Chapter 4 : Gwansim?

5 1 0
                                    

"Hai. Boleh gue tau nama lo?"

Ashila dan Tiara sama sama terkejut dengan kehadiran Arsen yang tiba tiba itu. Keduanya sontak menoleh bersamaan.

"Eh, iya.." Tiara menjawab canggung. Berbanding terbalik dengan Ashila. Sebagai ketua kelas, ia menyambut Arsen dengan baik.

"Aku Ashila. Salam kenal." Ashila menjabat tangan Arsen yang masih tersenyum ramah.

"Kalo nama lo siapa?" Tanya Arsen pada Tiara. Tiara tampak grogi. Ah, bikin greget Ashila saja. Tiara selalu saja seperti ini setiap bertemu orang baru. Hm. Tiara yang dulu benar benar sudah mati. Tidak ada sisa sisa keceriaannya sama sekali.

"Aku Tiara." Setelah mengambil nafas dalam dalam, Tiara akhirnya menjawab. Ragu ragu ikut menjabat tangan Arsen.

"Oke. Mulai sekarang kita temenan." Arsen tersenyum sekali lagi, sebelum meladeni para cewek cewek yang heboh ingin modus dekat dekat dengan dia.

Zehra?

Jangan ditanya. Pandangannya tak sekalipun luput dari Arsen. Memang terlihat menawan sih. Tampangnya ganteng dan tampak berwibawa. Sayangnya, Ashila tidak tertarik padanya. Dia tidak seperti kebanyakan cewek lainnya yang hanya melihat paras tampannya.

Huh, dasar cabe.

Tapi..

Ashila merasakan sesuatu yang ganjil dari sosok Tiara. Tatapan matanya pada Arsen begitu berbeda. Apa mungkin.. Tiara menyukai Arsen?

Setahu Ashila, Tiara orang yang sangat menutup diri setelah kehilangan orangtuanya. Apalagi hidupnya benar benar hancur karena harus mendengar hinaan hinaan orang yang tidak menyukainya. Tiara sulit bergaul. Jika ia masih bertahan sampai detik ini, itu semua karena Ashila seorang.

Tiara kesepian.

Selama ini dia sudah lupa arti kebahagiaan.

Satu satunya kebahagiaan yang ia punya sudah lenyap, sirna dari bumi ini.

Karena itu..

Tiara akan berusaha hidup dengan baik karena Ashila. Ia baru akan menyerah ketika Ashila sudah tidak kuat menanggung semuanya. Tiara sadar selama ini hidupnya hanya menjadi beban. Ia rela harus mati demi Ashila. Seandainyapun Ashila yang menyuruhnya mati, Tiara akan dengan senang hati melakukannya.

Karena bagi Tiara, Ashila jauh lebih berharga dibanding nyawanya.
________________***_________________

"Ashila. Lo ketua kelasnya kan?" Arsen bertanya ketika jam istirahat sudah tiba.

Sepi.

Murid murid lebih tertarik menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Berbeda dengan Ashila dan Tiara. Mereka lebih betah di dalam kelas ditemani keheningan daripada di kantin dan keramaiannya.

Ashila yang sedang fokus membaca novelnya itu mendongak. "Iya. Kenapa? Ada yang bisa kubantu?"

"Hm,, temenin gue keliling sekolah ini bisa? Gue masih gak ngerti denahnya."

Ashila melihat sekeliling. Kenapa harus dia? Bukannya akan lebih baik jika Arsen meminta teman yang
se-gender dengannya? Biar bisa lebih akrab juga dengan cowok cowok lainnya.

"Yang lain pada ke kantin." Seolah tau apa yang Ashila pikirkan, Arsen menjawab. "Keberatan, kah?"

Eh? Ashila cepat cepat menggeleng. "Gak kok. Tapi.." Ashila melirik Tiara di sampingnya, meminta persetujuannya.

"Aku boleh ikut?" Tiara tersenyum simpul.

"Siapa yang gak bolehin kamu? Ikut aja. Yuk." Ashila tersenyum, beranjak dari duduknya, menoleh lagi pada Arsen. "Maaf ya. Tiara itu emang gak bisa lepas dari aku. Gak papa kan?"

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang