Bab 10 - END

140 18 8
                                    

PAPER BURN
Something missed ... at Bandung Lautan Api. 

-------------

Waktu berputar laksana angin yang berembus dengan ringan, membawa kenangan yang tersimpan di dalam ingatan. Peristiwa mengabur seiring pena yang mencatatkan semua kejadian menjadi sebuah sejarah yang patut untuk dibanggakan.

Tak perlu dipertanyakan di mana namanya? Dai Arudji sudah bangga menjadi salah satu dari pejuang bangsa.

Lima tahun telah berlalu. Masih membekas dalam ingatan Dai Arudji tempat yang menjadi saksi kehidupannya hingga dewasa ini. Masih tergambar dengan jelas bagaimana kekacauan pada malam itu, bagaimana kegelisahan dan kesemrawutan yang mendera kala itu. Memang dirinya tak ikut andil dalam pembakaran itu, tetapi dirinya menyaksikan raut-raut warga Bandung ketika peristiwa tersebut terjadi.

Suatu rasa bangga, menelisik kembali ke dalam hati Arudji. Membawa garis lengkung indah di parasnya yang rupawan. Diperhatikannya baik-baik rumah sederhana yang dia tempati bersama adik dan ibunya, halaman yang luas, bunga-bunga indah yang ditanam oleh ibunya itu kini bermekaran.

Sepasang kaki melangkah ke sisinya, sebuah rangkulan dirasakan di pundaknya. Arudji tersenyum, tetapi juga menangis dalam waktu bersamaan.

"Sudah siap? Kita pergi sekarang."

"Hmm." Arudji mengangguk kuat.

Ya, ini adalah jalan yang dipilih Dai Arudji pada akhirnya. Melepaskan pangkatnya, mengundurkan diri dari tugasnya sebagai abdi negara dan memilih untuk memboyong keluarganya pindah ke Belanda.

Mulanya, tak pernah terpikirkan olehnya jika surat yang Arudji kirimkan untuk George benar-benar sampai di tangan orang yang di tuju. Setelah beberapa kali bersurat-suratan, George menawarkan pada Dai Arudji, Aruna dan ibu untuk pindah ke Belanda.

"Bu, George sudah menganggap kita seperti keluarga sendiri, karena itulah dia berani membawa kita sekeluarga untuk menetap di Belanda."

Intonasi lembut merayu yang dikeluarkan Arudji sepertinya belum cukup untuk meruntuhkan tembok kokoh yang membentengi hati sang ibu. Sudah sepekan lamanya, Arudji bersikap bak anak kecil manja yang merengek pada ibunya agar mau mengabulkan permintaannya.

"Dai, Belanda itu jauh ... kita tak mengenal tempat itu. Apalagi di sana kita akan tinggal dengan ibu kandung George juga, Ibu merasa tidak enak."

"Kenapa? Ibu George, kan, besan ibu," goda Arudji.

Sebuah geplakan manis didapatkan Arudji. "Kau pikir Ibu sudah menyetujui hubunganmu dengan George, hah?"

"Ibu tahu, Dai sangat menyayangi Ibu ...." Sudut bibir Arudji tertarik, menampilkan deretan giginya yang rapi, matanya menyipit hingga tampak seperti seutas garis.

" ... "

Helaan napas terdengar mengalun setelah beberapa saat ibu Arudji terdiam. "Baiklah ... demi anak-anak Ibu." Meskipun sempat menolak, tetapi pada akhirnya sang ibu luluh juga dan menuruti permintaan Dai Arudji untuk pindah ke Belanda.

***

Tiga hari berselang setelah persetujuan dari ibu Arudji, George tiba di Bandung, di rumah Arudji. George sengaja datang ke Indonesia untuk memboyong keluarga Arudji ke luar negeri, setelah mendapatkan persetujuan dari ibu Arudji. Dia juga yang mengurus surat-surat yang diperlukan Arudji, ibu dan Aruna untuk berpindah ke luar negeri.

"Aa' kita nanti teh naik pesawat terbang?"

George mengusap rambut Aruna. "Tidak, kita akan naik kapal laut."

"Ahh ...."

"Jangan seperti itu, naik kapal laut juga bagus. Justru lebih luas dan Aruna bisa berlarian di dalamnya."

"Benar," tambah George membenarkan.

Setelah mendengar sorak kegirangan yang Aruna serukan, empat pasang kaki itu melangkah pergi, meninggalkan sejuta kenangan yang tercipta di tempat ini. Kota Bandung, selamanya akan selalu ada dalam hati Dai Arudji.

Selamat tinggal, Kota Bandung.

"Hei, George kau belum memberitahu aku, mengapa kau terburu-buru pulang ke Belanda waktu itu?

"Ah, itu karena aku harus mengurus ibu kandungku yang dalam keadaan kritis di rumah sakit dan memastikan jika dia benar-benar ibu kandungku."

"Oh, begitu ...."

Cahaya jingga senjakala yang terpantul di atas genangan air pada aspal basah sehabis hujan ini begitu menakjubkan. Panorama indah ini mengantarkan keluarga Arudji dan George pada kehidupan yang baru, di tempat baru dan lingkungan yang baru. Meski berbalut rasa gamang yang tak kentara di raut Arudji, dia tetap berharap ... semoga semuanya akan baik-baik saja di masa yang akan datang.

---------------

END

--------------

Zora Lin, Juni 2022

Informasi sejarah bersumber dari :

- Peristiwa Bandung Lautan Api (Wikipedia.com)
- Dilema Nasution oleh Hendi Johari (Historia.id)
- Artikel Rukana oleh Berthy B Rahawarin (Kompasiana.com)
- Sejarah yang ditangisi (ayobandung.com)

Paper Burn [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang