Kedua kaki dan tangannya masih mengayun mengikuti irama musik yang terus mengalun secara berulang-ulang entah sejak kapan, Sea pun tidak tahu dengan pasti.Selama beberapa jam ini dia hanya terus menari dan menari sesuai dengan gerakan ballet yang dilakukan oleh tokoh seorang Odette dalam pertunjukkan Swan Lake.
Disaat semua anggota team menarinya telah pulang karena sudah sedari sore memang waktu berlatih mereka usai, Sea masih bertekad untuk tetap berlatih sendirian, dia baik-baik saja, dia sudah terbiasa dengan hal ini.
"Anastasia, mungkin yang lain tidak menyadari hal ini, tapi aku tahu kau kelihatan tidak fokus menari hari ini."
"Ada apa denganmu?"
Pelatihnya bertanya kepadanya ketika jeda waktu istirahat sebelum melanjutkan latihan kembali.
"Maafkan aku, ini mungkin sangat tidak profesional, tapi aku sepertinya sedikit lelah." Jawab Sea dengan perasaan tidak enak hati yang amat besar.
Pelatihnya menghela nafas pelan "Baiklah, aku bisa mengerti, aku tahu sejauh ini kau sudah sangat bekerja keras dibanding yang lain untuk berlatih memerankan tokoh utama."
Diam-diam Sea merasakan kelegaan yang luar biasa karena wanita yang telah menjadi pelatihnya sejak awal dia tergabung dalam Classica itu selalu dapat memahami dirinya dan juga memercayainya. Pelatihnya adalah salah satu orang yang sesungguhnya sangat Sea kagumi didalam hidupnya setelah kakaknya.
"Jika alasanmu adalah kelelahan, aku bisa memberikan waktu untukmu beristirahat, tapi jika kau tidak fokus karena hal lain, seperti kau ada masalah atau semacamnya, kau bisa menceritakannya padaku."
"Aku tidak mau jika ketidakfokusanmu akan terulang di latihan-latihan selanjutnya."
"Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Sea mengatakan dengan pasti "Terimakasih banyak pelatih." Ucapnya kemudian seraya tersenyum tulus.
Sea jatuh terduduk, keseimbangan kedua kakinya hilang dan tubuhnya mulai tak bertenaga karena diforsir terus menerus sehingga ia tergelincir saat melakukan salah satu gerakan ballet yang sulit.
Nafasnya terengah-engah dan detak jantungnya memburu, tak dia hiraukan jari-jari kedua kakinya yang terasa sangat perih. Kedua telapak tangannya mengepal, di dalam hatinya dia merutuki dirinya sendiri, dia tidak seharusnya menjadi sepayah ini. Dia tidak boleh mengalami kegagalan dalam tariannya, tidak sedikitpun. Dia menginginkan kesempurnaan.
Sea sudah berjanji kepada seseorang bahwa dirinya akan berhasil menjadi seorang Prima Ballerina yang berprestasi, yang dipandang penuh kekaguman oleh setiap orang yang melihat tariannya.
Terdapat ketakutan besar dalam dadanya jika dia sampai menunjukkan cela dalam dirinya, karena cela hanya akan membuat dirinya terperosok kedalam lubang sehingga dirinya tak mampu menjangkau lagi ketinggian.
Bagaimanapun Sea tidak bisa meninggalkan Ballet, dia tidak akan pernah bisa keluar dari dunia yang selama ini telah memberikannya secercah harapan, harapan yang membuatnya terasa hidup, seolah dia dapat menghirup udara dengan benar.
Disaat Sea bangkit dan hendak memulai kembali latihannya, dering handphone miliknya berbunyi, menandakan adanya panggilan dari seseorang.
Sea menghela nafas, sebenarnya sudah beberapa kali handphonenya berbunyi, namun karena terlalu fokus dia lebih memilih untuk mengabaikannya, namun sepertinya dia sudah keterlaluan dan kali ini dia perlu mengangkatnya.
Sea segera mengambil slingbagnya yang disandarkan pada salah satu sudut ruangan lalu bergegas mengeluarkan handphonenya dan mengangkat panggilan yang sudah dia duga berasal dari pelayan pribadinya, Fina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romantizm"Aku hanya ingin..." Dia tersenyum miris "Dia melihatku sekali saja sebagai seorang wanita." Lanjutnya lirih dengan airmata yang mengalir di kedua belah pipinya. *** Kisah Anastasia seorang ballerina yang hidup dalam kesepian dan takdir yang mempert...