One

3.8K 377 6
                                    

Canggung. Suasana rumah baru yang Taehyung tempati penuh dengan kecanggungan. Dia kelelahan. Semalam bahkan dia tidak tidur. Energinya habis dia gunakan untuk berpikir. Sarapan yang biasanya selalu bisa tambah energi Taehyung-pun tak ada gunanya saat ini. Jeon Jeongguk. Pria itu duduk di kursinya. Nikmati secangkir kopi dan selembar roti panggang.

Terlihat baik-baik saja. Dingin dan datar, seperti biasanya. Sungguh berbeda dengan penampilan Taehyung. Dia biasanya memang bangun dengan lelah; akibat dari tugas sekolah yang menumpuk dan juga kebiasaan bergadang-nya. Keadaannya akan membaik setelah sarapan; Merengek pada bunda dan mengganggu kakaknya. Tapi sekarang. Taehyung bahkan tidak dapat lakukan sesuatunya dengan benar.

Awal mula perkara mereka adalah Kim Taeri. Atau keluarga mereka? Taehyung tidak tahu pasti. Akan tetapi keadaan yang sekarang sedang dia jalani buat dia sakit kepala. Sekeras apapun Taehyung berpikir; walaupun selama ini dia hampir tidak pernah pikirkan masalah dengan serius. Dia tidak bisa temukan solusi.

Bunda yang selalu selesaikan masalahnya. Dia manja. Taehyung mengakui. Inginnya, dia diskusikan dengan Jeongguk. Menanyakan pria itu perihal masalah yang sedang mereka hadapi. Iya. Pernikahan yang mereka lakukan kemarin adalah masalah bagi Taehyung.

Dia baru 18 tahun. Masa remaja masih menunggunya di depan sana untuk bisa dia lalui. Pernikahan usia muda tidak pernah dia inginkan. Terlebih, yang dinikahinya adalah pemuda. Pria. Sama seperti dirinya. Taehyung tidak pernah bayangkan hidupnya akan berakhir seperti ini.

"Aku akan pergi ke kantor siang nanti. Ada hal yang harus aku tangani sendiri." Tersentak.

Taehyung bahkan tidak sadar sudah berapa lama dia melamun. Sarapannya masih lengkap. Minus susu vanila yang tinggal setengah; dia lebih suka rasa strowberry. Jeongguk sudah pergi dari hadapannya sesaat setelah dia berucap. Diskusi yang dia harapkan tidak berjalan dengan baik. Bahkan dia belum memulainya.

Sifat Jeongguk memang dingin dan datar. Tapi satu hal yang dia sukai dari Jeon Jeongguk. Pria itu terlihat sopan. Pernah. Di pertemuan pertama mereka; pertemuan antar keluarga. Ponsel Jeongguk tak hentinya berdering. Saat itu, Taehyung pikir pemuda itu akan tinggalkan acara setelah dia berbincang dengan lawan bicara pada ponselnya. Tapi tidak. Jeongguk kembali duduk pada tempatnya. Walau mereka bertiga sibuk dengan urusan masing-masing.

Sore menuju malam. Taehyung sedang duduk di taman belakang rumah. Ponsel berada ditangan. Tuju panggilan pada bunda, meski panggilannya selalu dialihkan pada nada tunggu. Siang tadi. Taehyung sudah mengadu pada bunda. Tapi bunda jawab dengan jawaban yang Taehyung tidak inginkan.

Jadi satu-satunya harapan Taehyung hanya Jeon Jeongguk. Pria itu, mungkin juga punya pemikiran yang sama dengannya. Well, siapa yang ingin habiskan sisa hidupnya dengan seorang pria. Ada imajer lampu menyala pada kepala Taehyung. Senyum simpul. Akhirnya dia bisa temukan solusi.

Pukul 9 malam. Bukan apa-apa bagi Taehyung. Dia terbiasa tidur malam. Menahan kantuk sudah kerjaan- nya setiap malam. Tapi yang jadi masalah adalah menunggu. Taehyung tidak suka menunggu. Jeongguk yang tak kunjung pulang buat Taehyung tambah merasa tertekan. Lebih cepat lebih baik. Dia ingin sesegera mungkin berbicara dengan Jeongguk.

Langkah kaki ambil atensi Taehyung yang sebelumnya fokus pada ponsel. Tampilan Jeongguk yang sedikit kacau. Wajahnya lelah. Tapi tak sekalipun buat Taehyung urungkan niat. Dekati Jeongguk. Taehyung hadang Jeongguk yang akan tuju kamarnya; tentu kamar mereka berbeda.

"Aku... Hm.. bagaimana mengatakannya? Begini. Kakak tahu... Uh.. yaa."

"Bicara dengan jelas. Saya tidak akan tahu apa yang kamu inginkan jika kamu masih berbicara dengan tidak jelas."

Datar. Ada jeda panjang setelah Jeongguk tegur cara Taehyung berbicara. Bukan salahnya. Salahkan aura Jeongguk yang buat Taehyung gemetar. Tiga atau dua kali pertemuan? Mereka tidak saling bicara. Sifat Jeongguk yang dingin buat Taehyung sulit untuk memulai obrolan. Hingga waktu temu mereka hanya habis dengan hening yang menggumpal.

"Tidak ingin bicara? Saya akan ke kamar sekarang."

"Tunggu!"

Seperti yang diinginkan Taehyung. Jeongguk beri dia space untuk berpikir. Sementara dia bersihkan tubuhnya. Taehyung menunggu di bawah. Dekat perapian. Mereka janjikan bicara setelahnya.

_

_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Offer To | KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang