0.5

477 67 1
                                    







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tahun berganti dengan cepat

Kupikir kita seutuhnya tamat

Kuakui pada mereka hal-hal yang sempat menjerat

Agar semuanya bisa berakhir di tempat

Cukuplah waktu sebagai obat




Rupanya semesta tidak sependapat

Kau kembali di suatu malam yang pekat

Aku cukup terperanjat

Tapi akalku memilih untuk kembali terlibat

Bahkan ketika dalihmu hanya untuk ungkapanku yang sangat acak

Tahu-tahu kita sudah berakhir di ruang privat




Kusadari kita membentuk suatu pola

Aku yang memulainya di ruang terbuka, dan kau akan membawanya ke ruang berdua

Selalu seperti itu sejak dulu kala

Bersama dengan ketidakramahan yang mengakrabkan

Seperti itulah kita




Aku tahu dengan jelas bahwa kau masih utuh

Tapi tidak kutampik bahagia yang ada pasal aku masih bagian dari memorimu

Aku tidak meletakkan walau setitik asa

Aku tidak mengadakan walau sepercik harap

Kembali seperti sedia kala, tanpa ada intensi apa-apa

Hanya suka cita atas kembalinya teman lama




Kupikir, begitu

Aku bahkan tidak keberatan tiap kali yang kau bahas adalah separuhmu

Tanggapanku sama antusiasnya saat kita membicarakan topik lainnya

Aku sudah sangat berterima kasih untuk pedulimu atas masalahku

Aku sudah sangat berterima kasih atas lega dari kebenaran tak terungkap yang kau tumpahkan padaku

Rasanya semua kembali seperti dulu

Dan aku bersyukur untuk itu




Tapi rupanya, aku keliru

Kikisan tak kasat mata mulai tampak dampaknya

Lelah perlahan-lahan mulai menyapa

Helaan napas jadi lebih berat dari biasanya

Lalu tanpa sepengetahuanmu, saat kau menunjukkan sesuatu yang berharga untukmu, retak akhirnya menjalar ke berbagai arah

Waktuku berhenti seketika

Pikirku jadi pengang dan lengang di saat yang sama

Tanpa sadarmu, dan tanpa izinku,

Aku akhirnya patah untuk pertama kalinya












Surat untuk LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang