Chapter 2 : Only One

6 1 0
                                    

"Sekarang kamu tidur ya."

Selepas menyuapi Ashila, Tiara menyelimuti tubuh Ashila dengan selimut. Sesekali ia tersenyum lebar menguatkan Ashila, seolah berkata Kamu bakal baik baik aja selama aku ada disini.

Ashila tak sebodoh itu untuk sekadar menyadari jika senyuman yang diberikan Tiara untuknya itu hanya topeng. Ia benar benar terluka, terkurung ditemani kesepian dan kekosongan semenjak ditinggal orangtuanya.

Tiara kuat.

Itu sebabnya ia masih bertahan.

Ashila sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tak pernah meninggalkan Tiara. Tiara itu rapuh. Ia tak akan kuat menopang semua bebannya sendirian.

Karena itulah..

Ashila akan melindungi Tiara bahkan hingga dunia hancur sekalipun.

Ashila tersenyum getir, ia mengelus kepala Tiara lembut. Tiara ketiduran dengan kepala ditelungkupkan di sisi ranjang Ashila.

"Ma.."

Ashila memanggil Alma yang sedang bekerja dengan laptop di hadapannya. Ya, semenjak Ashila dirawat, mamanya tak pernah meninggalkannya sekalipun. Ia lebih memilih mengerjakan semua tugas perusahaannya di rumah sakit.

"Ya?" Alma menyahut. Ia menoleh, menatap Ashila tulus. "kamu mau sesuatu, sayang?"

"Papa.. kapan kesini, ma?"

Alma tersenyum. "Nanti juga papa pasti datang kesini. Sabar ya. Papa sibuk banget."

Ashila mengangguk saja. Papanya memang sibuk sebagai CEO di sebuah perusahaan besar. Ashila tidak menuntut banyak, lagipula papanya selalu memberikan apa yang Ashila tidak memintanya sekalipun.

Ashila berusaha memahami papa. Papanya berjuang juga demi dirinya. Papanya ingin Ashila sukses di masa mendatang.

Berbeda dengan mamanya. Sekalipun sibuk, mamanya selalu menyempatkan diri untuk mendampingi Ashila.

"Ma." Ashila memanggil lagi. "Tiara.. kesini sama siapa?"

"Sama pamannya. Kebetulan dia teman satu kantor mama juga. Ada masalah?"

Ashila menggeleng. Ia lebih memilih menatap lekat lekat wajah Tiara yang sedang terlelap.

Wajahnya saat tidur sangat tenang dan teduh, seolah dia tidak menanggung beban apa apa.

Ah,, Ashila berharap Tiara akan selalu seperti ini.
_________________***_________________

"Papa !" Ashila berseru riang. Akhirnya, malam ini, papa menyempatkan diri menjenguk Ashila.

"Hai anak papa yang paling cantik!" Rendy langsung memeluk Ashila erat erat. Ashila tersenyum riang, ia balas memeluk papanya erat.

"Kamu udah baikan?" Tanya Rendy  setelah melepaskan pelukannya.

"Kata mama aku besok udah boleh pulang."

Rendy tersenyum, mengacak acak puncak kepala Ashila sampai Ashila merenggut sebal.

"Oh iya, pa. Ini Tiara, temen aku." Ashila mengenalkan Tiara yang sedang duduk manis disamping mamanya.

Tiara tersenyum, mengangguk sopan. "Tiara, om."

Rendy balas tersenyum lagi. Selama ini, tak pernah sekalipun Ashila mempedulikan orang orang yang tidak ia kenal sebelumnya. Tapi jika mendengar cerita Alma tentang Ashila yang rela melindungi Tiara dari kecelakaan itu, Rendy langsung tau jika Ashila benar benar nyaman dengan Tiara.

Ashila tidak pernah salah memilih orang orang di sekitarnya. Jika ia benar benar bisa menerima orang baru, itu berarti orang itu benar benar memancarkan aroma ketulusan yang hanya Ashila seorang yang tau.

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang