Penerimaan adalah kunci kesembuhan
Sebelum mau mengaku, langkah tak akan beranjak ke mana-mana
Sebelum jujur pada diri sendiri, waktu akan terus terhenti
Maka kudekap semuanya erat-erat
Kuterima semuanya sebagai hal yang manusiawi
Semuanya agar aku bisa utuh kembali
Maka setelah menghabiskan lebih dari 80.000 detik bersama sendu, akhirnya kutemukan diriku yang baru
Mungkin karena itu aku bisa menghadapimu lagi
Mungkin karena itu aku tidak keberatan kau tanyai
Mungkin karena itu aku tidak keberatan kau kuliti
Hampir semua tanyamu kujawab
Hampir semua detailku kuungkap
Ya, hampir semua
Satu-satunya yang tidak kuberi tahu adalah orangnya
Satu-satunya yang tidak kau ketahui adalah orangnya
Konversasi terus berlanjut, tanpa kau sadari kita sedang membicarakan dirimu sendiri
Ingat tidak, saat kau kerap mengatakan bahwa aku harus menyampaikannya?
Kita berasumsi bahwa "dia" tidak tahu
Kau menerima tuturku bahwa "dia" tidak peka
Lalu kau bilang, perasaan tidak akan sampai kalau tidak disampaikan
Kau bilang, aku harus berterus terang
Ide yang tentu kutolak mentah-mentah karena terlalu memalukan
Selain itu, aku tidak punya harapan karena "dia" tidak sendirian
Atau kalaupun "dia" sendirian, perasaanku tetap tidak akan terbalaskan
Kau kembali sangsi, mengatakan bahwa masih ada kemungkinan jika saja aku punya sedikit keberanian
Benar-benar lucu sekali
Entah siapa yang bodoh saat itu
Aku, kau, atau kita
Kau masih belum menyerah
Entah ide darimana, kau memintaku mengatakan semuanya padamu
Kau memintaku menyampaikan perasaanku padamu
Kau memintaku menyampaikan pemikiranku padamu
Entah untuk apa semua itu
Dengan asumsi bahwa subjeknya adalah orang lain, apa yang akan sampai jika hanya kukatakan padamu?
Kau benar-benar aneh, Ara
Kala itu, tidak ada euforia
Yang ada hanya histeria
Kau benar-benar tahu bagaimana membuatku rusuh
Kau benar-benar tahu cara mengacaukanku
Tapi sampai akhir pun, aku tidak mengatakannya
Bahkan ketika kesempatan itu ada, bahkan ketika kesempatan itu terpampang nyata di depan mata, bahkan ketika kau sendiri yang memberikannya, aku tetap tidak mengatakannya
Kalau ditanya kenapa, jawabannya karena pikiranku masih tidak berubah, bahwa tidak akan ada gunanya
Kami lengkara
"Kita" lengkara
Dan aku tidak mau memberatkanmu dengan perasaan yang ku punya
Detik kembali berdetak
Kita berhenti membicarakannya
Berganti pada topik yang jauh berbeda
Kau hadir dengan kebiasaan yang tidak ada obatnya
Tingkat kepercayaan diri setinggi angkasa
Aku tahu kau hanya usil kala itu
Mengatakan bahwa aku bisa saja menaruh hati padamu
Jenaka yang amat tersurat
Bahkan kau akhiri dengan gelak
Tidak saja kau ketahui bahwa itu benar adanya
Maka kala itu, kucoba untuk sedikit lebih berani dari biasanya
Tidak kubalas dengan sangkal seperti biasanya
Aku berterus terang
Meski mungkin bagimu tidak cukup terang
Maka kubiarkan tanyamu mengambang
Agar setidaknya kau bisa tertidur tenang
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk Lengkara
Short StorySeperti namamu, kau adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan Juli, 2020