Chapter 5 : Who?

6 1 0
                                    

Seperti dugaan Ashila, saat Tiara menginjakkan kaki di kelas, semua orang menatapnya terpana. Kaget dengan Tiara yang jauh berbeda. Tiara agak menunduk. canggung menjadi pusat perhatian satu kelas.

"Itu beneran si Tiara?"

"Kok bisa berubah banget sih?"

"Wagelash tambah cantik aja tu anak."

"Dih, dasar caper."

"Apaan? Cuih masih cantikan gue lah."

Ashila mendengar semua bisik bisik murid lainnya, tapi ia memilih bungkam. Ternyata setelah penampilan Tiara berbedapun masih banyak yang membencinya. Bukan benci. Ralat, Iri.

Ashila mengehela nafas berat.

Ini yang benar benar tidak ia sukai dari diri seseorang. Sengaja mengucap kata kata menyakitkan diluar padahal iri dalam hati. Bagian terhitam dari diri seseorang yang sulit disembuhkan karena gengsi.

Ah, Merepotkan saja.

Ashila tersenyum tipis, menuntun Tiara menuju bangkunya. Setelah memastikan Tiara duduk di kursinya, Ashila kini berdiri. Menatap sepenjuru kelas lalu berkata tegas. "Kenapa? Ada yang salah sama Tiara? Dulu kalian bully dia karena penampilannya. Sekarang setelah dia ubah penampilannya kalian masih benci juga sama dia? Dimana mata hati kalian? Sadar diri dong! Kalian pikir di bully itu gak sakit apa?"

Hening.

Semua orang memilih bungkam.

Tiara menggigit bibir bawahnya, menarik narik ujung lengan Ashila, menyuruhnya berhenti. Tapi Ashila tak mempedulikannya. Matanya masih menampilkan sorot dingin yang membuat orang orang mendadak merinding.

"Tiara gak punya salah apa apa kan sama kalian? Kenapa kalian sibuk menilai penampilan Tiara? Itu bukan urusan kalian! Semua itu hak Tiara. Kalian gak berhak bully dia!" Ashila memberi jeda. "Sekali lagi ada yang berani bully Tiara, urusannya sama saya."

Arsen yang duduk tak jauh dari Ashila berdiri tertegun. Pantas saja Ashila jadi ketua kelas. Dia terlihat berwibawa sekali. Memakai bahasa formal, pula. Padahal kan ini teman satu kelasnya.

"Udah, Shil. Aku gak papa." Sekali lagi Tiara menarik lengan Ashila. Kali ini Ashila menoleh. Sorot dinginnya digantikan sorot hangat saat matanya bertubrukan dengan mata Tiara. Ashila mengangguk perlahan, ikut duduk di samping Tiara.

Suasana masih larut dalam keheningan.

Aura dingin yang dikeluarkan sesosok Ashila benar benar mencekam.

"Lo..cantik."

Tiara tertegun di tempatnya saat mendengar suara bass dari belakangnya. Wajahnya agak tersipu, menyadari Arsenlah yang berkata demikian.

Ashila menahan senyumnya. Melirik Tiara geli. Tiara Benar benar dimabuk cinta.

Ck ck ck.

"Arsen, lo udah ngerjain tugas fisika?" Zehra bertanya, mengalihkan perhatian Arsen.

"Hm. Udah." Arsen menjawab singkat. Sepertinya dia sedang tidak mood bicara. Dapat Ashila lihat saat Zehra mendengus tak terima. Ini kesempatan bagus untuk Tiara. Bersaing untuk memperebutkan satu hati.
__________________***_________________

"Kamu bener bener suka sama Arsen, Zeh?"

"Hu'um." Zehra menjawab cepat. Ashila dapat melihat wajah kecewa Tiara sejenak.

Jam istirahat. Seperti biasa, Ashila, Tiara, dan Zehra mengisi perutnya di kantin. Ramai.

Hanya saja..

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang