Chapter 6 : In Memoriam

4 1 0
                                    

Arsen menghela nafas berat. Masih kepikiran soal Geffrey yang bertanya padanya. Jujur saja. Arsen masih belum menyukai siapapun. Dia hanya kagum dengan ketangguhan Ashila, tidak lebih dari perasaan kagum. Sungguh. Kalau Tiara..cewek itu memang tampil manis. Kalau saja dia agak lebih ceria dan tidak pemalu, mungkin bisa membuat banyak orang tertarik padanya. Mungkin, lho. Belum tentu benar adanya.

Kalau Zehra..

Arsen menggeleng. Cewek itu benar benar cerewet seperti ember rombeng. Memang sih, Zehra cerewet karena perhatian dan wajahnya juga sedikit lebih cantik dibandingkan Tiara.Tapi tetap saja. Tipe Arsen itu orang yang kalem. Setidaknya tidak secerewet Zehra.

Mereka.. 3 sahabat yang saling melengkapi satu sama lain.

"Haah. Kenapa gue segelisah itu? Cewek yang lain kan banyak." Mengendik, Arsen berdiri dari sisi kasurnya. Mengambil air minum di dapur untuk melegakan tenggorokannya yang kering.

Terdiam.

"Mata Ashila itu.. mirip sama mata anak yang waktu itu ada di kecelakaan bus." Arsen bergumam. Mengingat memori kelam 7 tahun yang lalu. "Dia.. yang korbanin diri buat nolong satu anak lainnya itu bukan ya?"

Arsen menghela nafas, meletakkan gelas di meja, lalu kembali menuju kamarnya di lantai 2. Seingat Arsen, 7 tahun yang lalu saat dia juga terjebak kecelakan bus, ia melihat anak yang mirip dengan Ashila. Iris yang berwarna coklat terang itu benar benar mengingatkannya pada sosok Ashila.

"Dia tangguh." Bibir Arsen mengukir sunggingan tipis. Anak itu benar benar mirip Ashila versi dewasa, setidaknya di mata Arsen seorang.

Cowok berada bidang itu mengambil hapenya di nakas saat terdengar suara pesan masuk.

08191543****
Hai, Arsen.

Arsen mengernyit. Heran.

Arsenio_A
Sp?  

                                                08191543****
Aku Tiara.

Tiara mengechatnya duluan? Dia tidak sepemalu yang ia pikirkan ternyata.

                                                    Arsenio_A.
             Ok.

Arsen merebahkan dirinya di kasur. Cuaca hari ini panas sekali. Bahkan AC pun tak bisa menyurutkan hawa panas malam ini. Apalagi ia sendirian dirumah, hanya ada 4 ART yang masih sibuk dirumah megahnya.

"Enaknya ngapain ya?" Arsen bertopang dagu. Melirik jam di hapenya. Pukul 19.10. ia mengambil jaket hitamnya di gantungan baju lalu keluar rumah.

"Aden mau kemana?" Salah satu ART di rumah Arsen bertanya.

"Arsen mau jalan jalan bentar, bi. Bosen." Jawab Arsen sambil memakai helmnya. "Arsen pamit ya bi."

"Yaudah kalo gitu. Aden hati hati. Jangan pulang kemaleman ya."

Arsen mengangguk, melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
__________________***_________________

"Shil kamu ngapain sih." Runtuk Tiara . Masalahnya, Ashila membajak hapenya dan mengirim pesan pada Arsen. Apa apaan coba?? Melihat tampang Ashila yang sama sekali tak merasa berdosa itu semakin membuat Tiara kesal saja.

"Siniin hapenya!!" Tiara mendengus, berusaha merebut handphone miliknya yang masih berada di genggaman Ashila.

"Nih." Ashila menyerahkan ponsel Tiara santai. Berbanding terbalik dengan Tiara yang tak santai. Ia langsung buru buru membuka chat Arsen.

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang