Six

2.8K 361 9
                                    



Bunda yang sambut mereka saat sampai di rumah keluarga Kim. Taehyung masih enggan bicara pada Jeongguk. Hukuman. Anggap dia sedang merajuk. Dia bahkan sudah sembunyikan dengan susah payah pernikahan mereka dari Jimin. Tapi, Jeon Jeongguk ini. Kacaukan semuanya. Upaya Taehyung tahan diri untuk tidak mengeluh pada Jimin seharian menjadi sia-sia.

Jeongguk di sampingnya sedang berbincang dengan bunda. Sedikit aneh bagi Taehyung. Karena, bukankah seharusnya Jeongguk tidak bersifat biasa bersama bunda? Atau sebaliknya. Setidaknya mereka akan saling terdiam dengan wajah tidak nyaman.

“Taeby mau kemana?”

“Ke kamar?”

Taehyung hentikan langkahnya pada ruang tengah; ruang keluarga. Jeongguk sudah terlihat nyaman pada sofa dengan bungkusan makanan yang berada ditangannya. Tunggu.. itu cemilannya. Snacks yang selalu dia simpan di dalam laci pada buffet tv.

Jeongguk tersenyum di tempatnya. Goda Taehyung menjadi hiburan tersendiri baginya. Tadi saat mereka di mobil. Setalah Taehyung tarik dia sebelum dia sempat jelaskan pada pemuda yang kenakan baju sama seperti Taehyung; mungkin teman dekat Taehyung. Jeongguk akan tanyakan hal ini pada Taehyung setelah keadaan mereka membaik.

“Bunda...”

“Kemari. Bunda perlu bicara dengan kalian berdua.”

Memilih untuk menurut. Taehyung nyamankan diri pada sofa tunggal dekat tempat bundanya duduk. Dipandangi Jeongguk dengan kesal. Dua kali. Hari ini pria itu sudah buat Taehyung kesal dua kali. Dia bahkan sisakan uang jajan seminggunya untuk beli cemilan yang akan temani dia bersantai atau pun bertugas. Selama ini tidak ada yang boleh sentuh snacknya; kecuali Kim Taeri yang punya perangai buruk terhadap dirinya. Bunda bahkan tidak mau sentuh cemilannya karena dia akan berada dalam mood buruk setelahnya.

“Dengarkan bunda.”

Suara bundanya buat Taehyung fokuskan diri pada pembicaraan yang akan disampaikan. Hilangkan tatapan kesal pada kedua netranya. Taehyung masih bisa perbaiki mood-nya untuk ini. Karena setelahnya dia akan tinggal di sini. Di rumahnya. Pikiran itu bantu cerahkan suasana hatinya yang kelam. Tegakkan tubuh. Taehyung mendengar bunda dengan sepenuh hati. Sedangkan Jeongguk, dengarkan apa yang akan bunda Kim bicarakan dengan jantung yang berdetak kencang.

“Kami; bunda dan ayah. Sudah temukan dimana kakakmu Taeri.”

Kabar bangus. Taehyung sematkan senyum lega pada bibirnya. Taeri kembali. Gadis yang seharusnya menikah sudah ditemukan dan pastinya Taehyung tak perlu pikirkan kelanjutan pernikahannya dengan Jeon Jeongguk. Itu sudah jelas. Taeri yang akan selesaikan semuanya.

“Dia bersama pamanmu. Di rumah mereka. Tapi Taeri tidak bisa kembali. Dia juga sudah menikah. Dengan pacarnya. Tanpa sepengetahuan kami. Jadi Taehyung sayang... Bunda harap kamu bisa terima pernikahan yang sudah kalian laksanakan.”

“Jeongguk. Dia anak yang baik. Bunda yakin. Kalian, kamu tidak akan sulit untuk saling mengerti. Bagaimana menurutmu?”

Taehyung tidak pernah bayangkan hidupnya yang terlampau biasa akan terima keadaan yang membingungkan seperti ini. Bagaimana mengatakannya? Di satu sisi, dia begitu ingin memaki Kim Taeri yang selalu buat hari damainya berantakan. Tapi di sisi lainnya, dia sangat khawatirkan kakaknya yang sekarang sudah menjadi milik seseorang yang dia bahkan tidak pernah tahu. Sebagai seorang adik dia merasa khawatir luar biasa. Dan sebagai seorang adik juga. Dia merasa putus asa.

Pernikahan ini. Taehyung terlalu kecil untuk bisa putuskan. Dia masih labil untuk ambil keputusan. Saat matanya temukan netra gelap milik Jeon Jeongguk. Dia tidak bisa tahan untuk tidak menangis. Perasaan yang kini dirasakannya terlalu acak. Marah. Sedih. Khawatir. Dan takut. Taehyung tidak tahu dia harus berbuat apa. Karena itu. Taehyung ambil langkah menuju kamarnya. Tinggalkan Jeongguk dan bunda yang tatap dia dengan pandangan yang berbeda.

Jeongguk yang berdiri duluan. Katakan pada bunda biar dia yang hampiri Taehyung.  Mereka perlu pendekatan yang tepat agar bisa jalani semua ini. Mungkin, mereka perlu untuk saling berbincang dengan jujur. Lagipun, sebelum pernikahan itu terjadi. Jeongguk dan Taehyung pernah habiskan waktu berdua; meski diam yang mengisi waktu. Bunda baru beri izin setelah dia berpikir sejenak.

Pintu kamar Taehyung berada dilantai dua. Tepat diujung dekat dengan jendela. Rumah keluarga Kim bisa dibilang cukup besar; walaupun pada dasarnya mereka bisa beli rumah yang mungkin lebih besar dari ini. Tapi, ayah Kim yang bercerita padanya. Bunda jatuh cinta dengan rumah ini saat dia mengandung Taehyung. Ketukan pintu sebelum dia melangkah masuk pada kamar Taehyung. Dia pernah ke sini. Taehyung meringkuk dalam selimut di atas ranjangnya. Terlihat seperti gumpalan selimut jika saja rambutnya tidak menyembul.

“Hai... Taehyung. Kamu tahu. Mungkin benar pernikahan ini bukan kita yang inginkan. Alasan di baliknya juga sedikit... well, kamu tahu. Tapi, membahagiakan orang tua dengan permintaan mereka. Mungkin, tidak seburuk yang terlihat.”

Pendekatan yang benar apanya. Jeongguk bahkan tidak tahu apa yang baru saja dia ucapkan. Entah, rasanya dia sedang berada di dalam ruang ujian. Gugup luar biasa. Mungkin akan lebih baik jika Taehyung juga berikan perhatian padanya. Itu akan sedikit membantu. Mungkin.

“Apa kakak juga inginkan hal seperti yang bunda bilang?”

“Ya. Cocok atau tidaknya. Kita bisa saling membiasakan diri.”

Di balik selimut Taehyung tercekat. Tidak tahu harus berkata apa saat Jeongguk berikan dia jawaban seperti itu. Tapi jawaban Jeongguk tak langsung buat Taehyung dihampiri rasa tenang. Pikirannya masih kacau. Bayangan-bayangan drama yang dia tonton tanpa sengaja terputar dalam otak kecilnya. “Bagaimana jika kakak temukan orang yang kakak sukai. Ini pasti akan lebih rumit lagi.”

Tawa Jeongguk ganggu Taehyung yang sedang berpikir. Ditariknya selimut yang tutupi tubuh Taehyung oleh Jeongguk. Tatap pria yang lebih muda darinya dengan geli. Sedangkan Taehyung belum sadar akan pikirannya yang dia ucapkan secara nyata. Tangannya terlilit selimut hingga dia sulit untuk pindahkan tubuhnya yang terlampau dekat dengan Jeongguk.

“Kamu hanya harus buat saya sukai kamu. Mungkin cerita-nya akan berbeda setelah itu.”

“Hah?”

Tawa Jeongguk masih tersisa. Netra pria itu berbinar dengan pandangan geli menatap pada Taehyung. Tanpa sadar, Kim Taehyung sukai bagaimana gigi kelinci yang mengintip disela-sela tawa Jeongguk. Dari pada pria dingin; sekarang, Jeon Jeongguk tampak seperti pria ramah dengan tampilan berbeda.

“Bagaimana...”

Sekarang giliran Jeongguk yang tercekat. Sadar akan kondisi mereka yang terlalu dekat dan wajah Taehyung buat dia lupa diri. Jika Taehyung tak segera sadar.  Munkin, Jeongguk akan buat keadaan mereka bertambah rumit.

“Saling menerima.”

“Apa itu mungkin.”

“Tentu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia.”

Taehyung akan jalani hidupnya sebagai seorang suami saat umurnya baru 18 tahun. Dia akan miliki harta yang banyak. Namun, tidak dengan istri yang cantik. Taehyung perlu beradaptasi untuk ini.

Offer To | KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang