nya. Dan dia sangat menyukai olahraga, bahkan beberapa kali mereka bisa berolahraga bersama.

"Hugos Restaurant have a best view in my opinion, they have very good taste too. Kamu pasti akan sangat menyukainya."

"Hugos? Where it is?"

"Berlin."

"Really? How about that taste?"

Dengan semangat Hae In menceritakan detail restaurant disana, mulai dari suasana sampai rasa setiap menu. Hae In memang selalu merekomendasikan tempat itu dari kedua orang tuanya, dan ketika dia tinggal untuk sekolah disana dia hampir tidak pernah tidak makan di tempat itu setiap bulan atau ketika keluarganya sedang berkunjung.

"...kamu sudah kenal Ji Won bukan? Dia dan suaminya bahkan pernah meninggalkanku begitu saja dengan tagihan makanan yang tidak sedikit disaat aku masih berstatus mahasiswa semester pertama." 

Hae In bercerita bagaimana ia dikunjungi oleh Ji Won dan Seo Joon, saat itu dia sangat senang karena dikunjungi oleh adik kesayangannya namun dia lupa jika Seo Joon ikut. Jika mereka berdua disatukan maka yang pasti akan tersingkir adalah dirinya, kedua makhluk itu memiliki tenaga dan jiwa yang hampir 80% mirip yang dia sebagai kakak Ji Won tidak mampu mengikuti kemana mereka pergi.

Ji Soo tertawa sangat geli, membayangkan bagaimana wajah Hae In yang kesal pada saat itu. Hae In terus bercerita hingga mereka selesai makan, dia senang melihat wajah Ji Soo yang selalu tertawa atau tersenyum bangga kepadanya. 

Oh my God, I want her!

"Soo-ya."

"Hmm?"

"Kenapa namamu Jun Ji Soo?"

Ji Soo terdiam beberapa saat, menimbang apakah dia harus menceritakan semuanya. Jika itu terjadi, kemungkinan besar dia akan kehilangan kebersamaan dengan lelaki ini. Lelaki yang selalu membuat kinerja jantungnya bermasalah sejak jantung itu mulai berjalan normal. Sekilas dia mengingat pertemuan pertama kali dengan Hae In, tanpa disadari pria itu Ji Soo pernah memperhatikannya ketika di rumah sakit tempat dimana dia pernah dirawat. 

Jantungnya selalu bermasalah ketika melihat senyum pria itu, dalam hatinya sesungguhnya dia ingin membenci Hae In. Karena pria itu telah melukai orang yang dia sayangi, tapi semua berubah sejak mereka bertemu kembali dalam proyek kerjasama antara dirinya dengan perusahaan Hae In. 

#3 Taking Over MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang