Labirin (3)

5 3 0
                                    


Aku berjalan, melalui tumpuan satu ke tumpuan lain.

Menghindari curam yang ada diantaranya.

Selalu begitu, hidup dalam keresahan.

Aku begitu takut sampai kadang tak mampu bergerak.

Atau sebaliknya, aku memaksa bergerak meski aku takut.

Aku ingin jalur ini cepat berakhir.

Aku ingin melangkah dengan semestinya.

Apakah aku masih bisa berharap demikian?


***

Sea masih latihan menari sampai akhirnya tiba waktu istirahat dan bersamaan dengan itu handphonenya bergetar tanda ada pesan masuk.

Tanpa perlu berfikir dua kali, Sea membukanya. Fina mengiriminya pesan bahwa dia sudah berada di depan Classica untuk menjemputnya makan siang.

Sea tidak punya teman disini, semua anggota team yang bergabung bersamanya hanyalah sekedar anggota, bukan teman, mereka menjalani ini dengan keprofesionalitasan.

Sea juga paham bahwa beberapa diantara mereka tak pernah menyukai Sea, namun tentu mereka menutupinya dengan senyum palsu.

Dan Sea mengerti bahwa hanya dirinya yang diperlakukan seperti itu. Setiap anggota menjalin komunikasi yang baik kecuali dia, hanya beberapa yang bertegur sapa dengan Sea.

Sea termasuk anggota baru sementara mereka sudah lebih lama berada di Classica tetapi justru Sea yang diberikan posisi sebagai center atau tokoh utama dalam pagelaran ballet mereka, siapa yang tidak iri dengan fakta itu?

Sayangnya, meski pada awalnya Sea terkadang kesal namun ia tidak pernah terlalu memikirkan rasa iri yang mereka hadiahkan untuk Sea dan Sea tidak peduli jika mereka enggan berteman dengan Sea atau bahkan beberapa membenci Sea, dia hanya fokus menjalankan apa yang seharusnya dia jalankan dan hanya ingin memikirkan bagaimana caranya agar ia terus berkembang dalam dunia ini. Ballet.

Bebannya sudah banyak dan cukup membuatnya repot sehingga tidak ingin menambahnya kembali dengan memikirkan perlakuan ataupun prasangka buruk orang lain terhadapnya, lagipula satu-satunya cara untuk membungkam mereka bukanlah dengan memikirkan melainkan membuktikan, pembuktian bahwa kita dapat dan pantas berdiri pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari mereka.

Setelah mengganti pakaian dan meminta izin pelatihnya walaupun pelatihnya sudah sangat tahu bahwa terkadang disaat istirahat ia akan makan siang diluar atau lebih memilih tetap berlatih selama jam istirahat dan menyantap bekal yang dibuatnya sendiri dari rumah diruang latihan dibandingkan pergi ke kantin yang telah disediakan pihak perusahaan.

Sea akhirnya keluar dan berjalan menuju parkir tempat dimana Fina telah menunggu dan ketika melihat sang nona yang sudah mengenakan pakaian casual berjalan kearahnya dari kaca jendela mobil, Fina dengan cepat menghidupkan mobil.

Tak menunggu waktu lama Sea masuk kedalam mobil dan Fina segera menjalankan mobil tersebut.

***

Kini sudah ada beberapa menu pesanan Sea dan Fina diatas meja. Salad sayur dan buah serta jus alpukat untuk Sea juga pasta dan ice lemon tea milik Fina.

Selama menjadi seorang ballerina, Sea memang memutuskan untuk mengatur pola makan serta apa yang akan dimakannya, semua itu demi menunjang fisiknya yang terutama untuk menjaga bentuk tubuh proporsionalnya sebagai penari.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang