Chapter 8 : Byeongyeong

6 1 1
                                    

*byeonyeong : berubah

Ashila masih terdiam di tempat, larut dalam pikirannya. Seharusnya hal ini tidak akan terjadi kalau saja Ashila selalu berada di dekat Tiara. Baru ditinggal sebentar, Tiara menghilang. Dan itu semua pertanda buruk. Tiara tidak akan baik baik saja jika ia sendirian. Semua orang di sekolahnya selalu punya rencana tersendiri membuat Tiara terluka.

Tapi kenapa?

Kenapa harus Tiara?

Apa salahnya? Kenapa mereka membenci Tiara sedemikian rupa?

Ashila menghembuskan nafas kasar, meremat ujung rok nya kencang. Andai saja kehidupannya bisa ditukar dengan Tiara. Biar dia yang dibully, biar dia yang tersakiti, asalkan Tiara bisa hidup bebas tanpa ada yang membuatnya terluka. Ashila rela.

Tiara sudah kehilangan orangtuanya. Kehilangan semua teman temannya. Jangan sampai mereka yang menyakiti Tiara membuat Tiara kehilangan semangatnya. Jika Tiara sudah kehilangan semangat hidupnya, ia pasti akan memilih jalannya tersendiri.

Mati.

Mungkin dari luar Tiara seolah baik baik saja walau jarang tersenyum. Tapi Ashila tau persis di lubuk hatinya yang terdalam, harapan Tiara satu satunya hanya bertemu kedua orangtuanya.

Berarti..

Mati, kan?

Ashila tidak sebodoh itu untuk mengartikan semuanya. Ia masih memiliki rasa. Jika saja tadi Ashila tak menolong Tiara tepat waktu, Tiara pasti lebih memilih mati karena sudah terkotori.

Cowok itu..

Ashila mengukir seringaian tipis.

Ashila berharap cowok itu sekarat saja. Lebih baik jika dia bisa minta maaf langsung pada orangtua Tiara di atas sana karena nyaris merusaknya.

Mati. Mati. Mati.
_________________***_________________

"Ashila Arnova Angelista."

Mendengar suara bariton itu, Ashila langsung berdiri tegap. Ia barusan dipanggil ke ruang kepala sekolah, kemungkinan ia disuruh mempertanggungjawabkan perbuatannya tadi.

Biarlah.

Perbuatan Ashila memang sudah masuk tindak kekerasan.

Karena itu..

Ashila siap jika ia di skorsing beberapa hari, parahnya lagi di DO. Semoga saja tidak separah itu.

"Saya bangga padamu, Ashila." Ashila berkedip cengo. Hah? Pak kepala tidak marah? "Kamu berhasil menyelamatkan Tiara. Mereka semua akan saya beri sangsi. Tapi khusus untuk Agam, dia harus dikeluarkan dari sekolah ini."

Agam? Ah, cowok gila yang hampir melecehkan Tiara itu.

"Saya tidak masalah kamu membuat dia sekarat. Itu memang kesalahan fatal. Tapi saya masih tidak mengerti bagaimana bisa kamu sekuat itu? Intinya, saya sangat berterimakasih padamu, Ashila."

Ashila mengulum bibir. Tidak perlu bilang dia sekarat, bukan? Itu sama saja menyalahkan dirinya karena dia yang sudah membuatnya begitu.

"Jaga Tiara baik baik. Saya mengandalkanmu." Kepala sekolah tersenyum pada Ashila yang dibalas anggukan canggung. "Baiklah. Kamu bisa kembali ke kelas sekarang."
__________________***_________________

Tiara mengerjap. Baru sadar ia sedari tadi ada di UKS sekolah. Mengucek matanya sebentar, Tiara membalikkan badan. Tidak ada Ashila. Kemana dia? Sebagai gantinya malah Zehra yang duduk manis dengan camilan kriuk kriuknya.

"Lo udah bangun?" Zehra bertanya riang. "Ashila tadi dipanggil kepala sekolah, jadi dia keluar sebentar."

"Dia..baik baik aja?" Tanya Tiara ragu. Bisa gawat kalau Ashila sampai di skors.

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang