Labirin (2)

8 5 0
                                    

Sea melangkahkan kedua kakinya menuju kedalam rumah dan bersamaan dengan itu pintu tertutup.

Kini Sea sudah berada diruangan pertama rumah yaitu ruang tamu, disalah satu kursi berkayu jati, Sea dapat melihat sosok seseorang yang duduk disana dengan tenang sambil menyesap minuman digelasnya.

"Kakak?" Sea membuka suaranya, memecahkan suasana hening yang menyelimuti.

Pria dengan setelan jas hitam itu meletakkan gelas minumannya keatas meja dengan anggun.

"Kau sudah sampai rupanya." Katanya kemudian setelah melihat Sea yang berdiri tak jauh didepannya.

"Duduklah." Pintanya yang tanpa berfikir segera Sea turuti.

Sea duduk dikursi yang posisinya berhadapan dengan sang kakak. Sudah sangat lama sekali Sea tidak bertemu dengan kakaknya itu, bahkan Sea pun tak tahu kapan terakhir kali mereka bertemu.

Baik Sea maupun kakaknya tak pernah menjalin komunikasi dikarenakan bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, ah tidak, meski dalam satu rumah pun keduanya tak pernah dekat, itulah kenyataannya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya kakaknya itu setelah hampir satu menit mereka lalui dengan diam.

"Aku baik." Jawab Sea "Bagaimana dengan kakak?" Sea membalikkan pertanyaan.

Kakaknya tersenyum tipis "Seperti yang kau lihat, aku baik."

Sea tak lagi berkata-kata, meski dalam benaknya terdapat beberapa pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada sang kakak.

"Balletmu berjalan lancar?" Tanya sang kakak yang membuat Sea cukup terkejut, dia tidak menyangka bahwa kakaknya itu mengetahui prihal dirinya yang terjun dalam dunia Ballet, Sea mengira kakaknya begitu sibuk mengurusi bisnis sampai tak ada waktu untuk sekedar mencari tahu keadaannya.

"Ya." Pada akhirnya Sea hanya menjawab seadanya.

Pria itu mengangguk pelan, setelahnya kembali sunyi menguasai.

Selalu seperti ini, kecanggungan adalah apa yang akan terjadi jika Sea dan kakak laki-lakinya dipertemukan tanpa pihak lain, hanya mereka berdua dalam satu tempat.

Dunia keduanya amat jauh berbeda, Sea berkembang cukup baik dibawah naungan sang kakak perempuan setelah ibu mereka tiada sementara kakaknya selalu dididik keras dibawah tekanan sang ayah bahkan sedari ibu mereka belum meninggal.

Sejak kecil kakaknya sudah dibebani dengan banyak hal sehingga membuatnya tumbuh dengan pemikiran serta karakternya yang dewasa melampaui usianya, dia menjadi dingin, tak tersentuh dan mungkin itu merupakan salah satu dari sekian banyak alasan yang membuat Sea tak pernah akrab dengan pria yang berstatus sebagai kakak laki-laki kandungnya sendiri itu.

"Aku akan bekerja diperusahaan yang ada disini, mulai besok."

Tidak dapat dipungkiri bahwa Sea terkejut mendengar hal itu namun dengan cepat ia mengontrol keterkejutannya dan menunjukkan raut tenang.

Selama ini kakaknya itu tinggal di Amerika, dia bahkan melalui masa mudanya disana, mengenyam pendidikan juga membangun pergaulan, semuanya ia lakukan disana sampai akhirnya menjabat sebagai direktur anak perusahaan yang ada disana.

"Tapi aku tidak akan tinggal di rumah ini." Ungkap sang kakak karena tak ada tanda-tanda Sea akan berbicara, menyahutinya.

"Mungkin nanti kita akan sering bertemu." Kakaknya itu mengangkat sudut bibir kanannya sedikit "Atau lebih tepatnya, tidak sengaja bertemu."

Sea masih terdiam, dia hanya memerhatikan kakaknya yang ada dihadapannya saat ini, diantara kesempurnaan yang dimiliki kakaknya itu, entah mengapa Sea merasa ada suatu tempat dimana terisi kesedihan yang mendalam dan kakaknya itu hampir gagal untuk tak menunjukkannya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang